16. Danau

3 1 0
                                    

"Jadinya mau belajar apa, Tha?" Bumi bertanya ketika keduanya telah menyelesaikan kegiatannya memakan sate. Sesuai yang dibilang Thara tadi, Bumi berniat membantu gadis itu untuk belajar.

"Nggak belajar. Itu cuma alesan gue buat ngehindarin lo aja." Ucap gadis itu dengan blak-blakan. Bumi malah menanggapinya dengan senyuman aneh. Ia terlihat ingin merencanakan sesuatu.

Thara menggeser posisi duduknya agar lebih jauh dari Bumi. Ia merasa muak dengan semua yang dilakukan Bumi. Semuanya terkesan aneh dan membosankan. Thara sama sekali tidak menyukainya. Lebih baik ia beradu mulut dengan kakaknya di rumah ketimbang berhadapan dengan manusia aneh bernama Bumi itu.

Bumi ikut menggeser duduknya agar kembali dekat dengan Thara. Ia hendak membisikkan sesuatu kepada gadis yang menatapnya dengan tajam itu. Laki-laki itu tidak menyerah, ia terus mendekat hingga Thara duduk di bagian ujung kursi. Dan berhasil. Thara dengan terpaksa menoleh kearahnya.

"Apa?!" Tanya gadis itu dengan sengit.

"Coba kalo sama gue tuh yang lembut sedikiiit aja."

"Ogah!"

"Muka lo kalo jutek gitu makin cakep." Bumi menggoda Thara kian menjadi. Laki-laki itu makin mendekatkan tubuhnya pada Thara. Thara menggertakkan giginya. Ia sudah duduk di kursi yang paling ujung, yang artinya tidak bisa menghindari Bumi lagi.

Bumi hendak merangkul pundak Thara, namun segera dicegah oleh cewek itu. Thara terlihat mengangkat gelas yang berisi minuman miliknya. Ia terlihat menatap Bumi dengan tajam. "Lo makin deket, gue siram." Ancamnya tak main-main.

"Jangan galak-galak, kasian anak kita nanti kalo lo galak begini." Ucap Bumi lalu terkekeh.

"Nggak." Jawab Thara segera.

"Nggak akan galak? Serius nih?" Tanya Bumi, kembali menggoda.

"Nggak akan pernah punya anak sama lo!" Sarkas Thara dan seketika membuat Bumi terdiam. Thara selalu saja bisa membuatnya diam tak berkutik. Tetapi setelah itu senyumnya kembali terbit kala Thara meliriknya melalui ekor mata.

Tanpa mengindahkan peringatan dari Thara, Bumi kembali menggeser posisi duduknya agar lebih dekat. Tatapannya yang semula jahil kini berubah menjadi tatapan lembut. Tangannya tergerak perlahan menyentuh rambut Thara, hingga usapan pelan ia berikan. Thara terdiam, usapan lembut yang Bumi berikan terasa sangat nyaman sampai-sampai ia tidak menyuruhnya berhenti.

Sudut bibir Bumi tertarik membentuk senyuman tipis. Ia sekarang tahu bagaimana caranya agar Thara merasa nyaman bersamanya. Ternyata dengan ia menggoda Thara tidak membuat gadis itu luluh, justru malah kesal.

"Maaf, ya, kalo gue selalu bikin lo kesel." Ucap Bumi dan masih setia dengan kegiatannya mengusap rambut Thara. Thara memalingkan wajahnya ketika menyadari jika Bumi memperhatikannya sedari tadi.

"Syukur kalo lo tau." Sahut Thara kemudian. Nada bicaranya sudah tidak se-sinis tadi, ia hanya menyahuti dengan suara pelan.

Bumi menghentikan kegiatannya. Tangannya yang semula berada di kepala Thara kini berubah menjadi menggenggam tangan gadis itu. Lagi-lagi Thara tidak menolak, ia kini menolehkan kepalanya dan tatapan dengan Bumi bertemu. Keduanya sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Hingga tiba-tiba, Bumi menarik Thara ke dalam pelukannya. Pelukan itu terasa sangat nyaman untuk Thara.

"Lo kenapa peluk gue?" Thara bertanya tetapi tidak melepaskan pelukannya. Ia hanya diam tanpa berniatan membalas pelukan Bumi.

"Nggak tau..., tapi lo nyaman, kan?"

"Gue jadi kangen papi." Gumam Thara. Entahlah tiba-tiba saja ia teringat papi. Mungkin karena pawakan tubuh Bumi mirip dengan papi atau apa ia juga tidak tahu.

ELBITHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang