"Gue harus apa?"
Semuanya masih diam membuat Thara semakin dibuat panik. Thara terlihat ingin menangis kencang, hingga tiba-tiba saja, "Becanda doang kali!" Kak Aksa tertawa terbahak-bahak setelah mengatakan itu. Bukan hanya kak Aksa, tapi Kak Luna, kak Rama, bahkan El juga ikut tertawa. Bukannya tidak kasihan pada Thara, tapi mereka sangat puas karena telah berhasil menjahili adik terkecilnya.
Thara menghentikan tangisnya, "HAHAHA, NGGAK LUCU!" Ucap Thara dengan nada yang amat tinggi. Marah? Tentu saja. Kesal? Sudah pasti. Thara segera pergi meninggalkan ruang tamu.
"IDE SI AKSA YA, THA!" Seru kak Kara agar Thara mendengarnya. Mendengar itu, Thara menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan segera mengambil sendal yang ia pakai. Thara mengarahkan sendalnya itu pada wajah kak Aksa. Kak Aksa belum sempat menghindar, hingga sendal adiknya itu melayang mengenai jidatnya.
"I hate you!" Kata Thara tak lupa dengan mengacungkan jari tengahnya. Ia menatap nyalang kak Aksa. Lihat saja nanti, Thara akan membalasnya.
"Liat aja nanti, Tha, gue bakal cium lo dengan brutal!" Kak Aksa ikut berteriak.
Thara hanya mendumel pelan. Cewek itu berjalan menuju kamarnya yang terletak di lantai dua. Ketika membuka pintunya, saat itulah Thara mencium aroma vanilla yang menyegarkan. Ia masuk kemudian mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Thara membuka ponselnya. Tapi sama sekali tidak ada yang menarik. Cewek itu nampak menghela nafas berat, lagi-lagi ia merasa bosan.
Thara terdiam, ia memikirkan ide supaya dirinya tidak lagi merasa bosan. Cewek itu menggigit kuku tangannya, tatapan terlihat kosong. Hingga tiba-tiba saja, ia kembali melihat seseorang yang menaiki motornya memasuki halaman rumah. Ia hafal betul motor dan pawakan orang itu. Seketika rasa kesal muncul begitu saja dalam diri Thara. Ia berjalan menuju balkon guna melihat orang tersebut. Rasa kesalnya semakin membesar kala melihat Bumi berbincang dengan kak Aksa. Iya, orang yang datang itu adalah Bumi.
Dapat dilihat dari balkon, mereka berbincang dengan kak Aksa yang terlihat cuek di hadapan Bumi. Thara tersenyum miring, ia cukup puas karena kak Aksa. Asyik memperhatikan Bumi yang terus mengoceh di depan kak Aksa, tiba-tiba tatapan Thara bertubrukan dengan tatapan milik Bumi. Cewek itu gelagapan, ia tertangkap basah karena mengintip. Bumi tersenyum manis, sampai-sampai matanya menyipit seperti bulan sabit. Thara bergidik ngeri melihatnya. Ia kembali masuk ke dalam kamarnya.
"THARA, TURUN LO! ADA COWOK GANTENG NIH NYARI." Itu suara teriakan kak Kara dari bawah. Ya Tuhan, baru saja ia merasa dibebaskan oleh kak Aksa, sekarang malah kak Kara menyuruhnya untuk menemui Bumi. Thara tak mengindahkan ucapan kak Kara, ia seolah tidak mendengar apa yang diucapkan oleh kak Kara.
"THA, TURUN!" Kak Kara kembali berteriak kencang. Thara tertawa tanpa suara. Ia membayangkan bagaimana tersiksanya semua kakak-kakaknya yang lain karena mendengar teriakan melengking dari kak Kara.
Bagaimana caranya supaya Bumi tidak bisa menemui Thara? Mau kabur, tapi Bumi ada di depan rumah, jika lewat pintu belakang pun percuma. Pintunya digembok rapat atas permintaan papi. Apa ia pura-pura tidur saja? Tapi kan Bumi sudah tau jika dirinya tidak tidur. Ahh, memikirkan itu membuat Thara pusing.
"Dipanggil kak Kara tuh, Tha." Suara kak Luna tiba-tiba terdengar. Thara nampak terkejut, apalagi kak Luna hanya menyembulkan kepalanya saja.
"Males ah, usir aja itu orangnya." Sahut Thara ogah-ogahan. Cewek itu malah merebahkan tubuhnya di kasur dan mencari posisi senyaman mungkin. Kak Luna menggelengkan kepalanya, sedetik kemudian ia menoleh ke belakang kala mendengar suara derap langkah kaki menghampirinya. Ternyata itu kak Kara, ia datang dengan wajah sedikit kesal.
Melihat kedatangan kakak iparnya, kak Luna sedikit bergeser, ia mempersilakan kak Kara untuk masuk ke dalam kamar Thara. Terlihat kak Luna berkacak pinggang melihat adiknya, "Turun cepetan! Aksa marah-marah sama gue nohh." Titah kak Luna sembari menarik kaki Thara agar bangkit dari tempat tidurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBITHARA
Teen Fiction"Gue benci lo, jujur." "Nggak apa-apa, B sama C itu deketan, dan Benci sama Cinta juga deketan kok. Gue yakin, lo bakal cinta gue nantinya." Ucapan Bumi itu malah semakin membuat Thara sebal bukan main. "MIMPI!" Seru Thara tepat di telinga Bumi. B...