" Harr, please, back off, jangan kaya gini"
Dia berhenti, menatapku lagi, diam.
" Nggak kangen aku?" tanyanya lagi. Kali ini tangannya sudah menyentuh wajahku, dan satunya lagi memelukku, mendekatkanku ke arahnya.Lagi-lagi aku cuma diam mematung, jantungku tak hentinya berdebar,
" Mau kamu apa sih Harr?" aku menatapnya, jarak kami sekarang sangat dekat, bahkan aku bisa merasakan helaan nafas hangatnya di wajahku.Dia diam. Jarinya menyentuh bibirku,lalu tersenyum, senyum angkuh itu lagi, " Kamu nanya apa yang aku mau?" jawabnya dengan suara serak. Bahkan saat mengatakan itu, matanya tidak lepas menatap mataku.
" This... " jawabnya, sedetik kemudian sebelum aku bisa mencerna kata-katanya, aku merasakan bibirnya sudah berada di atas bibirku, pelan, tanpa terburu-buru, seolah memberiku kesempatan untuk melepaskan diri, tapi yang aku lakukan cuma diam, pikiranku kosong. Lalu Harry kembali menatapku. "Masih sama seperti dulu" katanya.
Aku bengong sebengong-bengongnya, kembali lagi menjadi si bodoh yang lemah di hadapan si Arrogant.
" Damn you, Harr" makiku lirih.Dia menatapku lagi dengan pandangan geli, " Oh please, jangan bilang kamu nyalahin aku, aku bukannya nggak ngasih kesempatan buat kamu nglepasin diri tadi, but what? You enjoy it" katanya lagi yang menambah rasa inginku yang teramat sangat melemparnya dengan highheels 15 cm ku ini.
" Keluar..!!" bentakku.
Diam. Hening. Dan Harry masih menatapku. " Kita belum selesai, baby".
Dan terdengar bunyi pesan masuk di Hpku.
From: Dharma
" Are you okay? Kok lama banget kamu di toilet, perlu di susulin? Ayah ibu mau pulang"Tanpa sadar, Harry sudah berada di sampingku ikut membaca isi pesanku dari Dharma. Dan sepersekian detik, hp ku sudah diambil alih olehnya.
" Dharma? Boyfriend, huh?" tanyanya. Tangannya bergerak mengetik balasan pesan ke Dharma.
" Harr, please jangan, gila kamu, ada orangtuaku dan orangtua Dharma di luar" kataku sambil berusaha merebut HPku yang ada di tangannya. Dia berhenti, menatapku, jenis tatapan yang tidak bisa aku artikan, antara cemburu, sakit hati, dan tekad untuk balas dendam, atau memang ketiganya.Dia menunjukkan Hp ke arahku supaya aku bisa membaca balasan yang dia ketik.
To : Dharma
" I'm okay, ketemu temen lama, kamu sama ayah ibu balik duluan aja, jgn tunggu aku"Tangannya di arahkan ke tombol sent. Aku mendelik menatap ke wajahnya yang seolah tanpa dosa melakukan itu. " Are you crazy?!?!"
" Iya aku gila, gila karena kamu, Karen Flynn Soebrata" jawabnya dengan menyebutkan nama lengkapku. " Ayo, ikut" lanjutnya lagi memaksa menggandeng tanganku dan keluar dari kamar mandi. Ini sungguh hal tergila yang pernah aku lakukan, keluar berdua dari toilet bersama laki-laki yang tampannya, porsi tubuhnya bisa di katakan sempurna dari atas ke bawah. Dan aku nggak peduli lagi dengan tatapan orang yang aku yakin di dalam otaknya ada beribu pertanyaan. Seandainya aku sehebat Edward di serial Twilight yang bisa membaca pikiran orang, dan menghipnotis pikiran orang supaya melupakan apa yang mereka lihat.
Hatiku kembali berdebar tak karuan, hanya berdua dengan orang semacam Harry yang sekarang ini sungguh sangat berbahaya. " Mau kemana?" tanyaku. Dan jawabanya hanyalah diam.
****
15 menit kemudian aku sudah berada di mobil Harrier hitam miliknya. Pandanganya menatap lurus kedepan, tidak memedulikanku di sebelahnya.
Harry mengarahkan mobilnya ke The Capital Residence kawasan apartment super mewah yang aku yakin bayarnya pun pakai dollar. Dia memarkir mobilnya dan menyuruhku turun mengikutinya.
408.. Here we are. Di apartment no 408. " Nggak mau duduk?" tanyanya
Aku masih berdiri memperhatikannya di mini bar yang ada dalam apartmentnya ini, menuangkan wine ke dua gelas
"ngapain kamu bawa aku kesini, Harr?"Dia menatapku, mengangkat sebelah alisnya, " bener nggak mau duduk dulu?" tanyanya sekali lagi, melangkah ke arahku dan menyerahkan gelas wine tadi kepadaku. " Aku nggak minum" jawabku yang membuatnya terkekeh. " Ouch, really? The Queen of Party sekarang bener-bener udah berubah ya?" katanya lagi mengingatkan akan kebiasaanku yang suka berparty dan berfoya-foya dan karena terlalu seringnya aku sampai di juluki Quenn of Party, orang di depanku ini jelas masih mengingatnya ternyata. Oke, i know mungkin ini adalah saat pembalasan dendam Harry kepadaku. Mengingatkanku tentang hal-hal yang sering aku lakukan dulu. Oke apa lagi sekarang?.
" Aku kangen kamu" katanya lagi, menatapku intens dengan posisi duduk yang sangat bossy sekali, semakin memperlihatkan ketampananya.
Aku diam, kembali menatapnya.
" So?" tanyaku masa bodoh, padahal dalam hati deg-degan luar biasa, ingin rasanya aku melempar diriku sendiri ke Harry, memeluknya, menciumnya, dan membalas pernyataanya dengan " Aku juga kangen kamu, Harr" melupakan semuanya yang terjadi 10 tahun ini. Ku enyahkan pikiran itu jauh-jauh. Oke kalau kamu mau balas dendam Harr, aku nggak akan membuat ini mudah buat kamu.Dia tertawa, bukan tertawa lepas seperti orang-orang menertawakan kejadian lucu yang terlihat di depan mata, ini jenis tawa yang entahlah di sebabkan marah, sakit?
" Kalau nggak ada apa-apa lagi aku mau balik" kataku lagi seraya berbalik berjalan ke arah pintu. Tiba-tiba tanganya menarik tanganku, menghadap ke arahnya. Tubuhnya menjulang tinggi di depanku, tanganya berada di pinggangku.
Dia menunduk ke arah telingaku, " Kamu memang senang banget bikin aku gila ya?" bisiknya, nafasnya menggelitik telingaku.Aku mendiamkan diriku mencoba tidak terpengaruh dengan apa yang dia coba lakukan. Tiba-tiba terdengar suara Chriss Martin, vokalis Coldplay menyanyikan lagu Sky Full Of Stars, pertanda ada panggilan masuk ke Hpku. Aku menjauh, mengambil Hp dari handbag ku. Tapi tangan Harry masih memegang pinggangku.
" Dharma Calling..ddrrttt..ddrrtt Dharma Calling drrt..drrt"
Glek...!!
Aku mengangkat telfonya, nggak berani menatap mata Harry.
" Ya, Hallo?"" Kamu dimana? Aku tadi mampir ke apartmentmu, tapi cuma ada Kim di sana" tanya Dharma. Dan sekarang posisi Harry berubah kesampingku, telinganya ikut di tempelkan ke Hpku. Ya Tuhan, apa lagi ini, dengan posisi seperti ini, dia bisa mendengar semua percakapanku dengan Dharma.
" Emm, aku di apartment temen Dharma, biasalah ketemu temen lama, banyak yang di ceritain" jawabku bohong. Aku merasakan tangan Harry erat memelukku.
" Are you sure? Kamu keliatan nggak baik-baik aja, mau aku jemput? di daerah mana?" tanya Dharma lagi. Nggak biasanya Dharma menanyaiku sampai sebegininya, kita kan bebas mau ngelakuin apa aja, yang penting nggak mengganggu privasi masing-masing, apa dia lupa, kenapa sih dia ini.
" Engg,, nggak usah Dharma, ini rame-rame kok, nanti biar Kim aja yang jemput, kamu istirahat aja ya" jawabku lagi.
" Oh oke, take care ya, jangan lupa besok kamu ke Abraham Co. ltd fitting baju buat pemotretan itu" kata Dharma lagi mengingatkanku bahwa aku pernah cerita padanya aku melakukan pemotretan jumat ini.
" Yap, thanks Dharma, bye"
" Bye.."
Klik.
Ya Tuhan seandainya Dharma tahu, pemilik Abraham Co. ltd sedang berdiri memelukku sekarang.
Hai.. Jadi gimana ceritanyaa? Sorry for latepost.
Berharap semuanya bisa menikmatinya yaa..
See you di Bab 6 yaa :)
VOUS LISEZ
Forever You Mr. Arrogant
Roman d'amourHarry Abraham, Dia menantikan saat -saat ini, saat seorang dari masa lalunya yang telah meninggalkannya bertahun-tahun lalu tiba-tiba datang kepadanya lagi, dalam wujud seorang wanita yang sangat cantik, seksi dan matang bukan gadis manja yang hidup...