.
.
.
Happy Reading!
Naven menatap tajam Veline, apa maksud dari istrinya itu? Kenapa tiba-tiba sekali?
"Apakah kesalahan saya begitu besar?" Tanya Naven.
Veline menggeleng. "Lo ngga salah, gue punya alesan sendiri untuk ini." Ucap Veline.
"Tell me." Ucap Naven.
Veline membuang pandangannya, tak kuasa memandang tatapan tajam suaminya itu. "Lo harus berangkat kerja, ini udah terlalu kesiangan." Ujar Veline mengalihkan pembicaraan.
"Tidak usah bertele-tele dan katakan pada saya semua alasan masalah kita hari ini."
Veline meremat bajunya. "Ngga ada, lo harus berangkat kerja-"
"TIDAK USAH MENGALIHKAN PEMBICARAAN!!" Bentak Naven, Veline terperanjat denan suara Naven yang besar itu.
Tubuh Veline bergetar karena takut, perlahan air matanya luruh. "G-gue kan udah bilang ngga ada, k-kenapa lo maksa gue buat jawab sih!" Isak tangis Veline.
Naven mengusap wajahnya kasar, ia menarik Veline ke dalam dekapannya. "Maaf, maafkan saya." Bisik Naven. Ia terus memeluk Veline yang masih terisak itu.
"Jangan bentak gue." Gumam Veline.
Naven mengangguk, ia mengecupi pucuk kepala Veline menenangkan gadis itu. "Maaf, saya kelepasan." Ucap Naven dengan lembut, Veline memeluk erat tubuh Naven.
Setelah tangis Veline mulai mereda Naven melepaskan pelukannya. Di lihatnya wajah Veline yang memerah karena habis menangis. 'Menggemaskan.'
"Listen, Veline. Not everything you think is what other people know. Jadi, lebih baik kamu mengatakannya dari pada itu menjadi boomerang di dalam hidup kamu." Ucap Naven memberikan nasihat.
"Gue malu dan takut." Gumam Veline.
"Saya tahu itu, jadi sekarang katakan dengan jujur atau saya akan marah kembali." Tekan Naven.
Veline nampak berfikir, apa yang harus ia katakan? Kalau ia berkata jujur pasti sangat malu><
"Kenapa kamu malah melamun, ayo katakan. Saya tidak akan menertawakan kamu." Ucap Naven seakan tahu apa yang sedang di fikirkan oleh Veline.
"G-gue mau cerai." Lirih Veline.
Naven menghela nafas panjang. "Kenapa?" Tanya Naven, matanya terus menatap Veline yang menunduk.
"Gue ngga mau terlalu terlarut dengan semua ini, Ven. Gue ngga mau salah paham menganggap sikap baik lo itu karena lo suka gue yang kenyataannya ngga sama sekali." Jawab Veline pelan. "Gue takut jatuh cinta sendirian."
Naven merain tangan Veline, di usapnya lembut tangan itu. "Kenapa kamu takut untuk jatuh cinta dengan saya? Apakah semenyakitkan itu?"
Veline mengangguk. "Kalau nanti gue jatuh cinta sendirian, gue takut. Gue ngga mau berharap yang membuat gue selalu sakit nantinya." Lirih Veline.
"Kalau gitu bilang pada saya saat kamu sudah jatuh cinta dengan saya." Ucap Naven smbari mengusap pucuk kepala Veline.
"Apa yang bakal lo lakuin kalau gue udah bilang ke lo?" Tanya Naven.
Naven mengecup sekilas telapak tangan Veline. "Saya akan buat cinta kamu menjadi cinta yang setara." Ucap Naven dengan lembut.
Blush!
KAMU SEDANG MEMBACA
Naveline
RastgeleMenceritakan Eveline yang di jodohkan dengan pria kaya raya dari keluarga Randrazof, Eveline yang penurut dengan ucapan orang tuanya hanya mengiyakan ucapan sang papa yang sangat jarang di rumah, sekalinya di rumah malah ingin menjodohkan putri tung...