20. Hadiah Untuk Papi

1 1 0
                                    

Thara berjalan seorang diri menuju parkiran sekolah. Sesekali matanya menoleh kesana kemari untuk mencari keberadaan Bara. Sesuai dengan rencana kemarin, hari ini mereka berdua akan pulang bersama. Namun, Bara bilang akan mengajak Thara untuk membeli sesuatu terlebih dahulu sebelum pulang. Tanpa berpikir panjang pun Thara setuju, lagipula kapan lagi ia pergi bersama Bara berdua? Tentu kesempatan ini sangatlah langka, oleh karena itu, ia tidak mau menyia-nyiakannya begitu saja.

Seorang laki-laki yang tadi Thara cari ternyata tengah duduk di atas motornya. Cowok itu tidak sendiri, melainkan ada kedua temannya yang ikut menemani. Tangan Thara melambai saat netra Bara tidak sengaja terarah padanya. Cowok itu memberi kode kepada Thara untuk tetap berdiri disana, dan dirinya yang akan menghampiri. Thara menurut-menurut saja, daripada membuat Bara kesal nantinya.

Saat itu Thara berbalik badan, dan dirinya dikejutkan oleh Angkasa yang berdiri didekatnya. Cowok itu menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tidak seperti biasanya jika bertemu dengannya Angkasa selalu tersenyum, kali ini cowok itu hanya menunjukkan raut wajah tanpa ekspresi disana. Thara hendak menghampiri, namun bunyi klakson dari motor Bara mengurungkannya. Pandangannya beralih ketika Bara menyodorkan helm ke arahnya.

"Helm siapa, kak?" Tanya Thara basa-basi. Ia segera memakai helm yang disodorkan Bara dengan benar. Bara tidak menjawab, ia hanya memperhatikan gadis di depannya ini yang sedikit kesulitan mengaitkan kaitan helm itu. Bara menghela nafas, tangannya menyingkirkan tangan Thara dan dengan cepat ia pasangkan kaitan helmnya. Mendapat perlakuan seperti itu membuat Thara senang bukan kepalang, sampai-sampai ia tidak sadar jika Angkasa yang berjalan di sampingnya. Laki-laki itu hanya melirik sekilas, tanpa menyapanya sama sekali.

"Yuk!" Ajak Thara dengan girang. Cewek itu segera menaiki motor Bara dan tidak lupa mendekap erat tubuhnya dari belakang. Kali ini Bara tidak mempermasalahkan hal itu, ia biarkan tangan Thara yang melingkar di pinggangnya.

Bara melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Sedari tadi ia hanya diam walaupun Thara terus mengajaknya mengobrol. Bukan tidak dengar, hanya saja ia bingung harus menanggapi apa, karena memang cewek itu menceritakan Bumi yang sangat terang-terangan mendekati ia dan juga papi. Lagipula ia juga tidak peduli, toh tidak ada kaitannya dengan dirinya.

"Gue kemarin ngerasa nggak enak deh kak jalan sama Angkasa yang statusnya dia tuh adeknya Bumi. Mana Bumi juga tau lagi kalo kita pergi berdua." Katanya bercerita. Berbeda dengan tadi, Bara yang awalnya diam kini mulai mengeluarkan suaranya.

"Nggak usah dipikirin." Balasnya dengan singkat, karena memang ia bingung harus menjawab dengan kalimat apa curhatan Thara tersebut. Thara mencibir pelan, padahal niatnya bercerita itu untuk meminta saran, tapi tanggapan Bara tidak sesuai ekspektasinya.

Kesal ceritanya tidak begitu digubris Bara, Thara akhirnya memilih diam. Bara pun tidak mengeluarkan suaranya, hingga membuat suasana hening diantara keduanya. Sedari tadi membonceng Bara, Thara bahkan sama sekali tidak tahu akan kemana mereka pergi. Bara tidak mengatakan kemana, cowok itu hanyak mengajaknya pergi untuk membeli sesuatu. Thara hanya mengiyakan saja tanpa bertanya apapun.

Sampai pada akhirnya mereka sampai di sebuah mall yang ada di kota. Segera Thara turun ketika Bara menghentikan motornya. Thara berdiri sembari melihat Bara yang sedang memarkirkan motornya. Segera ia lepas helm kala tangan Bara terulur kearahnya. Senyum Thara kembali terbit saat cowok itu meraih dan menggandeng tangannya.

"Mau beli apa?" Tanya Thara sembari sesekali mengayunkan tangannya. Pandangannya mengeliling mencari sesuatu yang menarik.

"Jam tangan, gimana?" Jawab Bara. Thara pun mengangguk mantap, segera ia ajak cowok itu untuk ke toko jam tangan yang memang sering keluarganya kunjungi. Bara menurut saja, karena memang itu tujuannya mengajak Thara.

ELBITHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang