14✨

59 5 2
                                    

.

.

.

Happy Reading!

Pagi hari tiba, matahari mulai menyinari dua insan yang sedang tertidur itu. Perlahan Veline membuka matanya, pandangan pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Naven yang masih pulas tertidur. Di pandanginya wajah suaminya itu. 'Kenapa gue harus di jodohin sama lo?' Batin Veline bertanya. 

Kalau salah satu di antara kita ada yang mulai cinta gimana, siapa yang akan bertanggung jawab? Sedangkan pernikahan ini hanya bertahan sampai 5 bulan saja?

"Kalau sampai hari perceraian itu tiba apa yang akan kita lakuin nanti, apakah kami akan seperti dua insan yang tidak saling kenal, atau kami akan beranggapan seperti tidak terjadi sesuatu di antara kita?" Tanya Veline. "Apa lo bakal balik lagi sama mantan lo, apa lo bakal nepatin omongan lo yang ngga akan cari istri lagi setelah kita bercerai nanti?"

Veline menggelengkan kepalanya. "Gue mikir apa sih." Setelahnya Veline beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah kepergian Veline, Naven membuka matanya. Sebenarnya ia sudah terbangun sebelum Veline terbangun, ia hanya ingin memeluk Veline lebih lama, entahlah Naven sangat suka saat ia berdekatan denga Veline. 

"Entahlah, saya juga tidak tahu, saya juga tidak ingin melepaskan kamu. Tapi, ini adalah sebuah keputusan yang kita buat Veline." Ucap Naven sembari menatap pintu kamar mandi.

Drrrrt!

Ponsel Veline berdering, Naven meraih ponsel tersebut dan melihat nama penelfon. "Siapa Jaleo, apakah dia kekasih Veline?" Gumam Naven, ia menekan ikon hijau pada layar ponsel tersebut. 

"Woy Vel, sibuk ngga, kalau ngga temenin gue ke mall." 

"Kamu siapa?" Tanya Naven.

"Loh, kok suara cowok, lo siapa, kenapa ponsel Veline ada di elo?" 

"Saya suami dari perempuan yang nomornya kamu telfon saat ini." Ucap Naven terdengar sangat datar.

"Wah gila nih orang, di CV si Veline dia aja belum menikah gimana konsepnya dia punya suami?"

"CV? Apa maksudmu?" Tanya Naven. "Apakah dia bekerja di tempatmu?"

"Gimana sih, suaminya masa ngga tau kalau istrinya kerja?"

"Saya tahu." 

"Nah, terus ngapain lo nanya ke gue?"

"Saya tahu saat kamu kasih tahu barusan." Ucap Naven lempeng.

"Lah si gobl-"

Belum selesai Jaleo menyelesaikan kalimatnya, Naven sudah memutuskan sambungan tersebut. "Kenapa gadis itu tidak bilang pada saya kalau dia bekerja?" 

"Ven?" 

Naven menoleh saat namanya di panggil, Veline mendekat dengan rambut yang masih basah dan juga handuk kimono yang melekat pada tubuhnya. "Lo udah bangun, kok handpone gue di tangan lo?" Tanya Veline.

"Kenapa kamu tidak bilang?" 

Veline menyenyitkan dahinya lantaran bingung apa yang di maksud oleh Naven. "Maksudnya gimana?" Tanya Veline.

"Kamu bekerja." Ucap Nven.

Veline terdiam. "Kok lo tau, dari mana?" Tanya Veline. "Lo mata-matai gue?!"

"Saya tidak sekurang kerjaan itu untuk memata-matai kamu." Ucap Naven. "Keluar dari tempat itu." Suruhnya.

"Gue ngga mau!" Tolak Veline.

NavelineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang