30

387 64 17
                                    







♧♧♧

Author pov

Keesokan paginya

06.30

Ruangan rawat inap asa

Canny terduduk menatap dan menggenggam tangan asa yang  baru 3 jam yang lalu baru dipindahkan kesini. Sebenarnya keluarga mereka yang lain ingin menemani canny dan asa disini, namun canny melarang karena merasa kasihan ke mereka semua apalagi orang tua mereka yang sudah tua dan juga rufasya anak pharita dan ruka yang masih sangat kecil. Dan untungnya mereka tidak terlalu menolak, karena sekarang asa hanya perlu pemulihan saja. Karena operasinya sudah dilakukan kemaren dan syukurnya berjalan dengan lancar.

Selama 3 jam ini canny tidak ada tertidur sedetikpun, yang dilakukan canny hanya memandangi wajah wanita yang sangat dia rindukan beberapa hari ini. Dan juga sesekali memandang foto baby mereka yang tadi sempat dia foto, saat babynya baru keluar dan ternyata baby mereka masih sangat kecil dan belum terbentuk apapun, masih dalam bentuk segumpal daging merah.

Canny pun menghela nafasnya dan menyandarkan pipinya ke tangan asa yang digenggamnya"Kata-kata apa yang harus aku ucapkan ke kamu tentang anak kita asa. Apakah aku sanggup mengatakannya kalau anak kita sudah tenang diatas sana. Apalagi kamu sangat menyayangi anak ini" gumam canny yang entah air matanya sudah berjatuhan saja.

Sampai tiba-tiba bunyi telepon membuat canny menghapus air matanya dan mengangkat telepon itu.

"Sekarang gue belum bisa kesana, asa sendirian disini" jawab canny.

"Terus harus gue apain ni orang?" Tanya rami bertanya ke canny.

"Siksa dia seperti dia nyiksa asa. Kalau bisa siksa dengan benda yang tajam, like a knife, for more fun" ucap canny santai sambil membayangkan orang-orang yang menyiksa istrinya itu meraung kesakitan.

"Gila sih... tapi gue suka ide lo" ucap rami terkekeh kecil.

"Baby lo dan asa gimana? Udah dikuburin?" Tanya rami hati-hati ke canny.

"Udah kemaren malam, di belakang rumah sakit ini" jawab canny yang membuat rami terkejut.

"Kenapa gak dibelakang mansion lo aja pea..." kesal rami karena kenapa gak dibelakang mansion mereka saja.

"Disini aja lebih bagus, lagian ini rumah sakit keluarga kita kan. Jadi asa bisa kapanpun datang kesini, kalau lagi rindu babynya" ucap canny yang masih belum bisa membuat rami puas dengan jawabannya.

"Lebih bagus dimansion can... dia bisa dateng tiap hari tengokin anaknya" ucap rami lagi.

"Karena itu gue gak mau di kuburin dibelakang mansion ram... gue gak mau asa terus-terusan sedih. Karena kalau kuburan baby disitu dia bakalan kesana tiap hari, tiap jam, atau bahkan tiap menit. Dan itu akan membuat dia semakin susah move on untuk kedepannya. makanya keputusan gue kuburan baby disini sudah bagus" ucap canny yang membuat rami paham dengan maksud canny.

Canny hanya tidak ingin asa terus-terusan kepikiran baby mereka yang sudah tiada. Karena canny tahu asa anaknya sangat pemikir, bahkan bila itu hanya masalah kecil. Apalagi ini, tentang kematian anak mereka. Canny tidak bisa membayangkan se stress apa asa.

"Iya... gue paham kok maksud lo. Yaudah gue matiin dulu ya ni telfon. Bye adikku" ucap rami mematikan panggilannya ke canny.

Setelah rami mematikan telfonnya, canny pun menyimpan kembali telfonnya. Lalu kembali menatap asa yang masih belum membuka matanya, dan canny pun mengambil tangan asa lagi dan menciumnya dengan sepenuh hati.

I'm Not HimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang