LINDAP
Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!
Saat tanganku bertautan, maka tangannya akan menengadah.
"Rasya~"
Aku mencebik, suara yang begitu kukenali mengalun menyuarakan nama panggilan yang hanya ia mampu menyuarakannya semerdu itu, menurutku. Aku kembali mencebik tanpa menghentikan langkah.
"Rasyakala~"
Kali ini aku mendengus geli, aku tahu dia mengikuti langkahku beberapa langkah di belakang sana. Entah sudah sejak dari kapan ia mengekoriku, tanpa aku berniat memberinya atensi.
"Rasya!"
Oh, Jesus... aku harus menahan diri agar semburan tawa tak meluncur bebas. Betapa menyenangkannya menggodanya seperti ini.
"Sonja Rasyakala Rexa!"
TAP!
Ho ho! Dia marah! Teriakan dengan meluncurkan nama lengkapku membuatku menghentikan langkah. Namun aku bergeming, menoleh pun tidak, jangankan menoleh menyahuti panggilannya juga tidak.
Aku yakin dia geram, seperti langkah suara kakinya yang tergesa menghampiriku. Aku mengulum senyum.
"Rasya!"
Kutunjukan poker face saat ia membalik tubuhku untuk menghadapnya, aku mendongak memandangi wajah cemberutnya.
Dan aku tidak menyukai fakta bahwa dia lebih tinggi dariku.
"Iya, Lavanya Karnika Putri?"
PLAK!
"Gak usah ngeledek!" Deliknya.
Aku tersenyum kecut, padahal dia duluan yang memulai tadi dengan menyebut nama lengkapku, giliran aku membalasnya, lenganku menjadi sasaran tamparannya.
Ah... aku sudah biasa.
"Kamu dari tadi aku panggilin gak nyautin!" Hahaha... dia melipat tangannya, "Budek Kamu?!"
Seriously?! Dari tadi?! Bahkan ini belum setengah dari tungkaiku yang akan menyusuri panjang koridor kelas 11.
Aku mendesah jengah, "Lo duluan yang nyuekin gue." Anya, begitu aku memanggilnya, ia menukikan alisnya, "Weekend kemaren berapa kali coba gue ngirim iMess, telephone, bahkan DM."
KAMU SEDANG MEMBACA
WAR OF DORM (aespa) ✔️
Fiksi RemajaPerang abadi kelas 11 dan kelas 12 di asrama, dan kelas 10 cuman jadi penonton terkadang kompor.