Bab 7

13.6K 698 13
                                    

Aku bergegas pulang ke apartment menghubungi Kim untuk mempersiapkan baju nanti malam. Dan menghubungi Dharma untuk menemaniku ke acara Charity yang di adakan Abraham Co. Ltd malam ini. Melihat jam yang sudah menunjukkan angka 5 sore, aku hanya mempunyai waktu kurang lebih 2 jam untuk mempersiapkan diriku.

" Gimana, Ren? Sukses kan?" tanya Kim begitu aku masuk ke apartment dan melemparkan diriku ke kasur.
" Aaah akhirnya, touch down kasuurr" kataku tanpa memedulikan pertanyaam Kim.

" Hellooo, Karen Soebrata, aku jadi berasa hantu deh, ngomong sendiri"

" Kamu tuh ya Kim, bisa nggak sih nggak ngomongin ha-hal yang berbau mistis begitu, parno tau nggak?" omelku pada asisten tersayangku ini.

Yang di omelin malah tertawa terbahak-bahak. " Kamu tau nggak, ren, tiap aku di sini sendiri itu kaya ada rasa aneh gimana gitu lhoh, apalagi kalo di dapur tu ya..." Kulemparkan apapun barang yang ada di dekatku ke arahnya, " sekali lagi kamu ngomong berbau-bau yang kaya gitu, aku suruh kamu stay di sini 7x 24 jam".

" Ya habis di tanyain diem aja, gimana sama Harry? Dia nggak rese lagi kan?" tanya Kim lagi.

Aku menatapnya, ketawa, " Harry, rese?" aku tertawa lagi. " Kim, buat orang setipe Harry itu, step rese-nya udah lewat, dia itu lebih cocok di sebut si Bren***k, ato yah pokoknya makian-makian yang berawalan " B" itu lah Kim, you know what i mean kan?"

Kim tertawa kali ini lebih keras. " Apa? Kok malah ketawa sih?" tanyaku.

" Nope, cuma bingung aja, segitu bencinya ya kamu sama Harry, padahal kalo di pikir di sini kan kmu yang salah, you leave him first, remember?"

" itu kayanya lebih ke pernyataan daripada pertanyaan ya Kim?" tanyaku lagi.

" Udah ah nggak usah di bahas, kan udah ada Dharma sekarang, jadi kamu nggak usah khawatirin si Harry lagi, and you two, i mean you and Dharma sebentar lagi kan bakal nikah, jadi yaudah nggak ada yang perlu di khawatirkan lagi, masa lalu ya tempatnya di masa lalu, just let it go, gampang kan?" kata Kim dengan bijaksana dan panjang lebar.

Seandainya menghadapi masa lalu bisa semudah seperti apa yang di katakan Kim, mungkin aku sudah menikah dengan Dharma sejak 2 tahun yang lalu.

" Hooii nona, malah ngelamun, prepare gih, bentar lagi Dharma jemput" teriak Kim ke arahku. " Iya iya nona Kim, eh by the way, papa tadi nelfon katanya abangku Evan besok ke Jakarta, dasar tu orang ya sibuknya ngalah-ngalahin Presiden Amerika aja" beritahuku pada kim, yang mendadak terdiam. " Kenapa, Kim?" tanyaku.

" Nggak, Evan nggak berniat balik Indo ya, ren? Betah amat di Eropa"

" Nggak ngerti juga deh aku sama abangku yang satu itu, sejak istrinya meninggal 5 tahun lalu, dia nggak ada niat mau balik ke Jakarta lagi, padahal papa berkali-kali nyuruh dia balik loh, apa mungkin masih suka inget Kak Ella kali ya, kim, ah nggak tau deh" kataku pada Kim yang tanpa aku sadari berubah jadi diam sejak membahas kepulangan kakakku Evan.

" Who know, mungkin aja, Kak Ella itu kan nggak tergantikan, ren, cantik, baik, ah pokoknya calon istri idaman banget deh ya kakak iparmu dulu itu" jawab Kim dengan pandangan menerawang jauh.

" Udah lah, aku mau prepare dulu ya, nanti kalo Dharma nyampe, suruh nunggu ya Kim" kataku pada Kim sambil ngeloyor ke kamar mandi.

****

1 jam kemudian, aku sudah siap dengan gaun panjang tanpa lenganku berwarna hitam dan sepatu kepunyaan Christine Loubotine warna senada. Aku keluar kamar dan mendapati Kim sedang mengobrol dengan Dharma. Wow, siapa perempuan yang bakal nolak Dharma dengan potongan tubuh yang sempurna dibalut dengan jas yang berkelas, tampan, like Harry. Oh c'mon tolong singkirkan Harry sejenak dari pikiranku. Aku hanya ingin malam ini tenang tanpa Harry.

Forever You Mr. ArrogantWhere stories live. Discover now