"Lo juga ikut kan, kak?" Kini Thara tengah menelpon El untuk membahas surprise yang akan ia berikan kepada sang ayah. Tadi sebelum menelpon El, ia sempat menelpon kedua kakaknya lebih dulu. Mereka setuju dengan ajakan Thara, namun ternyata berbeda dengan El.
"Sorry, Tha, gue nggak bisa." Ucapan yang terlontar dari mulut El membuat Thara kecewa. Keinginannya untuk berkumpul bersama keluarganya ternyata tidak terlaksana juga. Padahal kesempatan ini sangat-sangat ia harapkan. Thara menghembuskan nafasnya dengan pasrah. Mengapa sulit sekali untuk menyatukan keluarganya?
"Iya kak." Ujar Thara lalu mematikan panggilannya begitu saja. Mata Thara berkaca-kaca, bibirnya mulai bergetar menahan tangis. Mau dipaksa dengan cara apapun El tidak akan mau berkumpul jika bukan papi sendiri yang meminta. Selain karena takut terkena amukan papi, ia juga merasa tidak dibutuhkan di keluarganya sendiri.
Kembali Thara menyalakan ponselnya untuk menelpon kak Aksa. Ia akan coba meminta pertolongan kepada kakaknya itu untuk membujuk El. Ia memang tidak berharap dengan sangat, karena mustahil sekali untuk El mau mengiyakan ajakan dari kakaknya. Tapi kembali ia urungkan niatnya. Daripada membuatnya semakin kecewa, lebih baik ia hindari.
"Apa gue bilang langsung ke papi, ya? Tapi kalo gitu nanti nggak surprise." Gumam Thara sembari mencoba berpikir. Tidak mau rencananya gagal, ia segera keluar dari kamarnya untuk menemui papi. Biarkan saja tidak menjadi kejutan, yang penting ia bisa mengumpulkan keluarganya.
Thara melirik ke arah ruangan yang terletak di sudut. Biasanya di waktu-waktu seperti ini papi berada di ruang kerjanya. Ia tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya dengan langkah berani ia berjalan menuju ruang kerja milik ayahnya. Thara ketuk pintu itu sebanyak tiga kali sebelum membukanya dengan perlahan. Terlihat sang ayah tengah berkutat komputer di hadapannya. Sejujurnya ia sedikit takut untuk mengganggu papi disaat beliau sedang sibuk seperti ini.
Menyadari kehadiran putrinya papi segera menyudahi kegiatannya. Disambutnya sang anak dengan senyum, tidak biasa anak bungsunya itu masuk ke dalam ruang kerja miliknya. "Tumben kesini, ada apa?" Tanya papi sembari menepuk meja kerjanya untuk meminta Thara mendekat kesana.
"Aku mau ngomong sama papi, tapi janji dulu nggak boleh marah, ok?" Ujar Thara sembari berjongkok di hadapan sang ayah. Ia tampilkan wajah memohon dengan senyuman yang sebida mungkin terlihat manis.
Papi yang tidak biasa melihat tingkah aneh Thara mengernyitkan keningnya, bingung. Jarang sekali Thara bisa bertingkah lucu seperti ini ketika bersama ayahnya. Papi tertawa pelan, senang sekali melihat anak bungsunya bisa seperti ini. Ini adalah momen yang sangat langka.
Namun bukannya segera menjawab, papi malah beranjak dari duduknya kemudian berpindah pada sofa yang ada di sudut ruangan. Diberinya isyarat kepada Thara untuk ikut duduk disampingnya. "Sini, mau ngomong apa?" Tanya papi sembari menepuk sofa disebelahnya.
"Lusa papi ulang tahun, kan? Thara mau traktir papi, mau nggak?" Thara berucap dengan menampilkan deretan giginya yang terlihat lucu itu. Matanya berkedip beberapa kali hingga membuat papi gemas tertahan.
"Memangnya Thara punya uang?" Bukannya menyepelekan, papi bertanya seperti itu dengan maksud bercanda. Ia usap dengan lembut rambut panjang milik Thara. Setelah ditanya seperti utu Thara mengangguk mantap. Uang tabungannya sangat cukup untuk membayar traktiran bersama keluarganya besok.
"Iya, berdua aja, kan?" Papi bertanya memastikan. Setelah ditanya seperti itu Thara menggeleng, sempat ia menggigit bibirnya saat ingin memberi tahu niatnya. Ia hanya takut papi akan marah setelah mendengar penuturannya nanti.
"Sama kak Kara, kak Aksa juga, nggak apa-apa kan?" Nyalinya dangat menciut untuk mengatakan bahwa akan mengajak El juga besok.
"Iyaa, itu aja? Bumi nggak sekalian?" Papi bertanya lagi dengan diselingi candaan. Terlihat dari raut wajah papi sepertinya belum menaruh curiga padanya. Thara semakin dibuat tidak tenang, rasa ragu menyelimuti dirinya kali ini. Ia tersenyum dengan terpaksa menanggapi candaan papi itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELBITHARA
Ficção Adolescente"Tha, kata temen-temen gue kita sedikit mirip tau. Katanya kalo pasangan terus mirip itu bakalan jodoh sih." "Mukanya emang mirip, agamanya aja yang enggak." 🌺🌺🌺 "Gue udah lupa, gue udah nyaman jalanin hari-hari tanpa dia. Jadi, nggak perlu lagi...