28. Sedikit Marah

1 0 0
                                    

Selang beberapa hari kemudian, ulangan akhir semester sudah terlaksana. Hari ini tepat dimana hari terakhir UAS untuk Thara dan teman-teman sekolahnya. Ia merasa sangat lega lantaran satu minggu ini dirinya hanya fokus untuk belajar dan tidak pernah sekalipun pergi keluar rumah untuk keperluan yang tidak penting. Kegiatan selama seminggu itu hanya belajar, belajar, dan belajar. Dan memang jika tengah ulangan-ulangan seperti ini papi lebih memiliki banyak waktu untuk menemaninya di rumah.

Ngomong-ngomong soal Bumi, selama satu minggu ini laki-laki itu tidak menemui Thara sama sekali, bahkan untuk sekedar chat saja sangat jarang, selain itu pesan yang diberikan olehnya tidak dibalas oleh laki-laki itu. Thara tidak tahu apa yang terjadi dengan laki-laki itu, tetapi ia juga merasa sedikit ada yang kurang jika Bumi yang terbilang acuh dengannya. Sempat ia ingin bertanya lewat handphone, hanya saja rasa gengsi yang begitu tinggi membuat dirinya membatalkan niat itu.

Saat ini Thara tengah berada di ruang musik bersama Samuel. Mereka berdua berlatih bersama lantaran classmeeting yang akan diselenggarakan beberapa hari lagi. Sebenarnya ada banyak kegiatan classmeet nanti, dan Thara mendapat tugas untuk mengisi pada hari terakhir nanti bersama dengan Samuel. Sudah hampir satu jam mereka berlatih, namun fokus Thara entah kemana.

"Lo kayaknya kecapekan ya, Tha? Daritadi kaya nggak fokus." Samuel tentu menyadari itu, ia rasa latihan hari ini terasa begitu tidak nyaman karena Thara yang kurang fokus. Thara dibuat sedikit kelabakan, pikirannya yang semula kosong seketika buyar saat Samuel menegurnya seperti itu.

"Kak, sorry banget. Pikiran gue lagi kacau banget ini, kalo kita lanjut besok lagi gimana, kak?" Sebetulnya ada rasa tidak enak hati, namun Thara juga tidak bisa memaksa dirinya untuk tetap lanjut, karena jika lanjut, dia tetap saja tidak fokus dan bisa membuang-buang waktu.

"Nggak apa-apa, mau gue anterin pulang aja?" Tawar Samuel. Thara menggeleng tanda menolak, ia ingin pulang seorang diri saja, karena memang ada satu tempat yang ia tuju sekarang ini. Lalu setelah mendapatkan balasan dari Samuel, cewek itu berpamitan dan segera menuju gerbang sekolah untuk menunggu ojek yang akan ia pesan.

Thara berdiri sendirian di depan gerbang sekolah. Bukannya langsung memesan ojek online, ia malah terus memperhatikan sekelilingnya berharap Bumi ada di sana. Entah apa yang terjadi dengan pikirannya, tapi ia selalu teringat dengan Bumi. Harinya terasa sedikit sepi lantaran cowok itu yang tidak menghubungi dirinya.

Setelah beberapa saat menunggu, Thara akhirnya menyerah. Ia memutuskan membuka aplikasi ojek onlinenya saat dirinya benar-benar tidak melihat tanda-tanda ada Bumi di sana. Namun belum sempat dirinya menekan tombol pesan pada aplikasi ojolnya, sebuah motor yang sangat ia kenali tiba-tiba datang. Tanpa Thara sadari bibirnya tertarik ke atas membentuk senyuman.

Bumi, laki-laki yang sedari tadi Thara tunggu akhirnya datang. Tapi cepat-cepat Thara merubah ekspresi senangnya menjadi kesal. Ia akan membuat perhitungan kepada Bumi sekarang. Bumi sedikit terheran kala melihat perubahan ekspresi Thara yang tiba-tiba itu. Segera ia turun dari motornya dan menghampiri sang gadis.

"Untung gue tepat waktu, Tha." Ucap Bumi seperti tidak merasa bersalah. Thara tidak menjawab, ia tatap mata Bumi dengan sorot mata yang tidak mengenakkan.

"Lo marah sama gue ya, Tha? Gue ada salah?" Tanya lelaki itu sembari menunjuk dirinya sendiri. Thara dibuat semakin kesal karena Bumi tak kunjung menyadari kesalahannya. Mau tidak mau ia harus memulai topik itu membahasnya.

"Kemana aja seminggu? Kenapa chat gue nggak lo bales?"

Dicerca pertanyaan itu seketika membuat Bumi tersenyum lebar. Ia tahu maksud Thara bertanya seperti itu, bahkan sangat paham. "Lo kangen sama gue, ya? Ngaku aja, Tha, lo udah ada perasaan sama gue, kan?" Tanya Bumi dengan nada teramat girang. Matanya yang sedikit sipit itu terlihat begitu berbinar-binar.

ELBITHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang