20✨

976 19 0
                                    

.

.

.

Happy Reading!!

"Y-ya?"

"Wajah temen gue?"

Rahel mendongakkan kepalanya. Bahkan di saat Veline tahu kalau ia telah membohongi perempuan itu pun Veline tetap menganggap dirinya teman?

"I-itu-"

"Itu Jenna yang melakukannya!!" Ciara memotong ucapan Kira.

"Kan kamu yang nyuruh!!" Bantah Jenna.

"Gue ngga nyuruh kalian debat, intinya kalian yang udah bikin pipi mulusnya sakit kan?"

"Saya sudah lelah berdiri." Bisik Naven pada Veline.

Veline mengangguk. "Ayo lah pulang, gue ngga mau di sini lagi. Bosen." Ucap Veline lalu pergi keluar sembari menggandeng tangan suaminya. Namun, belum sempat keluar ruangan Naven bersuara.

"Bara, pecat mereka ber tiga, dan suruh perempuan yang sedang menunduk itu ke ruangan saya." Suruh Naven.

Kira, Ciara dan Jenna menatap nanar kepergian Veline dan Naven. Mau di cegah pun percuma karena Veline memiliki kepribadian yang menjengkelkan.

"Kalian bikin saya kecewa, terutama kamu Ciara, bagaimana bisa kamu melakukan hal kotor untuk pekerjaan kamu?" Ucap Bara.

Ciara menunduk. "Maaf, pak." Ucap Ciara dengan pelan.

"Tidak ada gunanya kamu minta maaf, sudah sana bereskan barang-barang kalian dan pergi." Usir Bara pada ketiga perempuan tersebut. "Dan kamu Rahel, sana temui pak Naven." Suruh Bara pada Rahel.

"Baik pak." Rahel bangun dan segera pergi menuju ruangan CEO untuk menemui Naven.

Di sana terlihat Naven yang sedang mengusap pucuk kepala Veline dan memandangnya dengan pandangan yang teduh. "Jadi mereka beneran suami istri ya?" Gumam Rahel, kemudian ia ingat dengan ucapannya beberapa minggu lalu pada Veline.

'Kenalin, aku kekasih bos di sini.' Itulah perkataan Rahel beberapa minggu yang lalu. "Mati aku." Gumam Rahel semakin was-was.

"Kenapa berdiri di situ terus?" Suara seseorang membuyarkan lamunan Rahel, ternyata yang menegurnya adalah Veline.

"M-maaf." Cicit Rahel, ia segera berjalan mendekati meja CEO itu.

"Kamu tau apa kesalaha kamu?" Tanya Naven dengan wajah yang tenang.

"Maaf karena saya sudah membohongi anda." Ucap Rahel pelan. "Kalau anda ingin memecat saya, saya bersedia. Karena perbuatan saya memang tidak pantas untuk di maafkan." Ucap Rahel sembari menunduk.

"Loh kok pecat?!" Veline menuntut jawaban pada Naven.

"Astaga, saya tidak memcatnya, terserah kamu ingin berbuat apa, saya tidak akan melarangnya ataupun memecatnya." Ucap Naven yang mulai kesal karena di tatap tajam oleh istrinya.

Veline tersenyum puas mendengar jawaban dari Naven, setelah itu gadis itu mendekati Rahel. "Gue ngga mau mecat lo kok, gue cuman mau bilang, kalau lo di ganggu itu langsung bilang, jangan diem-diem gini." Ucap Veline. "Kalau lo ngga berani ngungkapin perasaan yang lo alami sendiri, lo akan selalu tersiksa dan akan tertekan dan hidup lo, hidup lo ngga akan bahagia, Hel." Nasihat Veline untuk Rahel.

"Udah sih, gue cuman mau bilang itu doang. Lo boleh kembali ke meja lo." Suruh Veline.

"Kamu ngga mecat aku?" Tanya Rahel.

NavelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang