2. Thara dan Kesehariannya.

19 9 0
                                    

Pulang sekolah kali ini Thara sedang menunggu jemputan di depan gerbang sekolah. Tadi, ayahnya bilang jika beliau akan menjemput dirinya. Tapi sudah hampir tiga puluh menit lamanya menunggu, ayahnya belum juga datang.Thara membuka ponselnya, seketika moodnya turun. Ternyata ayahnya sudah mengiriminya pesan jika beliau tidak bisa menjemput karena ada rapat dadakan. Thara berdecak kesal, ia segera berjalan menuju halte untuk menunggu taksi lewat.

Thara menghembuskan nafasnya lelah. Ia ingin segera pulang dan merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Ah, membayangkan saja sudah membuat Thara merasa nyaman, apalagi jika sudah melakukannya.

"Tha, mau pulang bareng?" Tawar Angkasa yang kebetulan lewat di depan Thara. Thara menimang-nimang pikirannya, sepertinya kali ini ia menerima tawaran Angkasa. Kalau kalian menanya alasannya, Thara akan menjawab 'gue pengen cepet tidur.'

"Boleh deh, Sa."

Thara mulai berjalan menghampiri Angkasa. Tapi baru saja ingin menerima helm yang diberikan Angkasa, gerakan tangan Thara terhenti. Dia melihat Bara yang sudah bersiap untuk pulang. Kali ini saja, Thara ingin pulang bersama Bara. Semoga, Bara mau.

"Lo duluan aja, Sa." Thara segera berlari menghampiri Bara yang sedang memakai helmnya. Angkasa menghela nafas panjang, ini kali keduanya Thara menolak ajakan pulangnya karena Bara.

"Kak, gue mau pulang bareng, boleh?" Pinta Thara ragu-ragu. Thara memainkan jari-jarinya tangannya menahan gugup. Ia memberanikan dirinya untuk menatap Bara.

"Pulang sendiri, nggak usah manja." Sarkas Bara lalu menyalakan mesin motornya dan pergi meninggalkan Thara. Mood Thara kembali anjlok, ia memutuskan untuk berjalan kaki.

Thara menundukkan kepalanya menghalau sinar matahari yang masih nampak terik. Gadis itu kembali tersenyum, anggap saja ini adalah olahraganya hari ini. Thara sesekali mengusap keningnya yang berkeringat, ia sama sekali tidak marah kepada Bara. Sikap Bara yang seperti itu pasti ada alasannya, dan suatu saat nanti, pasti Bara akan berubah. Thara yakin itu.

Tinn

Thara menghentikan langkahnya. Ia membalikkan badannya untuk mengetahui siapa yang membunyikan klakson motor di belakangnya. Mengetahui siapa yang melakukan itu, Thara memutar bola matanya malas. Bumi. Lagi-lagi ia harus berurusan dengan guru futsal yang mengajar di sekolahnya itu. Thara yakin, kedatangan Bumi kali ini akan mencari masalah dengannya.

Bumi membuka helm yang dikenakannya. Dirinya tersenyum penuh arti ke arah Thara. Salah satu sudut bibir Thara tertarik, bukan membentuk senyuman, tetapi seolah sedang memandang rendah orang di hadapannya ini. Tangannya yang bersedekap membuat dirinya benar-benar seolah tidak menyukai keberadaan Bumi.

"Mau apa Lo?" Bukan nada ramah ataupun lembut yang Thara keluarkan, tetapi nada yang terdengar sinis.

"Mau nawarin Lo pulang bareng. Gimana?" Ajak Bumi sembari menaik-turunkan alisnya.

"Kesambet apa Lo? Tadi marah-marah, sekarang sok ramah lagi." Celetuk Thara tak tau diri. Benar kata Bumi tadi pagi, 'udah dibaikin, tapi responnya kaya gitu.'

"Ya mau nggak? Bentar lagi hujan loh."

"Lo buta?! Jelas-jelas matahari terpampang jelas di atas!"

"Sorry, ketutupan sama cantiknya Lo." Terkejut. Thara terkejut dengan gombalan yang diberikan Bumi untuk dirinya. Sementara Bumi? Cowok itu cekikikan melihat ekspresi wajah Thara.

"Gila ya Lo?!" Seru Thara kencang.

"Iya, kan kegila-gila sama Lo."

"GUE TONJOK JUGA LO!" Teriak Thara kencang. Sebelum ia kembali digoda oleh Bumi, Thara segera menyetop taksi yang kebetulan lewat.

ELBITHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang