11. B&C M&N

8 1 0
                                    

Pagi ini langit nampak mendung. Sedari tadi matahari tidak menampakkan dirinya sama sekali. Ini masih pukul enam, dan Thara tengah sarapan seorang diri di meja makan. Papi sudah berangkat lebih dulu. Beliau bilang akan pergi tugas ke luar kota selama tiga hari. Sebelumnya, Papi tidak bilang apapun kepada Thara. Toh Thara juga sudah terbiasa ditinggal papi ke luar kota.

Thara sengaja memakan sarapannya dengan cepat. Tentunya dia ingin menghindari ajakan Bumi kemarin. Dia sangat malas jika berurusan dengan cowok menyebalkan itu. Thara selesai dengan sarapannya. Ia segera pamitan kepada Mbak Yuni-art di rumahnya.

Thara dengan cepat membuka pintu rumahnya, begitu pintu terbuka, ia sangat terkejut. Jika tadi Thara berlari, mungkin saja ia sudah menubruk tubuh seseorang yang ada di depannya ini. Thara mengelus dadanya dengan sabar, ia memejamkan matanya karena tidak mau melihat senyum menyebalkan milik Bumi. Cewek itu kesal, sangat.

Memilih mengabaikannya, Thara berjalan melewati Bumi. Ia akan meminta supir pribadinya untuk mengantarnya ke sekolah. Karena tidak mau kehilangan kesempatan, Bumi buru-buru mencekal tangan Thara. Cowok itu menahannya agar Thara tidak bisa kabur.

"Mau kemana, em?" Tanya Bumi selembut mungkin. Siapa tau saja dengan suaranya yang sengaja ia lembut-lembutkan bisa membuat Thara luluh? Haha lol.

"Lepasin nggak?" Pinta Thara dengan tatapan mata yang tajam. Cewek itu mencoba memberontak, tapi tetap tidak ada hasilnya. Tenaganya pasti kalah besar dengan tenaga milik Bumi.

"Papi lo nyuruh gue buat nganter lo. Jadi jangan coba-coba untuk nolak, atau gue bakal lapor ke pak Jonathan mampus lo." Ancam Bumi tidak main-main.

"Gue benci lo, jujur."

"Nggak apa-apa, B sama C itu deketan, dan Benci sama Cinta juga deketan kok. Gue yakin, lo bakal cinta gue nantinya." Ucapan Bumi itu malah semakin membuat Thara sebal bukan main.

"MIMPI!" Seru Thara tepat di telinga Bumi. Bumi mengusap telinga kirinya yang terasa panas. Sial, teriakan Thara begitu kencang.

"Nggak kok. Eh asal lo tau, ya, huruf M sama N itu juga deketan. Awalnya emang mimpi, tapi lama-lama pasti jadi nyata. Iya kan?" Ucap Bumi percaya diri.

"Najisun."

"Masa?"

"TERSERAH!"

🌺🌺🌺

Akhirnya dengan segala bujukan, rayuan, dan juga ancaman yang Bumi katakan kepada Thara, cewek itu akhirnya mau diantar ke sekolah dengannya. Saat di perjalanan tadi, hujan tiba-tiba mengguyur kota Jakarta. Thara suka melihatnya, cewek itu diam-diam tersenyum. Bumi mengetahuinya, cowok itu ikut tersenyum kala melihat senyum manis milik Thara.

Tanpa terasa, perjalanan mereka sudah selesai. Sesampainya di sekolah, Thara dapat melihat teman-temannya yang datang dengan mengenakan payung maupun jas hujan. Thara terkekeh pelan, menurutnya sangat lucu. Bayangkan saja, banyak payung warna-warni berada di sekolahnya.

"Thanks." Ucap Thara ketika menyadari jika ada orang di sampingnya. Ia asyik melihat hujan, sampai-sampai lupa bahwa Bumi berada di sebelahnya.

Thara buru-buru keluar dari mobil Bumi. Cewek itu hendak berlari menerobos hujan untuk masuk ke dalam kelasnya. Melihat itu, Bumi tak tinggal diam. Cowok itu segera berlari menyusul Thara dan hendak memberi cewek itu payung. Dan hap, Bumi belum terlambat. Ia berhasil memayungi Thara.

"Jangan hujan-hujanan, nanti sakit." Bisik Bumi pelan. Kini mereka berdua menjadi pusat perhatian banyak orang. Termasuk Bara.

"KAK BARA!" Teriak Thara nyaring. Thara kembali berlari meninggalkan Bumi. Bumi menghela nafas panjang, dia dilupakan lagi.

Bara memutar bola matanya malas. Kini giliran dirinya yang menjadi pusat perhatian banyak orang. Sementara itu, Thara terus berlari, hingga tiba-tiba ada kilat petir, dia berhenti. Ia buru-buru menutup telinganya dengan rapat. Melihat hal itu, Bara buru-buru menghampiri Thara dan menarik tangan cewek itu untuk masuk ke dalam kelas.

"Takut." Lirih Thara dengan takut-takut. Cewek itu refleks memeluk tubuh Bara.

Bara tidak tahu harus apa, dengan gerakan kaku, ia mengusap lembut punggung Thara. Entah mengapa dengan dirinya, tapi Bara merasa sedikit kasihan ketika melihat Thara ketakutan seperti ini.

Petir mulai terdengar, tapi tidak begitu kencang. Tapi tetap saja, Thara masih takut. "Takut, kak." Ucap Thara lagi.

"Udah nggak ada." Ucap Bara lalu berusaha melepaskan pelukan Thara.

Badan Thara masih bergetar, ia mencoba menenangkan dirinya sendiri. Berkali-kali ia menarik nafas dan menghembuskannya pelan guna mengurangi rasa takutnya. Dirasa mulai sedikit tenang, Thara mengangkat wajahnya hingga langsung bertatapan dengan Bara. Thara tersenyum tipis, meskipun sebentar, tapi ia senang bukan main karena Bara memeluk tubuhnya.

"Makasih, kak, pelukan lo nyaman banget." Ucap Thara dengan senang hati. Cewek itu terus saja memperlihatkan senyumannya meskipun di dalam hatinya ia masih merasa takut.

"Btw, nanti pulang bareng, ya? Papi lagi keluar kota kok, lo tenang aja." Pinta Thara dengan memohon. Ia ingin pulang dengan Bara, sangat.

"Ya." Jawab Bara singkat. Mendengar jawaban Bara, membuat Thara ingin berteriak keras sekarang juga.

"Nggak ada, lo berangkat sama gue, jadi pulang juga harus sama gue." Tolak Bumi dengan tegas. Laki-laki itu baru saja masuk ke dalam kelas Thara dan memaksa gadis itu untuk pulang bersamanya. Tentu saja Thara kesal, ia baru saja mendapat kesempatan untuk mendekati Bara, tapi Bumi malah mengacaukannya.

"Nggak! Gue mau sama kak Bara." Ujar Thara tetap kekeuh dengan pendiriannya. Ia menatap nyalang cowok yang ada di depan pintu kelasnya itu.

"Oke, lo pulang sama dia." Kata Bara memutuskan. Ia tidak mau terlibat perdebatan antara Thara dan juga Bumi.

"Nggak mau! Pokoknya gue---" Ucapan Thara terhenti begitu saja. Cewek itu dengan cepat menutup telinganya kala melihat kilat petir lagi. Thara memejamkan matanya dengan erat, tubuhnya kembali bergetar ketakutan. Tak tega membiarkan Thara ketakutan, Bara dan Bumi dengan cepat menghampirinya. Gerakan Bara kalah cepat dengan Bumi. Bumi, ia berhasil membawa Thara ke dalam dekapannya.

"Mendingan lo pergi." Usir Bumi pada Bara. Bara mengepalkan tangannya, ia tidak suka pada Bumi.

"Cuma kilat aja, Tha, nggak perlu takut." Ujar Bumi menenangkan. Bumi terkekeh miris, Thara sama sekali tidak membalas pelukannya. Tapi tidak apa-apa, yang penting Thara mau ia peluk meskipun tidak membalasnya.

Perlahan, Thara mulai menjauhi tubuh Bumi. Ia menoleh ke belakang, tepatnya pada tempat Bara duduk. Cowok itu memasang earphone pada telinganya. Thara tahu, jika Bara seperti itu, tandanya cowok itu tidak mau diganggu. Thara mendorong tubuh Bumi sedikit kencang, tanda menyuruh pergi.

"Apa?" Tanya Bumi tidak tahu. Cowok itu bingung dengan apa yang dilakukan Thara.

"Pergi!" Pinta Thara dengan intonasi yang rendah. Karena tidak mau membuat Thara lebih kesal dengannya, mau tidak mau Bumi akhirnya pergi.

"Gue tunggu di parkiran nanti, kalo nggak gue bilangin pak Jonathan buat nikahin gue sama lo!"

Thara mengacungkan jari tengahnya, mulutnya bergerak seolah mengatakan 'fuck you' kepada Bumi. Sementara itu, Bumi justru membalasnya dengan teriakan nyaring. "Love you too, Tha!"

Tinggalkan secuil jejak anda.
Terimakasih.

ELBITHARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang