19✨

876 18 0
                                    

.

.

.

Happy Reading

"Gue udah ngerjain ini, kapan meeting nya?" Tanya Veline pada Rahel yang sedang meminum kopi cappucino nya.

"Udah selesai?" Beo Rahel. "Baru aja kemarin aku kasih tugasnya ke kamu, kok kamu udah selesai?" Bingung Rahel, mustahil sekali bukan?

"Buktinya ini." Veline menunjukkan dokumennya pada Rahel.

"Meeting nya nanti siang sing abis dzuhur." Ucap Rahel, wajahnya terlihat sangat murung.

"Kenapa muka lo murung gitu, ngga suka lo kalau gue udah ngerjain ini?" Tanya Veline.

Rahel menggeleng. "Ngga gitu, aku cuman ngga mau aja kalau kamu beneran selesai ngerjain dokumen itu" Ucap Rahel.

"Apa sih, ambigu banget. Harusnya lo tuh bangga kalau temen lo udah ngerjain tugas yang harusnya lo kerjain!" Cetus Veline. 'Untung tadi subuh Naven mau bantuin gue ngerjain walaupun cuman ngerjain statistiknya aja sih.' Batin Veline.

'Temen ya?' Batin Rahel sedih. "Sebenernya itu tugas-"

"Veline!" Panggil manager. Ucapan Rahel terpotong akan adanya suara Managernya itu

"Iya pak manager?" 

Manager itu mendekati bangku Veline dan Rahel. "Jangan panggil pak kenapa, saya masih muda loh." 

"Pak Naven aja yang masih muda di panggilanya pak, bapak yang udah umur 27 tahun kok ngga mau di panggil pak?" Ketus Veline.

"Astaga, saya hanya berbeda 2 tahun dengan pak Naven."

"Tetap saja." 

Manager itu, alias pak Bara menghela nafas. "Terserah kamu deh, memangnya berapa usia kamu?" Tanya Bara.

"Sembilan belas."

Uhuk!!

Rahel tersedak kopinya sendiri. "Jangan bilang kamu ngga kuliah?!!" Tudong Rahel.

Veline menggeleng. "Kan gue masuk sini karena-"

"Mohon perhatian semua!!" Tiba-tiba suara seseorang mengalihkan atensi mereka. "Saya ada pengumuman penting." Ucap Sekertaris Naven.

"Apa tuh pak?" Tanya salah seorang karyawan.

Veline tak menghiraukan, matanya tengah sibuk menatap seseorang di samping sekertaris Naven dengan pandangan tak suka.

"Perkenalkan, dia adalah Nabilla Azawa. Mulai hari ini, dia akan bergabung di tim pemasaran kita." Ucap sekertaris itu.

Veline mematung di tempatnya. 'Apa lagi ini?' Batin Veline yang sudah lelah.

'Wah, cantik banget.'

'Mukanya kelihatan imut.'

'Saya kira hanya Veline yang akan menjadi idola kantor, ternyata ada lagi ya.'

'Alah kalau saya sih di timnya Veline ya, karena cuman dia yang berani lawan Jessica.'

'Alah, masih cantik juga gue.'

'Mulai dah.'

Berbagai macam omongan mulai terdengar. Veline mengepalkan tangannya dan berlari menuju ruangan Naven.

Brak!

"Apa-apaan ini, Veline. Kenapa kamu memukul meja saya?" Tanya Naven.

"Kenapa cewek sialan itu ke sini?" Tanya Veline ambigu.

NavelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang