09✨

1.1K 22 0
                                    

.
.
.
Happy Reading!!

Veline duduk di halte menunggu Erlangga datang untuk memberikan cake buatan Lisa untuk dirinya. "Mana sih orangnya." Gumam Veline, pasalnya ia sudah menunggu sekitaran 20 menit lalu.

"Sorry, lo Veline ya?" Tiba-tiba seorang pria menghampiri Veline.

Veline menoleh menatap pria itu dari arah hingga ke bawah. "Iya, lo siapa? Kok tau gue?" Tanya Veline.

Pria itu tersenyum pada Veline. "Maaf ya, lo nunggu udah lama ya?" Tanya pria itu. "Gue Erlangga, temennya Lisa." Ucap pria itu sembari mengulurkan tangannya.

Veline menerima uluran tangan tersebut untuk beberapa saat. "Veline." Ucap Eveline canggung. "Emm lo ke sini naik apaan?" Tanya Veline.

"Gue awalnya bawa motor cuman tiba-tiba ban motor gue kempis terus gue bawa ke bengkel di ujung sana, jadinya gue ke sini jalan kaki." Jelas Erlan.

"Lo ke sini jalan kaki dari ujung sana?!" Tanya Veline, dan di balas anggukan oleh Erlan. "Duh gue jadi nggak enak nih." Ucap Veline merasa tak enak.

"Gapapa kali, udah ya gue balik dulu. Udah malem ga baik cewe kaya lo keluar malem-malem gini." Ucap Erlan. Tangannya hampir menyentuh kepala Veline, namun di tahan oleh gadis itu. "Sorry." Ucap Erlan sembari menarik tangannya kembali.

"Gapapa, gue ga suka aja kalau semisalkan kepala gue di sentuh orang." Ucap Veline.

'Selain Naven nggak ada yang boleh sentuh kepala gue.' Batin Veline.

"Oke, kalau gitu gue pamit, nih cakenya." Pria itu menyerahkan bingkisan berwarna putih. "Sampai nanti."

Veline mengangguk. "Hati-hati." Ucap Veline pelan. Setelah itu ia kembali ke rumahnya karena tak sabar untuk mencicipi cake buatan Lisa.

Dari kejauhan seseorang  mengamati interaksi Veline dan Erlan dari kejauhan. Ia menatap tak suka pada dua insan tersebut.

Veline membuka kotak yang menutupi cake  favoritnya. "Wih! Cantik banget gila nih cake, rasa favorit gue lagi." Ucap Veline ia memotong sebagian cake dengan rasa strawberry tersebut dan melahapnya. "Cake buatan Lisa emang yang paling the best deh!" Ucap Veline.

Tak berselang lama Naven masuk. Veline menoleh menatap Naven yang naik ke lantai atas, di pastikan ia menuju kamar mereka berdua.

"Biasanya kalau masuk rumah selalu salam kalau nggak ya bilang, intinya keluar suara lah. Kok ini nggak?" Bingung Veline. "Tapi kok tuh orang pulang ya?"

Tak lama kemudian Naven turun dengan pakaian santainya. Ia menuju dapur untuk mengambil minum.

"Ven lo mau nggak?" Veline menawarkan cake strawberry pada Naven. Namun, tak ada respon dari Naven. "Nggak mau kalik ya?" Veline bangkit berjalan menuju lemari es untuk menaruh cake ke dalamnya. "Lo kok udah pulang kayaknya tadi izinnya lumayan lama deh?" Tanya Veline. Namu, lagi-lagi tak ada respon dari Naven.

"Lo–" belum selesai Veline bicara Naven beranjak pergi menuju kamar. "Kok gue kesel ya?" Ucap Veline. "Masa dia marah perkara yang tadi sih?" Tak ingin pusing ia segera naik ke lantai atas untuk bertanya langsung pada Naven. Veline adalah orang yang tidak bisa di diamkan seperti ini.

NavelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang