Waktu istirahat kali ini berbeda dari biasanya. Jika biasanya Thara pergi ke kantin bersama Winna, maka kali ini tidak. Thara hanya mencoba-coba mengajak Bara ke kantin bersama. Ia bahkan tidak mengira bahwa Bara mau menerima ajakannya. Tentu saja Thara senang bukan main. Yaa, meskipun sedari tadi Bara hanya diam, tapi itu tidak menjadi masalah baginya.
Thara memperhatikan wajah Bara yang sedang makan. Ia tertegun ketika melihat luka bekas jahitan di kening Bara. Luka itu sepertinya sudah lama, terlihat hampir memudar. Bertahun-tahun ia satu kelas dengan Bara, tapi baru kali ini Thara melihat bekas luka itu.
"Apa?" Bara bertanya ketika menyadari bahwa Thara menatap dirinya dengan intens. Sebenarnya ia sudah menyadarinya dari tadi, tapi ia diam. Bara ingin tahu apa yang akan dilakukan Thara.
"Itu luka dari kapan, kak?" Tanya Thara langsung pada intinya.
Bara mengerutkan keningnya, bingung. Tapi setelah mengikuti arah pandang Thara, Bara paham. Ternyata yang dimaksud Thara adalah luka bekas jahitan yang memanjang pada keningnya. "Udah lama." Jawab Bara. Bara tidak bohong, luka itu terbentuk saat dirinya berusia dua belas tahun. Alasannya, nanti kalian akan tahu sendiri.
"Kok bisa gitu? Dulunya kena apa?" Thara ternyata masih penasaran. Cewek itu belum mau berhenti bertanya.
"Jatuh."
"Kok---"
"Jangan banyak tanya, bisa?" Sahut Bara memotong ucapan Thara yang belum selesai. Thara memilih diam, daripada nanti Bara akan kesal padanya kan?
"Makan." Titah Bara pada Thara karena belum juga memakan makanannya.
"Nggak laper." Balas Thara pelan. Ia jujur jika dirinya memang tidak lapar.
"Kenapa pesen?" Bara bertanya.
"Nggak tau." Jawab Thara sembari memperlihatkan deretan gigi rapinya kepada Bara. Terlihat imut memang, tapi tidak untuk Bara.
"Buang-buang uang." Gumam Bara pelan, tapi cukup jelas didengar oleh Thara. Thara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia bingung harus menjawab apa.
"Perlu gue suapin?" Angkasa yang baru datang langsung duduk tepat di depan Thara. Ia tidak sendiri, tetapi mengajak ketiga temannya. Thara sih oke-oke saja, tapi tidak dengan Bara. Cowok itu nampak sangat tidak suka dengan kedatangan Angkasa dengan ketiga temannya.
"Apa lo liatin gue kayak gitu?" Salah satu teman Angkasa yang bernama Ares bertanya sengit kepada Bara. Bara sontak mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ares itu cukup berandal, jadi ia tidak mau sekali-kali berurusan dengan cowok itu.
"Gimana, Tha? Mau nggak gue suapin?" Tawar Angkasa lagi. Cowok itu menaik-turunkan alisnya seolah menggoda Thara.
"Gue pergi." Bara pamit dan langsung meninggalkan Thara dengan keempat laki-laki itu. Thara termangu, ia sebenarnya ingin pergi juga, tapi merasa tidak enak hati kepada Angkasa.
Thara tertawa canggung, ia memang sudah akrab dengan Angkasa, tapi tidak dengan ketiga temannya. Ketiga teman Angkasa menatap dirinya dengan tatapan yang sulit diartikan. Thara tidak tahu, entah mereka menatap aneh ke arah Thara, atau tatapan tidak suka pun ia tidak tahu.
"Lo nggak pernah ngenalin dia ke kita, Sa." Teman Angkasa satunya lagi bersuara. Cowok bernama Raga berkata sembari menunjuk Thara. Raut wajahnya datar, seperti tidak memiliki ekspresi wajah. Nada suaranya pun sama, datar.
"Dia Thara, cewek gue." Jawab Angkasa dengan candaan. Tetapi karena teman-teman Angkasa tidak tahu, mereka menganggapnya serius. Ekspresi mereka semua seketika berubah seperti terkejut.
"Alah, bohong ya lo?" Bantah Ares tidak percaya. Dua teman Angkasa mengangguk setuju, mereka ikut tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Angkasa.
"Canda doang, iya nggak, Tha?" Ucap Angkasa meminta persetujuan kepada Thara. Thara sendiri mengangguk, tentunya dengan senyuman tipis yang menghiasi wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ELBITHARA
Fiksi Remaja"Tha, kata temen-temen gue kita sedikit mirip tau. Katanya kalo pasangan terus mirip itu bakalan jodoh sih." "Mukanya emang mirip, agamanya aja yang enggak." 🌺🌺🌺 "Gue udah lupa, gue udah nyaman jalanin hari-hari tanpa dia. Jadi, nggak perlu lagi...