06✨

95 9 0
                                    

.
.
.
Happy Reading!!

Veline dan Naven saat ini sudah berada di Bali. "Kamu istirahat saja, saya yang bereskan barang barangnya." Ucap Naven.

"Eh? Beneran gapapa nih?" Tanya Veline.

"Hm, bersihkan dulu tubuh kamu. Saya membereskan barang-barangnya." Suruh Naven.

Veline mengangguk, ia beranjak menuju kamar mandi, saat selesai. "Lah gue lupa bawa baju anjir!" Veline menggunakan handuk lilit dan mengintip keluar apakah masih ada Naven atau tidak. Di rasa ruangan sepi Veline keluar, ia membuka kopernya yang ternyata sudah kosong.

"Masa dia juga beresin Daleman gue anjir?" Heran Veline. Ia membuka lemari dan ternyata benar, barang barang Veline sudah tertata rapi di sana.

"Mencari apa?"

Deg!

Veline berbalik. "Aaaaa!" Veline langsung masuk ke kamar mandi tanpa membawa dalemannya. "LO KOK KEBIASAAN SIH KALAU DATENG NGGAK ADA SUARA??!!" Teriak Veline dari dalam kamar mandi.

"Maafkan saya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Naven.

Veline sedikit ragu untuk berbicara, ia membuka sedikit pintu kamar mandi. "Gu-gue lupa bawa baju ganti." Ucap Veline pelan.

Naven menatap Veline bingung. "Kenapa tidak minta bantuan saya saja?" Tanya Naven.

"Malu lah!" Solot Veline. "Lo laki anjir!!"

"Saya memang lelaki, tapi saya suami kamu." Ucap Naven.

Blush

"Lo mau ambilin baju gue gak sihh!!"

Naven mengangguk. " Saya ambilkan." Naven menuju lemari dan mengambil pakaian Veline beserta dalamannya. Setelahnya Naven memberikannya pada Veline.

Veline menerimanya. "Thanks." Veline menutup pintu dan memakai pakaiannya. Ia buru buru keluar dan mengeringkan rambutnya menggunakan hairdayer.

"Biar saya bantu." Naven mengambil alih hairdryer  yang hendak Veline pakai.

"Eh! Gausah-gausah! Gue bisa sendiri kok." Ucap Veline.

"Tidak apa-apa, saya tidak memiliki pekerjaan." Veline mengangguk ia duduk dengan tenang. Sedangkan Naven mengeringkan rambut Veline dengan telaten.

"Lo telaten banget ya Ven." Ucap Veline sembari menatap Naven dari kaca.

"Terima kasih, tapi saya tidak setelaten itu."

"Berarti lo sering keringin rambut Jessica juga dong?" Tanya Veline.

"Tidak."

"Saya tidak percaya." Ucap Veline mengikuti gaya bicara Naven.

"Jangan mengikuti gaya bicara saya Veline, saya geli sendiri mendengarnya." Ucap Naven.

Veline terkekeh pelan. "Jawab dulu yang bener."

Naven menaruh hairdryer tersebut dan menatap Veline dari kaca. "Apakah wajah saya terlihat berbohong saat mengatakan tidak?" Tanya Naven.

NavelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang