Part 22

280 49 6
                                    

Sudah sekitar satu mingguan Abian sakit, Zelvin terbangun dari tidurnya. Ia mengecek dahi Abian. Zelvin menghela napas lega, Abian sudah sembuh dari sakitnya. Zelvin beranjak dari kasur kemudian berjalan menuju kamar mandi.

Ia mencuci mukanya serta menggosok gigitnya di wastafel. Saat ia menatap wajahnya di cermin, dirinya begitu pucat. Pantas saja ia tadi merasa sedikit pusing.

Zelvin berjalan ke meja riasnya. Ia mengambil lip balm yang berwarna pink, kemudian ia oleskan ke bibirnya. Semoga saja ini tidak membuat Abian ataupun ketiga anaknya khawatir.

Zelvin berjalan menuruni tangga, entah kenapa dirinya merasa lemas dan ingin ambruk saja. Tetapi hari ini anak-anaknya bersekolah dan mungkin saja Abian bekerja juga. Zelvin berpegangan pada pembatas tangga itu untuk menuruninya.

Sesampainya di dapur, ia mulai memasak semoga saja enak. Ia menyiapkan makanan dan juga membereskan dapurnya. Sesekali menyapu rumah walaupun dirinya lemas tidak bertenaga.

Saat dirinya menyapu, ia mendengar suara orang menuruni tangga. Ternyata ketiga anaknya serta Abian sudah menuruni tangga. Abian hendak memeluk Zelvin tetapi Zelvin langsung menghindar. Kenapa ini? Apa ada yang salah dengan dirinya? Zelvin cuman tersenyum ke Abian.

Saat makan walaupun sempat ribut, Zelvin tidak mood untuk marah-marah saat ini. Pada akhirnya Abian menegur mereka semua. Tumben sekali istrinya pendiam? Abian bertanya tanya pada dirinya sendiri.

Selesai makan, ketiga anaknya berangkat untuk sekolah. Mereka ingin mencium pipi Zelvin, tetapi Zelvin menolak mereka pada akhirnya mereka hanya mencium tangan Zelvin yang tertutup lengan piyamanya.

Abian menatap heran kepada istrinya. Zelvin ingin berbicara tetapi mungkin suaranya akan terdengar jelas jika dirinya lemas seperti orang sakit, tapi emang dirinya sakit.

Zelvin hendak pergi dari hadapan Abian. Baru saja Abian ingin meraih tangan istrinya, tiba-tiba saja istrinya ambruk. Ia langsung menangkap tubuhnya. Abian menaruh punggung tangannya pada dahi Zelvin. Yang benar saja istrinya demam tinggi.

Abian menggendong Zelvin menuju mobilnya. Ia meletakkan Zelvin dikursi depan tidak lupa memakaikannya sabuk. Abian segera memasuk ke mobilnya. Dirinya mendadak panik, istrinya ini jarang sekali sakit.

Abian mengendara mobilnya secepat kilat menuju rumah sakit. Ia menggenggam tangan istrinya yang pingsan itu.

Sesampainya disana, Abian menggendong Zelvin kemudian berlari memasuki rumah sakit. Untung saja rumah sakit itu sepi, jadi bisa ditangani secepatnya.

"Ugh!" rengkuhan pelan Zelvin. Ia terbangun dan menatap sekitar. Perasaan dia tadi masih berada di rumah? Sekarang dia dimana?

Zelvin menoleh ke arah sampingnya. Infus tertancap di tangannya serta Abian menggenggam tangannya. "Ian" panggilnya.

Abian mendongak, matanya sembab. Ia langsung mengusap kedua matanya. "Eh sayang, udah bangun?" tanya Abian. Huh basa basi yang tidak jelas, sudah tau Zelvin melek malah pake nanya.

"Kenapa aku disini? Harusnya aku di rumah kan. Terus kenapa kamu nangis? Aku ga kenapa kenapa kan?" tanya Zelvin.

"Hiks . . . karena kamu ngurusin aku. Kamu jadinya sakit tipes, kamu sering telat makan juga" Abian menangisi Zelvin seperti anak kecil. Zelvin hanya bisa menggelengkan kepalanya, suaminya ini kenapa? Sakitnya aja ga parah kok bisa ia menangis seperti ini? Tapi klo dilihat-lihat ini hal yang sangat menggemaskan.

"Udah jangan nangis ih, cengeng kamu tuh" ejek Zelvin. Ia mengusap air mata sang suami.

"Kamu sekalinya sakit langsung masuk rumah sakit. Siapa coba yang ga panik?" jawab Abian.

Zelvin berusaha bangun dari tempat tidur. Rasanya dirinya masih pusing. Abian dengan sigap membantu Zelvin untuk menyandarkan punggungnya.

"Ya aku gatau klo bakal masuk rumah sakit" jawab Zelvin dengan santai.

Abian mulai naik di ranjang rumah sakit, ya untungnya Abian sengaja memilih ruang VIP yang terdapat kasur yang lumayan lebar. Abian ikut bersandar disamping istrinya. Zelvin pun menyandarkan kepalanya di bahu Abian.

"Aku dari dulu khawatir. Liat kamu tiba-tiba digotong ke UKS aja aku ikut. Untungnya kamu ga sadar klo aku ada disamping kamu, ya kamunya aja pingsan. Mungkin kamu pas bangun ga liat aku, soalnya aku udah diusir sama yang jaga UKS" ucap Abian. Ia sedikit tertawa karena tingkah lakunya semasa sekolah dan ia tergila-gila dengan yang namanya Zelvin.

"Aku heran, padahal kamu udah aku tolak tapi tetep aja ngejar. Dasar orang aneh" gerutu Zelvin.

"Orang yang kamu katain orang aneh, sekarang jadi suamimu kan" ucap Abian dengan bangga. Ya jawaban Abian tidak salah sih.

"Ya bener sih. Kamu pake dukun ya buat memikat hatiku?" pertanyaan yang sangat aneh menurut Abian. Padahal jelas-jelas Zelvin sendiri yang kepelet akan pesona Abian.

"Idih mana ada? Aku anti dukun bos. Kamu aja yang kepelet akan pesonaku" jawabnya dengan rasa percaya diri yang ketinggian. Zelvin langsung mencubit pinggang Abian dengan tangan kiri yang tidak di infus itu.

"Mas, aku pusing" ucap Zelvin sambil mengerucutkan bibirnya. Abian menyuruh Zelvin untuk berbaring dan menunggu obat yang akan dibawakan oleh perawat serta makanannya.

"Mau peluk, shh!" Zelvin merintih kesakitan karena tangannya yang di infus itu. Abian pun menaruh tangan kanan Zelvin diatas perut Zelvin. Ia memijat pelan tangannya untuk mengurangi rasa nyeri.

"Biar Mas peluk aja. Kamu ga usah banyak gerak" Abian memeluk perut Zelvin. Ia berusaha tidak menyenggol tangan kanannya.

"Aku boleh tidur ga?" tanya Zelvin. Pertanyaan yang aneh lagi, Abian dibuat pasrah akan pertanyaan itu. Untung saja Zelvin istri kesayangannya.

"Boleh mbul. Tidur tinggal tidur, kenapa harus izin ke aku? Kamu ini kebiasaan" ucap Abian. Zelvin hanya tersenyum sambil memperlihatkan giginya walaupun wajahnya pucat. Abian masih bisa melihat wajah cantik istrinya.

"Akukan cuman nanya" jawab Zelvin.

"Kamu masih pusing?" tanya Abian. Zelvin mengangguk.

Abian memijat kening Zelvin dengan lembut. Abian bisa merasakan kening Zelvin yang masih panas. Pada akhirnya Zelvin tertidur pulas.

"Ini kenapa ga ada kompres sih? Kasihan istri gua njir" gerutu Abian dalam hatinya.

Abian menopang kepalanya dengan tangannya. Ia melirik wajah Zelvin yang tertidur. Abian ini senang sekali menatap Zelvin, ya karena ia sangat susah mendapatkan hati seorang Zelvin ini.

"Kamu sakit malah bikin aku sedih, rasanya kebahagiaan ku seketika hilang. Kamu itu cinta pertamaku, walaupun aku bukan cinta pertamamu. Tapi aku udah jadi suami kamu, apapun yang terjadi aku selalu jagain kamu" guman Abian.

"Ugh! Ian" Zelvin sedikit tidak nyaman tidur karena dirinya pusing. Abian langsung memijat pelan kening istrinya.

"Cup cup, bobo yang nyenyak sayang" ucap Abian sesekali mencium kening Zelvin.

Dirasa Zelvin sudah tertidur pulas, tiba-tiba saja rasa ngantuk menyerang Abian. Ia memeluk tubuh Zelvin kemudian tertidur disampingnya.


















TBC

eh gue boleh tidur ditengah tengahnya Zelvin ama Abian gx??

jangan lupa vote sama komen yh muah

Abizel Family (SoobJun)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang