24✨

855 43 5
                                    

.

.

.

Happy Reading!!

"Veline."

Veline kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Naven. "Gausah jalan-jalan, gini aja." Ucap Veline bergumam.

Naven mengusap pucuk kepala istrinya, gemas sekali. "Tidur saja, ini sudah lumayan larut malam." Suruh Naven, Veline hanya mengangguk tanpa berniat untuk turun.

"Turun, Veline."

"Ngga mau." Tolak Veline. Sekali-kali gue manja, Ven. Kan ngga pernah." Ucap Veline sembari mengeratkan pelukannya.

Naven hanya tersenyum tipis, ia menepuk-nepuk pundak Veline agar ia segera tidur. Beberapa saat kemudian Naven merasakan nafas Veline yang mulai teratur. Ia menatap istrinya yang tertidur dengan wajah tenang.

"Belakangan ini kamu selalu jadi sumber kecemasan saya." Gumam Naven sembari mengusap kepala Veline dengan lembut. Perlahan ia mengangkat tubuh Veline dan meletakkannya di ranjang. Naven mengambil ponsel baru milik Veline, ia membuka ponsel tersebut, wajahnya tersenyum cerah saat melihat ponsel tersebut. "Lucu sekali." Gumam Naven, ia melihat fotonya bersama dengan Veline yang di jadikan foto profil di ponselnya, Naven menyimpan nomornya di ponsel Veline.

Setelah itu Naven menaruh ponsel milik Veline ke atas nakas. Ia ikut merebahkan tubuhnya di sebelah Veline dan memeluk tubuh kecil istrinya kemudian mengecup pucuk kepala Veline berulang kali dan memejamkan matanya.


Pagi hari pun tiba, perlahan Veline terbangun dari tidurnya lantaran matahari yang mengusiknya. Saat membuka mata, pandangn pertama yang ia lihat adalah siluet seorang pria yang berdiri di depan jendela besar tersebut.

"Good morning." Gumam Veline. Ia menatap Naven yang sudah rapi dengan setelan jas nya. 

"Morning too." Balas Naven.

Veline meregangkan tubuhnya. "Udah rapi banget, mau berangkat sekarang?" Tanya Veline.

Naven mengangguk samar. "Ayo bangun dulu." Ucap Naven membantu istrinya bangun dari tidurnya.

Veline menggelengkan kepalanya. "Males bangun, nanti aja." Tolak Veline.

"Ayo bangun, kau harus mandi agar saya dapat menggantikan perban milik kamu." 

"Haaa, mager." Keluh Veline.

"Saya harus berangkat, Veline." Ucap Naven. Ia mengangkat tubuh Veline dengan sekali gerakan.

"Eh!" Kaget Veline. "Lo mau ngapain?!" Naven tak menjawab, ia menggendong Veline menuju kamar mandi, Naven mendudukkan Veline di atas closet. 

"Apakah saya harus memandikan kamu juga?" Tanya Naven tanpa dosa.

Veline menatap tajam suaminya itu, yang sialnya terlihat menggemaskan di mata Naven. "Gue bisa sendiri, udah sana lo. Nanti gue lama kalau lo ngga buru-buru keluar." 

Naven mengangguk, ia segera keluar dari kamar mandi dan menutup pintu kamar mandi tersebut membiarkan istrinya melakukan ritual mandinya.

Setelah beberapa menit Veline keluar dari kamar mandi ia mengganti pakaiannya dan duduk di depan meja rias sembari mengeringkan rambutnya.

"Biar saya saja, kamu gunakan skin care kamu agar lebih cepat." Ucap Naven mengambil alih handuk di tangan Veline.

Veline mengangguk, ia melihat keningnya yang terdapat luka tersebut, walaupun tidak terlalu besar tetapi tetap kelihatan, ia menghela nafas kasar. 

NavelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang