Bab 12

9.9K 629 7
                                    

"Hallo sister" sapa evan kepadaku. Aku tau dari wajahnya kalau dia melihat semua kejadian tadi. "Sambutan yang sangat menarik" lanjutnya lagi.

" Nggak bisa ya, kalau mau masuk itu bunyiin bel dulu, ya walaupun kamu udah punya duplikatnya" kataku ke arah kim yang masih terlihat shock.

" Mau sampai kapan bro, sembunyi di belakang adek gue terus, please be gentleman" kata Evan ke Harry, yang aku yakin Harry juga masih sama terkejutnya dengan kejadian barusan sehingga tanpa sadar dia masih berdiri di belakangku. Aku merasakan harry bergerak, meremas pundaku dan berjalan ke arah evan.

Aku melihat mereka saling menilai satu sama lain. " Dari kabar yang terakhir gue denger dari papa-mama bukannya lo tunangan sama Dharma ya, ren? " kata evan tanpa melepaskan pandangannya dari Harry dan aku tau dari raut wajah Harry kalau dia merasa kecewa? Rasanya aku ingin membukam mulut evan, terkadang kakakku ini bisa jadi sangat menyebalkan walaupun terhitung sudah sangat lama nggak ketemu.

Aku mengabaikan pertanyaanya. Ngomong-ngomong masalah Dharma, sampai sekarang dia belum menghubungiku. " Harr udah jam 7 lewat, nggak telat ke kantor? tanyaku kepadanya sambil memberi kode ke arahnya menyuruhnya pergi, sebelum Evan menanyakan hal yang macam-macam. Tapi entah kenapa dengan laki-laki di ruangan ini, Harry sepertinya tak menggubris kode dariku, dan Evan masih memperhatikan Harry.

" jadi, ada yang mau jelasin ke gue, kejadian apa itu barusan and kenapa ada laki-laki di apartment lo jam segini, ren?" tanya Evan kepadaku.

" Gue, nginep di sini semalem" kata Harry santai ke arah Evan, dan aku melotot ke arah Harry,seolah-olah dia tiba-tiba punya tanduk dikepalanya.
" cari mati banget si Harry" batinku. Aku melihat Kim yang memijat pelipisnya, yah aku tau dia merasa bersalah atas kejadian sekarang ini, kenapa juga dia nggak ngasih tau kalau mau kesini, bawa-bawa Evan lagi.

Evan terdiam. Menoleh ke arahku. Aku tak berani menatap matanya. Yah si Evan ini adalah orang yang paling dekat denganku, jadi walaupun aku bohong dia mesti bakalan tau. " Nggak ada gunanya lagi ya gue nutupin masalah ini, yap Harry nginep di sini semalem" kataku tanpa menghiraukan tatapan tajam Evan. "Udah kepalang basah, yaudah basah-basah aja sekalian" batinku.

" Nekat lo ya? Dharma tau?" Aku menjawab pertanyaanya dengan menggeleng.

" Trus, rencana lo selanjutnya apa? Setelah menodai adek gue kaya gitu" tanya Evan ke Harry yang membuatku kaget setengah mati.
" menodai apa sih van, kita nggak ngapa-ngapain juga, cuma ciu..m..an" kataku terbata-bata karena satu kata terakhir itu membuatku malu. Malu karena ini ngomongnya sama Evan. Hih!

Evan melotot ke arahku. Lalu melihat Harry lagi. "bro?" tanyanya.

" Ren.." panggil Kim tiba-tiba. " Kamu nggak bakal selamat lagi sekarang" lanjutnya lagi sambil menunjukkan Hpnya ke arah kami. Aku masih bingung apa yang di maksud Kim.

" Apa?" tanyaku pelan.

" Dharma sama mama-papa kamu udah ada di basement, mereka on the way naik kesini" jawab Kim dengan wajah penuh simpati kepadaku. Aku langsung panik, melihat Harry yang tenang banget begitu bikin aku tambah panik.

" Gak nyangka, hari eksekusi kalian berdua lebih cepat dari yang gue kira" gumam Evan. " Selamat menikmati for you two, gue akan jadi penonton yang baik di sini" lanjut Evan lagi dengan tersenyum yang rasanya ingin ku tujes-tujes dia saat itu juga.

Aku duduk menenangkan diriku. Harry mendekatiku, memijat bahuku,menenangkanku lalu aku melihat Kim meremas-remas tangannya, aku tau dia sama paniknya denganku. Karena Papa-Mama sudah percaya sepenuhnya kepada Kim, untuk menjaga dan mengontrolku di sini, kebayang gimana perasaan Papa-Mama kalo tau anaknya berduaan dengan laki-laki di Apartment sedangkan Kim yang di percaya dan diserahi tanggung jawab untuk menjauhkanku dari hal-hal yang seperti ini, gagal melaksanakannya. Oke, ya ya aku tau ini bukan salah Kim.

Bel pintu berbunyi. Jantungku berdebar nggak karuan. Sungguh ini semacam ngadepin sidang putusan eksekusi yang Hakimnya adalah mereka bertiga ini. Kim beranjak membuka pintu untuk para Hakim. Maksudku untuk Dharma dan orang tuaku.

" lets enjoy the show, sister" kata Evan yang masih tersenyum jail.

" Damn you" kalo nggak ingat Evan itu kakakku udah aku lempar dia dari jendela lantai 7 ini. Yah terkadang aku juga bisa sesadis ini kalau lagi kepepet. Tapi amit-amit lah, Evan itu semacam another half ku, cuma ini isengnya lagi kambuh entah sudah level yang keberapa. Dan aku benci di isengin.

Aku langsung menghamburkan diri ke arah Papa-Mama begitu mereka masuk ke dalam apartment.
" Ceiilleeh manjanya kumat" kata Mama memelukku.

Harry masih duduk seperti nggak terpengaruh sama sekali dengan keadaan ini. "Are you kidding, Harr, bisa banget kamu sok santai kaya gitu, ini semua gara-gara kamu" batinku.

Dharma terlihat entahlah, berbeda, ada yang aneh dengannya saat tatapannya tertuju ke Harry yang duduk di sofa. Dharma menoleh ke arahku dengan raut wajah penuh tanya. Lalu aku melihat wajah papa dan mama yang mungkin bisa di artikan sangat shock, dan aku tau penyebabnya adalah sama. Laki-laki yang masih dengan santainya duduk di sofa.

Yap, welcome back to the past, Pa- Ma, yah itu Harry.

Apa yang terjadi selanjutnya ya?
See you in next bab..

Sorry untuk keterlambatan ngepost dikarenakan sangat sibuk sekali.. Thx banget yang udh pada ngerti n baca tulisanku.. LuV n Xoxo. :)




Forever You Mr. ArrogantDonde viven las historias. Descúbrelo ahora