14. Dijodohin

4 2 0
                                    

Thara sedang asyik memainkan pianonya. Cewek itu sedang berada di ruang musik yang memang disediakan di rumahnya. Semua anggota keluarga Thara itu suka musik, jadi, papi memutuskan untuk membuat ruang musik di rumahnya. Hal itu tentu saja membuat Thara senang, apalagi dari kecil, ia sangat suka bernyanyi dan memainkan alat musik.

Semenjak ketiga kakak Thara pindah rumah, Thara merasa sangat kesepian. Di rumahnya memang ada pembantu, tapi tetap saja yang Thara butuhkan adalah keluarganya, bukan orang lain. Thara bisa saja ikut bersama salah satu kakaknya, tapi papi tidak mengizinkan.

Oke, kembali ke awal. Karena cukup lama memainkan piano, Thara merasa bosan. Ia menggaruk tengkuknya, ia bingung harus melakukan apa lagi agar tidak suntuk. Seketika ide muncul dalam kepalanya. Thara ingin meminta mba Ami-ART untuk mengajarinya memasak. Iya, sepertinya itu adalah ide yang tidak buruk.

Thara buru-buru bangkit dari bangku dan segera berjalan menuju dapur. Tapi tunggu sebentar, telinga Thara menangkap suara motor yang memasuki halaman rumahnya. Dengan ragu, Thara mendekat ke jendela dan mengintip untuk melihat siapa yang datang. Thara mengira yang datang itu Bumi, tapi ternyata ia salah. Yang datang adalah kakaknya yang jarang sekali pulang. Iya, itu El, kakak ketiga Thara.

Thara senang bukan main, ia segera keluar untuk menemui kakaknya. Thara membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Ia berlari lalu menubruk tubuh El dan memeluknya erat. "Akhirnya pulang juga." Ucap Thara dengan binar di matanya.

"Awas, ada cctv, nanti papi bisa marah kalo lo peluk gue kayak gini." El berusaha melepaskan pelukan Thara dari tubuhnya.

"Nggak apa-apa, kan gue duluan yang peluk."

El menghela nafas berat, ia kembali mencoba menyingkirkan tangan Thara yang melilit tubuhnya. "Gue laper, mau makan." Kata El pelan. Mendengar itu, Thara segera melepaskan pelukannya dan segera bergegas menarik tangan El untuk masuk ke dalam rumah. Pas sekali, Thara tadi berniat memasak. Jadi, untuk pertama kalinya, ia akan memasak untuk kakaknya, El.

"Gue masakin mau?" Thara bertanya dengan sorot mata berharap.

El mengangkat sebelah alisnya. Setahunya, Thara tidak diperbolehkan oleh papi untuk memasak. "Bisa?" Tanyanya ragu.

"Tenang aja, dibantuin mba Ami kok." Ujar Thara disertai senyuman tipis di bibirnya.

El mengangguk pelan.

"Nasi goreng seafood, gimana? Lo kan suka banget."

"Terserah yang penting bisa dimakan." Jawab El acuh.

Kali ini gantian Thara yang mengangguk. Ia segera berjalan menuju dapur untuk memasakkan El makanan. Sesampainya di dapur, Thara menemukan mba Ami yang tengah mencuci piring. Dengan langkah pelan, Thara mulai mendekati mba Ami. "Mba, bantuin Thara masak, dong." Ucap Thara pada wanita berusia 45 tahun itu.

Mba Ami menoleh, ia mengulas senyumnya lantaran melihat Thara yang juga tersenyum lebar. Sepertinya anak dari tuannya ini sedang bahagia. Dapat dilihat dari senyum dan juga matanya yang berbinar. "Boleh banget, tapi apa nggak dimarahin papi nantinya?" Mba Ami takut kalau nanti ia dan Thara akan dimarahin oleh papi, mengingat hampir di seluruh penjuru rumah dipasangi cctv.

"Aman, nanti Thara bilang pelan-pelan sama papi." Thara mengacungkan jempolnya tanda meyakinkan.

"Oke deh, mau masak apa nih?" Mba Ami bertanya.

"Nasi goreng seafood, kesukaan kak El." Jawab Thara.

"Mas El pulang?"

"Iya, makanya Thara pengen masakin, hehe."

"Mba punya rahasia biar mas El suka sama nasi gorengnya, mau tau nggak?"

"Mau dong mauu, ayo sekarang aja bikinnya." Thara nampak tidak sabar.

🌺🌺🌺

"DEMI APA?" Suara reriakan nyaring Thara memenuhi seluruh penjuru rumah. Gadis itu kelewat kaget dan juga senang. Rasanya seperti mimpi, tiba-tiba saja semua kakaknya mengumpul. Kini Thara menjadi pusat perhatian semua kakaknya. Mereka terkejut karena teriakan dari adiknya.

Thara berlari. Ia seolah tidak peduli jika nasi goreng yang ia bawa akan tumpah berserakan. "Hati-hati, Tha, nanti kepleset." Kak Rama memperingati.

Thara menyengir, ia segera mendudukkan tubuhnya di sofa samping El duduk. Thara menyodorkan nasi goreng seafood itu kepadanya. Semua kakak Thara menatap cewek itu heran. Thara itu paling tidak mau jika disuruh-suruh oleh kakaknya, tapi jika dengan El, mengapa berbeda?

El segera melahap makanan itu. Cowok itu sama sekali tidak berbasa-basi menawari kakak dan juga adiknya untuk makan. Memang dasarnya sifat El itu cuek, jadi semua orang juga sudah memakluminya. El terlihat sangat lahap saat makan, kak Aksa yang melihat itu terlihat sangat ingin makan juga.

"Enak banget, El?" Kak Aksa bertanya dengan mata yang terus memperhatikan El yang terus makan.

El melirik sebentar, "Hm." Jawabnya lalu kembali fokus memakan makanannya.

"Lo yang masak?" Kini kak Kara yang bertanya. Thara mengangguk antusias, ia sangat yakin jika masakannya enak.

"Enak, El?" Kak Kara bertanya kepada El.

"Apaan sih, lo tanya gitu seolah-olah masakan gue nggak enak tau nggak?" Thara kesal pada kakaknya itu.

"Enak, Tha, gue suka." El bersuara dengan tenang. Tidak terasa, ia sudah menghabiskan satu piring nasi goreng yang dibuatkan adiknya itu.

Thara tentu sangat senang, ia tidak menyangka kalau masakannya akan disukai oleh El. Thara menatap semua kakaknya bergantian, tatapan sombongnya yang ia berikan. Saking senangnya, Thara sampai lupa untuk membawakan El minuman. Ia belum menyadarinya. Sampai pada akhirnya  El berdiri dari duduknya dan berjalan menuju dapur. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, El juga menyingkirkan piring bekas makannya sendiri.

"Seret kali ya kalo makan nggak dikasih minum?" Ujar kak Aksa dengan maksud menyindir Thara.

"Astaga, gue lupa!" Thara menepuk jidatnya, ia segera berlari menyusul El yang berada di dapur.

Belum sampai di dapur, Thara menemukan El yang hendak pergi ke ruang tamu dengan membawa nampan berisi beberapa gelas minuman. Thara tersenyum kikuk, bukankah seharusnya ia yang membawakan minuman? Ini malah El.

"Gue bawain sini, kak." Thara hendak mengambil alih nampan yang dibawa El, namun cowok itu menolaknya.

"Nggak usah, sana balik, kak Kara mau ngomong." Titah El dan langsung dituruti oleh Thara. Thara itu penurut, tapi jika bersama papi dan El saja.

"Duduk!" Kak Kara menyuruh dua adiknya itu untuk duduk. Mereka menurut, sepertinya kak Kara akan berbicara serius.

"Mau ngomong apa? Tumben semua kumpul." Thara bertanya dengan tenang. Ia dengan santainya menyeruput sirup yang dibawakan El tadi.

"Papi bilang...lo dijodohin, ya?" Kak Kara bertanya dengan nada serius. Kini seluruh pasang mata mengarah Thara.

Thara sangat terkejut, matanya membulat sempurna. Ia segera menggeleng kuat, ia malah tidak tahu apapun soal perjodohan. Seingatnya, papi hanya bilang jika dia mendukung jika ia bersama Bumi, bukan malah menjodohkannya. Thara menatap bergantian seluruh kakaknya dengan tatapan tak mengerti. Thara melihat kak Aksa yang mengacak-acak rambutnya, entah tanda apa.

Kak Kara juga terlihat memijat pelipisnya. Thara semakin bingung, apa maksud papi mengatakan kepada kakaknya jika ia dijodohkan? Bahkan dirinya saja tidak diberi tahu.

"Kak, gue nggak ngerti." Ujar Thara dengan maksud meminta penjelasan.

"Papi bilang ke gue sama kak Kara kalo lo bakal dijodohin, dan papi bilang lo mau?" Kini giliran kak Aksa yang bersuara.

Thara kembali menggeleng kuat, dan tanpa ia sadari air matanya mengalir dengan deras. Thara mengusap air mata itu dengan kasar. Ia tidak mau, sama sekali tidak mau jika dijodohkan. Sekarang ini bukan lagi zamannya perjodohan. Dan Thara juga masih kecil.

"Papi nggak bilang apapun sama gue." Jika tadi hanya air mata saja yang keluar, kini isakan kecil dari mulut Thara juga terdengar.

"Kak.." Thara bergumam lirih kala semua kakaknya tidak mengucapkan satu katapun.

"Gue harus apa?"

ELBITHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang