Part 27

208 39 18
                                    

"Yang masuknya lama bayarin mie ayam!" ajak Bryan.

Kai berlari duluan meninggalkan kedua abangnya. Baru saja ia masuk ke dalam rumah, ia tersandung kaki seseorang yang berada di lantai. Untung saja dirinya tidak tersungkur ke lantai. Kai menatap orang itu.

"Loh Papa? PAPA KENAPA???!" teriakan Kai terdengar hingga ke telinga dua abangnya yang berada di luar rumah.

Kai langsung menggendong tubuh Zelvin, ia merebahkannya di sofa. Kedua abangnya berlari menghampiri Kai yang berteriak tadi.

"Kenapa Kai?" tanya Bryan dengan tatapan khawatir.

"Gua tadi lari duluan masuk ke rumah, kaki gua kesandung. Gua gatau klo papa udah tergeletak di lantai. Jadinya gua gendong" jelas Kai.

"Perasaan gua dari tadi emang ga enak" ucap Terry.

"Emang ap—" ucapan Bryan terputus.

"Ugh! Pusing banget!" lirih Zelvin. Ketiga anaknya langsung mendekati Zelvin.

"Papa mau Bry ambilin apa?" tanya Bryan.

"Papa mau dipijitin?" tanya Terry.

"Papa mau diantar ke kamar?" tanya Kai.

Zelvin langsung terbangun. Ia menatap ketiga anaknya yang sudah berada didepannya. Mata Zelvin terasa sipit karena sehabis nangis.

"Kalian udah dari tadi?" tanya Zelvin. Mereka bertiga mengangguk.

"Papa tadi kenapa di lantai? Kai kira papa pingsan, jadi Kai gendong ke sini" jawab Kai.

"Papa cuman ngantuk, jadi ketiduran di situ" jawab Zelvin sambil tertawa kecil.

"Pa, tolong jujur sama kita" pinta Bryan dengan nada serius.

Zelvin menghela napas, ia tidak ingin jika anak-anaknya kepikiran tentang ini. Jadi apakah dirinya harus berpura-pura baik baik saja?

"Papa gap—" belum sempat Zelvin menyelesaikan ucapannya. Bryan langsung bertanya lagi.

"Pa, stop bilang gapapa, sedangkan papa kayak begini ga mungkin papa baik-baik aja. Bry mohon buat papa cerita, seenggaknya bisa ngurangin beban pikiran papa dan jangan dipendam sendiri. Kita ini anak-anak papa loh. Papa boleh cerita apapun tentang masalah papa, kita bisa dengerin cerita papa. Kita khawatir klo papa pura-pura kelihatan baik-baik aja di depan kita. Papa habis nangis loh itu, ga mungkin papa klo nangis sampe ketiduran di lantai, apalagi di ruang tamu" jelas Bryan. Zelvin rasanya ingin menangis lagi, anak-anaknya ini selalu mengerti tentang keadaan dirinya.

Bryan menggengam tangan Zelvin. "Pa, tolong cerita apapun yang ada di unek-unek papa. Kita selalu ada buat papa, kita ga bakal ninggalin papa"

"Iya pa, ucapan bang Bryan ada benernya. Lebih baik papa cerita ke kita daripada dipendam sendiri" lanjut Terry.

"Kita sayang sama papa. Papa diam-diaman begini malah bikin kita khawatir" timbal Kai.

"Percaya sama kita. Kita bakal jagain papa apapun yang terjadi, papa gamau kita sedih kan?" tanya Bryan.

Zelvin langsung memeluk ketiga anaknya. "Makasih ya, kalian selalu ada buat papa" ucapnya.

"Kita selalu di samping papa kok" jawab Kai.

Bryan mulai menjaili Kai. Mereka berdua ribut ke sana kemari, di susul Terry yang juga ikut menjaili adeknya. Zelvin tertawa melihat kelakukan anaknya, mereka juga sesekali menjaili Zelvin.

Bahagia Zelvin sesederhana itu, melihat orang yang ia cintai serta sayangi ini tertawa saja sudah membuat Zelvin ikut tertawa.

Malam pun tiba, Zelvin memasak seperti biasa. Ia bilang ke ketiga anaknya untuk makan malam bersama Abian saja dan jangan bersamanya. Mereka sempat memarahi Zelvin karena mereka pikir Zelvin tidak akan makan. Tetapi ketiga anaknya ini memerhatikan Zelvin makan, mereka tidak mau ada kebohongan di diri Zelvin.

Abizel Family (SoobJun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang