Bab 31.

123 36 5
                                    

Lintang menggerutu kesal mendapatkan pesan dari pandu dengan seenaknya menyuruh dia menemui pria cool tersebut, dengan perlahan dia segera membereskan semua barang nya buat dimasukan lagi kedalam tas. Tidak lupa dia menghabiskan jus didalam gelas yg tinggal beberapa teguk lagi itu, lucky yg lainnya menatap lintang dengan perasaan yg bingung.

"Mau kemana?" Tanya lucky yg penasaran.

"Cabut dulu gue."

Lucky tidak bisa menahan lintang lagi yg sudah lebih dulu beranjak dari duduknya, pergi secepat kilat ke luar dari cafe menuju ke falkutas kedokteran. Yg aneh nya kenapa musti ke falkutas itu sedangkan setahu lintang juga pandu jurusan arsitektur kan yg tempatnya di gedung C. Tetapi apapun itu lintang harus cepat karena ini adalah soal hutang dia, hidup dan mati lintang.

Berjalan seorang diri dengan mengomel sepanjang perjalanan hingga sampailah lintang di gedung B yg mana itu sudah di falkutas kedokteran, dia mencari keberadaan pandu namun sampai lintang sampai itu wajah seorang pandu tidak terlihat. Kesal lintang semakin menjadi harusnya tadi tidak mengiyakan ajakan pandu jika dia harus menunggu seperti ini.

"Ekhem" deheman seseorang membuat lintang menoleh ke belakang.

Pandu dihadapan nya kini sedang melipat tangan nya aura kutub utara pandu kian terasa mencekam menurut lintang, lintang tersenyum seperti orang bodoh sementara pandu hanya menatap kearah lintang dengan tatapan datar.

"Mau ngomong disini apa keluar kampus" ujar pandu dengan suara yg dingin.

"Terserah kak pandu aja ngomong dimana, intinya gue minta keringanan hutang aja."

"Mau keringanan apalagi, itu solusi gue udah kasih ke lo."

"Mau berapa tahun coba gue angsur nya, kak. Kalau sebulan cuman seratus dan lima puluh ribu."

Alis pandu terangkat "terus lo mau balas lunas gitu."

Lintang bungkam tidak bisa menjawab ya tidak mungkin aja dia membayar lunas hutang sekitar lima juta, sementara tabungan dia tidak sampai segitu bahkan uang jajan dari orang tuanya juga gak sampai segitu. Bahkan lintang tidak termasuk orang kaya.

"Ya gak juga. Cuman ya itu tunggu gue nyari kerja lah baru bisa bayar hutang lo."

"Kerja? Emang lo mau kerjaan apaan, emang ada yg mau menerima yg masih berstatus mahasiswa kerja gitu."

"Ya ada. Kerja part time nanti gue sama venus nyari."

"Daripada kerja mending lo bantuin gue, ntar gue kasih uang atau sebagai angsuran."

"Kerja apa dulu gue gak mau kerja haram."

Pandu menatap tajam kearah lintang membuat lintang mati kutu, lintang lekas menggaruk kepalanya sambil cengengesan ditatap seperti itu. Padahal tidak ada yg salah dari ucapan nya tetapi dia sudah ditatap oleh pandu begitu.

"Kerja temenin gue kalau gue butuh lo, lo harus siap. Nanti lo bisa ketemu sama asisten pribadi gue buat ngomong masalah ini."

"Bentar, gue kerja jadi babu dong."

"Bukan babu! Tapi cukup lo denger semua perintah gue!"

"Misalnya gimana? Gue masih belum paham."

Pandu melangkahkan kakinya selangkah membuat lintang reflek mundur ke belakang, namun pandu lekas memegang pinggang lintang. Lintang gugup ditatap begitu intens apalagi melihat mata pandu yg setajam elang, sungguh jantung lintang rasanya mau keluar saja.

"Jadi anak baik buat gue."

Usai mengatakan itu pandu melepaskan cengkraman pinggang lintang, dan langsung pergi meninggalkan lintang yg masih terdiam kaku. Setelah pandu agak jauh barulah lintang tersadar.

Serendipity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang