18. Gagal Jalan

1 1 0
                                    

Sesuai janjinya kepada Thara tadi pagi, Bumi benar-benar sedikit menjauh dari gadis itu. Terasa berat sekali, namun ia tetap menjalankannya lantaran merasa sedikit bersalah juga. Namun bukan berarti ia melepaskan Thara begitu saja. Tentu sejak tadi pagi, ia memperhatikan Thara dari kejauhan.

Semua yang dilakukan gadis itu selalu dalam pengawasannya. Seperti saat istirahat pertama di kantin tadi, Thara menyantap makanan bersama dengan Angkasa, yang merupakan adik kandung Bumi sendiri. Bumi cemburu? Tentu saja. Jika bersamanya Thara tidak pernah mau tertawa ataupun tersenyum, namun lain jika bersama Angkasa. Gadis itu terlihat sangat senang lantaran senyum dan tawanya yang selalu ia tunjukkan sejak tadi. Sempat netranya bertabrakan dengan netra milik Thara, namun gadis itu malah buang muka seolah malas melihatnya.

Saat ini, Bumi tengah bersiap untuk pulang. Ralat, untuk kembali ke kantornya. Kebetulan jadwalnya mengajar futsal sudah selesai sejak jam 11 tadi, oleh karena itu ia bisa kembali bekerja. Sebelum benar-benar pergi meninggalkan sekolah, ia cek lebih dulu ponselnya yang mungkin saja mendapat setidaknya satu pesan dari Thara. Tentu saja pemikirannya itu hanyalah angan-angan belaka. Mana mungkin Thara mengirimkannya pesan, sedangkan gadis itu saja tadi meminta Bumi untuk tidak mengganggunya. Sesaat ia berniat untuk memberi pesan untuk Thara. Namun niatnya itu terurung, karena pasti cewek itu akan semakin kesal padanya. Oleh karenanya, ia batalkan niatnya itu.

Bumi berjalan menuju parkiran sekolah. Samar-samar ia melihat Angkasa yang tengah berdiri seorang diri di samping mobilnya. Bumi tidak tahu apa yang ingin dilakukan sang adik, namun dengan segera ia hampiri. "Kenapa?" Tanyanya langsung. Angkasa berbalik badan lalu menatap sang kakak dengan senyuman aneh.

"Minta duit, gue mau ngedate sama cewek pulang sekolah nanti." Ujar Angkasa lalu mengatupkan kedua tangannya memohon. Bumi menghela nafas panjang, namun tanpa berkata apa-apa lagi segera ia mengambil dompet dari saku celananya. Tanpa curiga ia berikan beberapa lembar uang kepada sang adik.

"Makasih bang!" Angkasa menerimanya dengan senyuman lebar. Anggukan terlihat dari kepala Bumi. Kemudian tanpa menunggu apapun yang dikatakan Angkasa, Bumi segera membuka pintu mobilnya dan memberi kode kepada sang adik untuk segera pergi. Angkasa meninggalkan Bumi dengan sedikit berlari, dari raut wajah anak itu terlihat sekali bahagianya. Entah siapa yang akan ia ajak ngedate itu, Bumi tidak memikirkan sama sekali.

Di sisi lain, Thara tengah menunggu Samuel yang sedang mengambil gitar di kelasnya. Tadi saat istirahat, Samuel mengatakan padanya bahwa setelah istirahat nanti akan berlatih bersama. Tentu saja Thara menyanggupi, lantaran ulangan akhir semester hanya tinggal menghitung hari.
Thara tidak hanya seorang diri di dalam ruang musik. Ada beberapa siswa lain yang juga tengah berlatih sama sepertinya.

"Sorry agak lama, tadi gue dipanggil pak Husein." Ucap Samuel yang ikut duduk di kursi samping Thara. Napas cowok itu terdengar sedikit terengah-engah, sepertinya ia tadi berlari.

"Nggak usah lari juga kali, kak, sampe ngos-ngosan gitu." Kepala Thara menggeleng pelan lalu bibirnya ikut tersenyum tipis.

"Takut lo nunggu kelamaan, hehe."

"Enggak kok, yaudah mulai sekarang aja, ya?" Sahut Thara. Mereka memulai latihan mereka dengan serius. Thara fokus dengan suaranya, sedangkan Samuel fokus dengan gitarnya. Pandangan keduanya bertemu, mereka sama-sama tersenyum lantaran sedikit tersipu malu.

Saat sedang asyik-asyiknya, tiba-tiba saja Thara menghentikan suaranya. Dari arah pintu, terlihat Bara tengah berjalan kearahnya. Tidak, ini bukan hanya perasaan Thara saja, tapi lelaki itu memang tengah menghampirinya. Tentu saja hal itu membuat bibir Thara melengkung sempurna. Di satu sisi, Samuel merasa sedikit jengkel dengan kehadiran Bara. Apalagi ketika melihat wajah cowok itu yang sangat datar, membuatnya ingin melempar sepatu kearahnya. Samuel bukannya benci, tapi ia kesal karena kedatangan Bara, fokus Thara menjadi buyar begitu saja.

ELBITHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang