𖤛𖤛𖤛Sepasang soca sepetang malam menyorot penuh ke arah kakinya yang selonjoran dan dibelenggu oleh sebuah rangka kayu. Meski lampu di ruangan tersebut mati dan hanya cahaya remang-remang, Joe bisa melihat keadaan badannya sekarang tengah bagaimana. Untuk menghapus bekas air mata di pipinya, Joe sudah tidak sanggup. Pergelangan tangannya yang dirantai sudah lecet dan memerah. Pun tenaganya terkuras habis hanya untuk berteriak-teriak agar tidak dipasung.
Iya, pasung. Pasung adalah cara kuno masyarakat tradisional dalam menangani penderita gangguan jiwa. Dengan batang pohon yang telah dibelah, kedua kaki penderita gangguan jiwa diluruskan dan ditahan. Kejadian pasung yang dialami Joe ini berjalan saat malam tadi hingga kini—saat fajar nyaris tiba.
Semalam, Joe sempat bertengkar hebat dengan Ayahnya. Kesalahannya hingga membuat dirinya dipasung hanya satu, yaitu berani melempari Ayahnya dengan pot gerabah berukuran sedang dengan isi tanaman kaktus. Ditambah lagi Joe hendak mencabik-cabik Ayahnya dengan pisau kecil yang selalu ia bawa ke mana-mana. Ayah berhasil mencekal lengan putrinya terlebih dahulu sebelum gadis tersebut bertindak lebih jauh. Tanpa rasa tak enak hati, Ayah menyeret Joe ke dalam gudang yang lembab dan memasangkan pasung dan rantai yang teronggok dan hanya pernah terpakai satu kali.
Malam tadi, teriakan permohonan Joe untuk minta dilepaskan melolong keras. Semuanya tampak tidak peduli karena sampai pagi ini, tetap saja tidak ada yang datang untuk membukakan rantai dan pasungnya.
"Joe sehat .... Jangan dipasung ...." ucap Joe pelan dengan suara serak. Suaranya total habis, tenggorokannya tercekat bukan main.
𖤛𖤛𖤛
Harta berdiri mondar-mandir di dalam kamar apartemennya. Pukul 3 dini hari, ia bangun karena kaget akibat mimpi buruk. Setelahnya, ia dilingkupi perasaan ganjil dan khawatir terhadap Joe secara tiba-tiba.
Terhitung sudah 1 jam Harta berjalan seperti setrika sembari menggigiti kukunya dengan perasaan cemas. Ia juga tidak tahu mengapa ia merasa demikian.
Sebab merasa pegal, Harta berdecak dan mendudukan dirinya di sofa apartemen. Kakinya bergerak naik-turun panik. Matanya menatapi koleksi action figure miliknya yang terpajang rapi memenuhi kamar. Sebelum akhirnya pemuda berambut hijau itu dibuat berjengit oleh nada dering dari ponsel yang mengagetkannya.
Tangan Harta terjulur ke meja nakas di sebelah sofa. Jemarinya menggeser ikon hijau tanpa melihat nama si penelpon.
"Iya? Hal—"
"—Abang!" Suara lucu dari seberang sana lebih dulu memotongnya.
Harta tersenyum kecil. Itu suara adik manisnya, Vanilla.
"Pagi-pagi telepon Abang, nggak biasanya. Kenapa? Kangen, ya?" goda Harta terkekeh pelan.
Vanilla mencibir. "Pede! Illa nggak kangen Abang, ih!"
"Teruss?" tanya Harta menyilangkan kakinya, mencari posisi nyaman.
Terdengar decakan dari sang adik. "Tadi aku tuh lagi teleponan sama si Esa. Abang tahu, kan? Esa adiknya Mas Rasa ituuu?" Harta mengiyakan ucapan adiknya.
"Nah, tiba-tiba aja dia izin minta matiin gara-gara kakak sepupunya lagi dalam keadaan darurat. Sebel lah aku-nya!" Nada merajuk khas Vanilla merasuki indra pendengaran Harta. Namun, bukan itu yang menjadi fokus Harta sekarang.
"Kakak sepupu Esa? Siapa? Abang kenal, nggak?" tanya Harta.
Hanya terdengar grusak-grusuk dari Vanilla, hingga akhirnya gadis piyik itu menjawab Abangnya. "Kayaknya Abang kenal deh, soalnya dulu Abang pernah main sama dia. Kak Aksel, Bang. Tadi pas teleponan sama Esa, Illa denger suara Mas Rasa teriakin nama Kak Aksel keras banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]
RandomNOT A HORROR STORY!!! Joe adalah seorang introvert yang memiliki banyak trauma karena perlakuan tak manusiawi dari kedua orang tuanya dan juga karena kehilangan sahabat terbaiknya. Joe bisa mengubah auranya tergantung tempat yang tengah ia pijaki. M...