13✨

69 5 1
                                    

.
.
.
Happy Reading!!

"Kamu ada masalah?" Tanya Naven saat Veline membuka matanya. "Kenapa menangis?"

Veline mengusap air matanya. "K-kok gue nangis ya, gue ngga tau nih hehe, gue juga bingung." Bohong Veline.

"Veline, kamu tidak ingin bercerita?"

Veline terdiam, ia menatap Naven dengan pandangan yang sulit di artikan.

'Apa gue harus cerita kalau gue nangisin lo Ven? Ngga kan?'

"Gue ngga papa, mungkin karena gue kangen sama bunda ayah, jadinya gue gini." Alibi Veline. "Udah ah gue mau lanjut tidur." Veline menarik selimutnya.

"Saya tidak suka di bohongi." Ucap Naven sembari menarik selimut Veline.

Veline menghembuskan nafasnya. "Gue mau ngomong apa lagi sih Ven, gue cuman kangen Ayah sama bunda."

"Jujur dengan saya Veline."

Veline bangun. "Lo hari ini ke mana aja?" Tanya Veline.

"Saya sedang bertanya dengan kamu, kenapa kamu balik bertanya seperti ini?"

"Lo aja ngga bisa jawab pertanyaan gue–"

Naven segera memotong ucapan Veline. "Saya di kantor, saya meeting di jam 3 sore dan–"

"Dan lo ke apartemen Jessica." Sela Veline. "Lo ke apartemen Jessica dan lo tidur di sana, right?"

Naven menatap bingung Veline. "Saya tidak pergi ke sana, kamu kenapa berfikir saya pergi ke sana?"

Veline memutar bola matanya. "Udah lah, gausah ngelak Ven, gue tau kok kalau lo masih cinta sama Jessica." Ucap Veline.

"Berikan saya sebuah bukti jika saya memang ke sana." Ucap Naven.

"Gatau deh Ven, udah ya gue cape, gue ngantuk." Veline hendak merebahkan tubuhnya, tiba-tiba Naven menarik Veline dan menyatukan bibir mereka.

"Hmphhh!!" Veline membelalakkan matanya, ia hendak memberontak namun kedua tangannya di tahan oleh tangan kiri Naven, tengkuknya di tahan dengan kanan pria tersebut.

Naven melepaskan tautannya. "Sudah cukup kamu memfitnah saya." Ucap Naven, nada bicaranya tersirat emosi. "Setelah saya meeting saya pergi ke rumah mami!" Tekannya.

Veline berusaha mendorong tubuh Naven yang setengah terbuka itu. "Jauhan sialan!" Teriak Veline.

"Shut up, Veline!" Suara Naven meninggi. "Sudah cukup saya bersabar dengan sikap aneh kamu!"

Veline terkejut saat Naven menggunakan nada tinggi. "GUE TAU KARENA GUE ADA BUKTI VEN! LO KE APARTEMEN JESSICA!!" Teriak Veline. Ia segera turun dari kasur dan berlari pergi. Namun, belum saja ia membuka pintu tangannya sudah di tahan oleh Naven.

"Lepasin! Lepasin gue sialan!!" Berontak Veline, tangisnya pecah saat itu juga, Naven segera menarik Veline ke dalam dekapannya. "Lepasin gue,,," Isak Veline.

"Suut,,, maafin saya." Ucap Naven lembut, ia mengusap kepala Veline lembut. "Kita telvon mami untuk membuktikan kalau ucapan saya itu benar." Ucap Naven. Ia menarik Veline kembali ke ranjang tidur. Pria itu meraih ponselnya dan menghubungi Delisa.

"Apa lagi sih Naven?! Mami ngantuk mau tidur."

"Veline sedang menangis mi." Ucap Naven. Veline menatap tajam Naven.

"Anak mami kenapa nangis? Kamu apain dia Naven?!"

"Veline salah paham."

"Salah paham kenapa sayang?"

NavelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang