Setelah hari Sabtu, tentunya ada hari Minggu. Hari Minggu ini cuaca sedang mendung, yang berarti sebentar lagi akan turun hujan. Thara, cewek itu tengah menatap langit-langit dari balkon. Ia bersiap menanti hujan turun. Thara suka hujan, menurutnya bau Petrichor sangatlah menenangkan. Dia memang suka hujan, tapi tidak suka jika ada suara petir. Cewek itu sangat takut jika ada suara petir yang terdengar.
Thara melirik jam yang melingkar di tangannya. Ternyata baru jam satu siang. Berarti dia mengamati langit sudah memakan waktu sepuluh menit. Tak berselang lama, hal yang paling ditunggu Thara akhirnya datang. Ia ingin segera turun untuk melihat hujan dan menikmati bau petrichor yang sangat ia sukai.
"Kak, gue mau turun, mau lihat hujan." Pamit cewek itu kepada Samuel. Kenapa bisa ada Samuel? Jadi, Thara sekarang ini berada di rumah Samuel, atau lebih tepatnya lagi di ruang musik milik cowok itu. Sekitar pukul sebelas tadi Samuel menjemputnya untuk pergi latihan bersama di rumah Samuel.
Samuel yang tengah membenarkan senar gitarnya pun menoleh kala mendengar ucapan cewek itu. Samuel sedikit mencondongkan tubuhnya untuk melihat hujan di luar. "Ayo, gue juga mau." Ajak cowok itu lalu menaruh gitarnya di kursi.
Samel menarik tangan Thara. Mereka berlari bersama menuju halaman depan. Sesampainya di sana, baik Samuel ataupun Thara sama-sama menikmati bau petrichor yang menyeruak masuk ke dalam hidungnya.
"Lo suka hujan juga, Tha?" Tanya Samuel dengan posisi yang masih sama. Berdiri di samping Thara seraya menghirup oksigen dengan rakus.
Thara pun mengangguk, "Juga, pasti lo sama, iya kan?"
Sudut bibir Samuel tertarik membentuk senyuman. Cowok itu mengangguk -menanggapi ucapan Thara yang memang benar adanya. Sama seperti Thara, Samuel menyukai hujan karena bau petrichor yang menenangkan. Pernah saat itu, Samuel ingin sekali mempunyai pengharum ruangan yang sama wanginya dnegan petrichor. Aneh.
Keduanya sama-sama diam, hanyut dalam pikiran masing-masing. Hingga tiba-tiba suara perut Thara terdengar. Sepertinya cewek itu lapar, dia juga hanya sarapan tadi pagi, dan sekarang belum sempat makan lagi. Thara mengumpat kesal dalam hati, bisa-bisanya suara perut itu memganggu momennya menikmati hujan.
Berbeda dengan Thara yang menahan malu, Samuel justru tertawa terbahak-bahak. Cowok itu mengacak rambut Thara gemas. "Laper, ya?"
Wajah Thara memerah karena malu, cewek itu memalingkan wajahnya dari Samuel. "Nggak kok." Elak Thara. Gadis itu cukup gengsi untuk mengatakan bahwa dirinya sangat lapar.
Samuel semakin tertawa. Selain karena bunyi suara perut Thara, Samuel juga menertawakan ekspresi wajah cewek itu. Terlihat sekali dari gelagatnya jika cewek itu menghindar. Thara terlihat lucu, Samuel menyukai itu.
"Ayo masuk dulu, gue pesenin makanan." Bara menggiring Thara untuk kembali masuk ke dalam rumahnya. Cowok itu mengajak Thara ke ruang TV di rumahnya. Samuel di rumah sendiri, jadi ia tidak sempat memberi Thara makan siang, karena di rumahnya juga tidak ada ART. Orang tua Samuel sedang bekerja, alhasil mereka hanya berdua di dalam rumah besar itu.
Samuel mengotak-atik handphonenya, cowok itu akan memesan makanan untuk dirinya dan juga Thara. Thara sendiri masih diam, dia juga mengotak-atik handphonenya untuk menghindari tatapan meledek dari Samuel.
"Gue beliin junk food, nggak apa-apa, kan?" Tanya Samuel memastikan. Pasalnya cowok itu khawatir, takutnya Thara tidak bisa makan makanan junk food.
"Terserah aja." Jawab Thara dengan gengsinya. Cewek itu belum berani menatap sepenuhnya ke arah Samuel, bukannya apa, ia hanya malu.
Samuel masih terkikik geli, cowok itu hanya geleng-geleng kepala melihat kegemasan Thara. Tak mau membuat Thara semakin malu, Samuel memutuskan untuk mengambilkan minum untuk Thara. Cowok itu hanya membuatkan Thara satu gelas sirup.
Tidak lama, mungkin hanya beberapa menit untuk Samuel membuatkan minuman untuk Thara. Setelah selesai dengan kegiatannya, Samuel segera kembali menghampiri Thara yang sudah bermain handphone. Cewek itu seakan berpura-pura tidak menyadari kedatangan Samuel.
"Nih minum, yang tadi di atas, males ngambil." Sebelumnya, Samuel tadi memang sudah mengambilkan minuman untuk Thara, dan karena minuman yang tadi di atas, atau lebih tepatnya di ruang musik, Samuel malas mengambil. Lebih baik ia membuatkan minuman lagi untuk Thara.
"Oh iya, Tha, nanti acaranya itu malem. Lo udah ada temen atau belum nih? Kalo belum, bolehlah kalo sama gue?" Samuel mencari topik lain untuk dibahasnya bersama Thara.
"Belum tau, kak, nanti gue kabarin deh, ya." setelah beberapa menit menahan malu, Thara akhirnya bersuara. Dalam hati, Thara ingin sekali pergi bersama Bara.
Mereka banyak membahas hal-hal yang biasa mereka lakukan. Mereka juga saling bertukar cerita tentang genre musik yang mereka sukai. Hingga tidak terasa, makanan yang dipesan oleh Samuel datang.
Samuel memakan makanannya lebih dulu. Sementara itu, Thara masih diam. Cewek itu masih sedikit malu rupanya. "Aduh, Tha, makan aja kali, nggak usah malu." Ucap Samuel mempersilakan. Cowok itu mati-matian menahan tawanya.
"Siapa juga yang malu."
🌺🌺🌺
Masih dengan baju kantor yang menempel di tubuh, Bumi menghempaskan tubuhnya di kasur. Matanya memejam karena merasakan kantuk. Beberapa hari belakangan ini dirinya sangat sibuk. Entah itu karena pekerjaan kantor, ataupun yang lain. Bahkan weekend seperti ini pun dia harus ke kantor. Tak bisa dipungkiri bahwa tubuhnya benar-benar butuh istirahat kali ini.
Beberapa menit hening mengisi kamar bernuansa abu-abu itu. Seketika pikirannya melayang pada hari dimana dirinya mengajar futsal SMA Gunadarma saat itu. Sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman kecil. Cowok itu teringat dimana Thara berbicara padanya dengan nada yang sangat ketus.
Bumi ingat, ia tadi dititipi pesan oleh Angkasa, bahwa dirinya harus memberi makan Jasmine-nama kucing Angkasa. Cowok itu segera bangkit dan berjalan menuju lemari untuk mengambil baju santainya. Ia mengambil kaos oblong berwarna putih dan juga celana levis biru dongker. Sebelum keluar kamar, Bumi mengambil handphonenya lebih dulu.
Bumi membuka pintu kamarnya. Dan pada saat yang bersamaan pula, Jasmine datang dan langsung melingkar di kaki Bumi. Bumi terkekeh pelan, dia segera mengambil Jasmine untuk ia bawa kedalam gendongannya. "Sama pakde dulu, ya, bapak lo lagi pergi."
Iya pakde, itu panggilan Jasmine kepada Bumi. Dan siapa lagi kalau bukan Angkasa yang pertama kali menyebutnya?
Jasmine dibawa Bumi menuju halaman belakang rumahnya. Kebetulan disana juga ada tempat yang biasanya dibuat Jasmine bermain. Tetapi sebelum itu, Bumi mengambil makanan Jasmine dulu.
Bumi meletakkan Jasmine di depan mangkuk makanannya. Cowok itu mengelus bulu-bulu halus Jasmine. "Jas, gue kayanya suka sama orang deh, tapi gimana ya, gue aja bingung sama perasaan gue sendiri."
"Menurut lo, gue deketin aja nggak? Itung-itung biar lo punya budhe,"
"Eh tapi jangan budhe, dia terlalu cantik. Gimana kalo panggil aunty aja?" Ditanya seperti itu tidak membuat Jasmine mengeluarkan suaranya. Kucing itu masih fokus dengan makanannya. Sama sekali tidak menggubris Bumi.
"Padahal umur gue masih 25, tapi selalu aja ditanyain mama, 'kapan punya istri? kapan bawa cewek ke rumah?' Gue sendiri sampe risih."
"Jas, nanti kalo lo dideketin sama cowok jangan jual mahal, ya? Takutnya lo sendiri yang nggak laku." Bumi menahan tawanya. Setelah dipikir-pikir, dia terlihat seperti orang gila, berbicara pada hewan yang tentunya tidak bisa membalas ucapannya.
"Daripada ngomong sama kucing, mending kamu keluar sana, cari pacar kek." Mama yang baru saja pulang dari rumah kerabatnya pun langsung menyahuti ucapan Bumi.
Bumi mencibir, "Baru juga diomongin."
"Kalo dibilangin orang tua itu nurut, Bumi." Tegur mama pada anaknya, Bumi.
"Sana pergi, siapa tau ada cewek yang kepincut sama kamu."
"Mama ngusir?" Tanya Bumi sedikit sinis.
"Iya."
TBC!
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Terimakasih.
![](https://img.wattpad.com/cover/287645292-288-k452618.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ELBITHARA
Teen Fiction"Tha, kata temen-temen gue kita sedikit mirip tau. Katanya kalo pasangan terus mirip itu bakalan jodoh sih." "Mukanya emang mirip, agamanya aja yang enggak." 🌺🌺🌺 "Gue udah lupa, gue udah nyaman jalanin hari-hari tanpa dia. Jadi, nggak perlu lagi...