05✨

116 8 1
                                    

.
.
.

Happy Reading!!

Veline terbangun dari tidurnya. Ia menoleh ke samping dan melihat wajah tenang suaminya. "Muka setenang ini kenapa sikapnya kaku? Harusnya ramah tau." Veline bangkit dan pergi menuju kamar mandi.

Saat Veline pergi menuju dapur. "Loh? Bi Atun kemarin siang ke mana? Kok ga di sini?" Tanya Veline pada Atun yang sedang mengepel.

"Eh anu nona, maaf karena saya nggak izin. Anak saya tiba-tiba masuk rumah sakit jadi saya harus menjenguk dia di sana." Ucap Atun menjelaskan.

"Terus bibi sekarang kenapa masuk kerja kalau anak bibi lagi sakit?"

"Ini sudah tugas saya nona, saya tidak ingin makan gaji buta." Ucap bi Atun.

Veline mengangguk paham. "Tapi bibi harus temani anak bibi di rumah sakit, aku gapapa kok. Nanti aku izinin ke Naven."

Wajah Atun berbinar senang. "Beneran nona saya boleh izin?" Tanya Atun antusias.

"Iya bi, udah sana ke rumah sakit." Suruh Veline.

Atun mengangguk. "Terima kasih banyak non."

"Sama sama bi, semoga anak bibi lekas sembuh ya." Ucap Veline tulus.

"Terima kasih nona, saya permisi."

Veline mengangguk. Ia melanjutkan pekerjaan Atun yang tadi tertunda. "Kasian banget bi Atun."

"Loh Veline kok kamu yang ngepel?" Suara sesorang mengalihkan atensi Veline.

Veline menoleh. "Loh mami? Kapan ke sini?" Tanya Veline.

"Barusan, kok kamu yang pel? Terus tadi bi Atun mau ke mana?"

Veline meletakkan pel lantai tersebut di sudut dinding. "Anak bi Atun sakit mi, jadi Veline suruh temenin anaknya. Kasian kan kalau anaknya di rumah sakit sendiri?"

Delisa mengangguk. "Kau murah hati banget ya sayang." Puji Delisa.

"Ah, mami bisa aja."

Delisa terkekeh pelan. "Oh iya, mana suami kamu?" Tanya Delisa.

"Naven masih tidur mi, Veline mau banguninnya ga enak. Dia tidurnya nyenyak banget."

Delisa memasang ekspresi terkejut. "Anak itu jam segini masih tidur?!"

Veline mengangguk. "Masih jam setengah tujuh kok mi, wajar lah." Ucap Veline.

Delisa menatap wajah Veline. "Kamu bawa perubahan banyak buat Naven, sayang." Kata Delisa sembari menangkup wajah Veline.

Veline kebingungan. "Maksud mami gimana?"

"Naven itu memiliki insomnia, dia ga bisa tidur lebih dari 4 jam dalam sehari." Ucap Delisa. Ia berjalan menuju kamar Veline dan Naven untuk mengintip Naven yang sedang tertidur.

"Kok bisa mi?" Tanya Veline.

"Ini semua karna kesalahan mami dan ayah Naven. Pada hari itu, saat usia Naven 17 tahun mami bercerai dengan ayah Naven, alasannya karena ayah Naven berselingkuh dengan sekertarisnya sendiri." Delisa mulai bercerita. "Naven menyaksikan mami di aniaya dan ia juga di pukul habis habisan oleh ayahnya. Itu membuat Naven menjadi anak yang  terpuruk dan pendiam." Isak tangin Delisa terdengar.

NavelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang