Bab 30.

147 42 4
                                    

Mobil pandu berhenti tepat dikosan lintang, pria dingin itu langsung mematikan mesin mobilnya dan melepaskan saltbelt nya. Lintang juga demikian dan langsung membuka pintu mobil, dia masih berdiri tanpa berniat masuk kedalam kosan seolah ingin bicara dengan pandu namun lidah nya terasa keluh. Pandu hanya menatap lintang dengan datar namun sesungguhnya dia menantikan lintang ingin mengatakan apa, sampai lima menit lintang tidak juga membuka suaranya dan pandu merasa gemas melihatnya.

"Ada yg ketinggalan?" Tanya pandu membuat lintang akhirnya menggeleng.

"Gak jadi, kak. Makasih udah mau anterin aku. Dan maaf aku semalam merepotkan kak pandu."

"Hm, kamu memang merepotkan. Lain kali kalau tidak bisa minum alkohol jangan minum."

Lintang meringis mendengar ocehan pandu yg terdengar sangat dingin dan nyelekit, seolah dia tertampar dengan realita yg ada kalau kemaren malam buat ulah dirumah pandu. Bahkan lintang juga masih terbayang rincian biaya ganti rugi yg cukup banyak, memikirkan nya saja buat lintang pusing.

"Masuk sama! Istirahat!"

Lintang mengangguk cepat dan langsung berlari kecil masuk kedalam gedung kosan nya, pandu sendiri menatap lintang dengan senyuman tipis dan langsung pergi dari sana. Karena dia harus ke kampus lagi terlalu banyak tugas yg musti dia lakukan, belum lagi pekerjaan di perusahaan sang ayah membuat pandu nyaris tidak ada waktu.

Sepanjang jalan menuju kamar kosan nya lintang masih berpikir keras bagaimana caranya bisa melunasi hutang dia ke pandu dalam waktu singkat, ingin bekerja tetapi masih bingung mau kerja dimana. Apalagi nyari kerja part time ditengah kesibukan kuliah sangat susah dan sulit diterima nya.

"5 juta cicil seratus ribu setiap bulan, ini kalau ibun tau aku berhutang sebanyak ini sama orang bisa di gantung."

Rasanya lintang ingin menangis kiriman orang tuanya saja kadang tidak cukup selama sebulan, gimana caranya buat melunasi hutang dan tidak terlibat lagi dengan pandu. Lintang tidak mau terlibat lebih jauh dengan lelaki datar seperti pandu. Tenaga bisa saja terkuras karena capek batin atas omongan tajam pandu dan tatapan tajam nya itu.

Dengan langkah gontai dia pun membuka pintu kosan nya, disana sudah ada venus yg baru ganti baju dan feeling lintang sih venus juga baru pulang.

"Baru pulang lo" ujar venus lintang mengangguk lesu saja.

Venus merasa kasihan melihat lintang yg seperti banyak beban, dia lekas duduk dikursi belajar sang sahabat. Sambil menatap penuh selidiki dan nyaris tertawa namun venus bisa menahan nya.

"Lemes banget" kata venus lagi.

"Gimana gak lemas gue lagi mikirin cara buat bayar hutang kak pandu."

"Hm, belum ketemu solusi nya?"

"Udah sih. Dia minta gue bayar setiap bulan seratus ribu, cuman gue kayak keberatan loh ini."

"Keberatan gimana?"

"Ya berat dong, ve. Seratus ribu sebulan gue mau cicil berapa bulan. Sementara gue aja satu hari gak tahan berinteraksi dengan manusia kutub utara itu."

Venus terkekeh kecil "kirim aja dia pesan tawar lagi, lo sanggup nya berapa tang?"

"Gue gak sanggup sebenarnya, lima juta terlalu banyak, ve."

"Ya mau gimana lagi gue juga gak ada uang segitu, satu satunya ya lo tanyain ke kak pandu mau dia gimana."

Lintang mengacak rambutnya frustasi sungguh dia pusing memikirkan cara bayar hutang, venus juga tidak bisa berbuat banyak selain berdoa agar lintang tidak terlepas dari jeratan cinta pandu. Gimana pun venus akan dukung pandu dengan lintang karena dia merasa gemas saja melihat cara pandu memperlakukan lintang.

"Dah lo pikirin lah cara paling mudah buat cicilan hutang itu, gue mau mandi dulu."




Bisakah cicilan nya jangan seratus ribu perbulan, itu akan sangat lama.

Lintang mengirim pesan singkat kepada pandu, dia harap harap cemas karena telah mengirimkan pesan itu. Ya semoga aja cepat dibalas namun setelah pengiriman pesan beberapa saat lalu malah di baca doang.

"Iih, kenapa cuman dibaca doang."

Sumpah demi apapun lintang kesal, dia tidak pernah sekesal ini pada orang lain. Tapi kenapa sejak bertemu pandu dan pandu menolong nya pria dingin itu sangat menyebalkan.

"Gue kirim sekali lagi" gumamnya dengan modal nekat mengirim pesan lagi.

Cuman dibaca berarti kak pandu setuju.

Setelah mengirim pesan itu ponsel lintang berbunyi ada nama pandu tertera dilayar ponsel dia, lintang sedikit lama mengangkat nya dan mengambil nafas panjang lalu menekan tombol hijau.

"Halo."

"Jangan ada penawaran lagi karena aku bukan penjual dipasar."

"Ayolah, seratus ribu perbulan sangat lama lunas nya."

"50 ribu perbulan, tidak pake penolakan."

"Hah! Kak pandu yg benar aja sih."

"Sebenarnya mau kamu apa, lintang. Itu sudah aku kasih keringanan. 50ribu satu bulan udah lebih baik. Padahal kamu hanya mencicil sebanyak seratus ribu perbulan itu sudah sedikit."

"Tapi kak-"

Belum sempat lintang berbicara sambungan telpon nya sudah di putus, lintang mendesah pelan bukan malah diringankan justru pandu memberatkan. Lintang akan sangat frustasi kalau beberapa tahun kedepan hidupnya pasti akan sangat menyebalkan.

Venus yg baru saja keluar dari kamar mandi tersenyum seperti orang bodoh, lintang menaikan alisnya tanda bingung dengan sikap venus.

"Kesambet" ujarnya membuat venus menggeleng.

"Gue gak nyangka ada kemajuan juga lo deket dengan kak pandu."

"Kemajuan apa? Gue cuman tanyain hutang gue doang bukan malah dibuat mudah jadi makin sulit. Lo bayangin aja seratus ribu perbulan sudah sangat lama lunasnya. Ini dia minta 50ribu perbulan. Astaga bisa mati muda gue."

Venus lekas mengambil tempat duduk didekat lintang, sementara lintang mengambil boneka kelinci nya dan menggigit gemas.

"Ada solusinya sih sebenarnya kalau lo mau tau" kata venus memberikan usul.

"Apa?"

"Jadi pacar kak pandu maka hutang lo lunas."

"Orang gila!"



Pagi harinya seharusnya membuat lintang semangat justru dia sama sekali tidak semangat, bahkan bertemu dengan teman falkutas nya juga dia hanya menutup wajahnya diatas meja. Lucky dan yg lainnya merasa heran dengan lintang, tidak biasanya temen mereka jadi lemas begini.

"Lo kenapa dah lemes banget" ujar lucky membuat lintang mendongak.

Lintang duduk dengan tetap "gue kesel banget sama kak pandu."

"Kak pandu siapa dia?"

"Lo tau gak orang semalam nolongin gue itu, nah gue disuruh ganti rugi padahal harusnya gue yg minta ganti rugi."

"Bentar bentar ini konsepnya gimana sih, gue gak paham."

Lintang menghela nafas saja dan barulah dia bercerita kepada temen falkutas nya, lucky yg lain lekas paham karena lintang bercerita soal semalam.

"Hm, kalau jadi kak pandu itu udah jelas minta ganti rugi, lagian ponsel lo rusak bukan karena dia tapi emang ke injak sama orang. Lo tau berkat lo serang gunawan kemaren malam jadi chaos anjiir."

"Jadi, bukan karena dia ponselnya gue rusak."

"Ya bukanlah."

Lintang semakin gusar ternyata pandu mengganti ponselnya yg jauh lebih mahal, akan tetapi tetap saja uang ganti rugi atas kerusakan tetap sangat memberatkan lintang, tak lama lintang pun berbunyi pertanda satu pesan masuk.

Mata lintang membola sempurna karena pesan itu dari pandu, dia mendadak seperti orang bodoh mendapatkan pesan baru.

Temuin aku di falkutas kedokteran.




















To be continued..

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang