10. Perjodohan

99 16 0
                                    

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

HAPPY READING

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Aku mencintaimu dan selamanya akan seperti itu Luisa,"

"Ucapanmu manis sekali," Pangeran Melvin tersenyum lembut, sorot matanya memandang sang pujaan hati dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Rasa cintanya untuk Putri dari seorang abdi kerajaan teramat besar, rasa cintanya selalu meletup-letup membuatnya selalu ingin melihat wajah cantik milik gadisnya.

"Camkan ucapanku itu Luisa, aku mencintaimu dan selamanya akan begitu. Entah dikehidupan ini ataupun kehidupan selanjutnya, rasa cintaku akan tetap ada untukmu,"

Luisa membuka matanya. Cairan bening terasa mengalir keluar dari kelopak matanya.

"Sial, kenapa potongan-potongan memori milik Luisa asli selalu menghampiriku setelah pesta perayaan itu," kesal Laurent. Setelah pesta perayaan itu, entah mengapa ingatan Luisa asli selalu menghantuinya.

Ingatan dan kenangan manis tersebut seakan tidak mau dilupakan dari otak dan pikirannya.

"Luisa bawa rasa cintamu ini jauh-jauh dariku, aku mual." dengan kesal, Laurent menghapus cairan bening yang membasahi pipinya. Sungguh, ini semua diluar kemauannya.

Luisa menarik nafas dalam-dalam, lalu setelahnya menghembuskan nafasnya dengan perlahan.

"Melvin, aku harus menjauhi pria itu. Aku tidak boleh bersamanya, aku tidak mau ini semua terulang kembali." Rasanya sedikit sakit dihatinya saat mengucapkan kalimat tersebut.

"Lady?" Luisa menolehkan kepalanya melihat Adelia yang tengah berjalan mendekat kearahnya berada.

"Ada apa?"

"Pedana mentri meminta anda menemuinya di ruang kerja, lady." Luisa terdiam sejenak, ia lalu menganggukkan kepalanya. Mengucapkan terimakasih pada Adelia lalu pergi dari sana.

~o0o~

"Perjodohanmu dengan Lady Welker," Duke Zergon hanya dapat terdiam. Tidak tau harus merespon apa. Helaan nafas terdengar dari mulutnya. Pria itu menatap ayahnya frustasi.

"Ayah, aku—"

"Richard, perjodohan ini dibuat oleh kakekmu, aku tidak bisa melakukan apapun," Raja Ligeon mencoba menjelaskan pada putra keduanya.

Duke Zergon menunduk, melirik kedua kakinya dengan ekspresi datar. Ratu yang melihat hal tersebut mengelus tangan putranya penuh sayang.

"Nak? kau baik-baik saja?" tanya Ratu dengan khawatir.

"Apa aku tidak punya kesempatan untuk menolaknya?" tanya Duke Zergon dengan harapan yang amat besar. Jujur saja dalam lubuh hati terdalamnya, ia tidak butuh pasangan.

Ia tidak mau menambah beban.

"Tidak," sudah ku duga.

Duke Zergon menarik nafas, lalu merotasi bola matanya setelahnya berucap, "Baiklah, namun jangan halangi aku jika suatu saat nanti kami berdua akan bercerai," ucapnya dengan tenang disertai senyum tipis. Namun, tatapan matanya terlihat tajam dan menusuk.

𝐈'𝐦 𝐍𝐎𝐓 𝙻𝙰𝚄𝚁𝙴𝙽𝚃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang