xxᴠɪ. favorite crime

25 4 0
                                    


𖤛𖤛𖤛

Infus yang menutupi punggung tangannya Joe lepas. Ia sibak selimut putih dan beranjak dari ranjang rumah sakit. Jaket entah milik siapa yang berada di sofa Joe raih untuk menutupi tubuhnya yang terbalut setelan rumah sakit. Surai merahnya ia tutupi dengan tudung jaket. Kakinya yang tidak beralaskan apapun tanpa ragu berlari cepat menyusuri lorong yang telah sepi karena hari sudah dini.

Di sela langkahnya, Joe melirik mobil berwarna hitam di seberang jalan. Tanpa ragu, kakinya melangkah menyebrangi jalan raya yang mulai sepi. Tangannya bergerak membuka pintu belakang mobil dan masuk. Kekehannya terdengar meskipun nafasnya terengah-engah.

"Pindah depan, gue bukan supir." Seorang wanita berumur dua puluhan menegur malas.

Joe menatapnya tak minat. "Jalan aja, Ki. Nggak usah banyak omong."

Wanita bernama Kaia itu mendengus. "Bocah bangsat. Coba aja lo bukan adiknya Raksa, udah gue buang lo ke segara anakan."

"Nggak peduli," sahut Joe tampak tidak tertarik.

Kaia lagi-lagi mendengus. Tangannya mulai memutar setir mobil sesuai kemauan bocah cilik tak sopan di belakangnya.

Lampu terang dan remang-remang di jalanan menjadi pusat fokus Joe yang melamun. Sesekali suara kendaraan yang lewat juga terdengar. Suasana cukup sepi, sangat menenangkan bagi Joe.

Kaia melirik Joe lewat rearview mirror dengan senyum miringnya. "Gimana rasanya sekarat, Jo?" tanyanya mengejek.

Joe berdecak. "Udah pernah sekarat, kan? Ya gitu rasanya, nggak usah nanya-nanya, anak haram," sinisnya.

Kaia tertawa. Terlihat tidak tersinggung sedikitpun meski yang dikatakan oleh Joe adalah fakta menjurus pembullyan verbal. Untuk candaan yang satu ini, Kaia sudah berpengalaman banyak.

"Dasar bocil, nggak sopan banget lo sama yang lebih tua."

"Bacot."

Tidak ada percakapan lagi setelahnya. Joe bersedekap dada dengan ekspresi mengerut, sedangkan Kaia tersenyum puas.

"Kita .... mau ke mana, Jo?" Kaia bertanya selepas hening panjang. Jujur saja, ia tidak tahu tujuan jelas keduanya karena Joe hanya menyuruhnya untuk menjemputnya di rumah sakit Mulia Setya.

"Tempat biasanya." Joe menatap mata Kaia lewat rearview mirror dengan senyum tipis yang terulas. "Lo tahu kan, Ki?" tanyanya memastikan.

Kaia mengangguk disertai senyum lebar berseri-seri. "Your favorite crime," balasnya.

𖤛𖤛𖤛

Vandalisme merupakan tindakan merusak atau menghancurkan properti orang lain secara sengaja. Biasanya, tindakan vandalisme dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan kerusakan atau merusak properti milik orang lain. Namun, terkadang tindakan vandalisme juga dilakukan sebagai bentuk protes atau ekspresi diri yang salah arah. Kata vandalisme berasal dari bahasa Inggris, yaitu “vandal” yang berarti perusak. Kata ini kemudian mendapat akhiran isme yang berarti perbuatan merusak dan menghancurkan.

Kegiatan vandalisme adalah kegiatan kriminal dan ilegal, tetapi entah kenapa Joe merasa menemukan kebahagiaan baru ketika mencoret-coret tembok atau pagar fasilitas publik dengan cat semprot, lalu biasanya setelahnya akan ada beberapa polisi yang mengejarnya. Saat para polisi mengejarnya, itu sebuah euforia. Joe sangat bahagia? Tentu saja, sangat. Itulah mengapa alasan vandalisme menjadi sebuah kegiatan kejahatan yang Joe sukai.

"Tatapan lo ke gue buruk, Ki." Joe yang sedang mencoret tembok besar di depannya berucap tanpa menoleh ke arah Kaia.

"Kenapa? Lo tersinggung?" tanya Kaia tertawa pelan.

Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang