Bab 15

10.9K 629 17
                                    

Let me go
I dont wanna be your hero
I dont wanna be a big man
Just wanna fight with everyone else

Your masquarade i dont wanna be a part of your parade
Everyone deserves a chance to walk with everyone else..

-Hero by Family of the year-

Penggalan lagu Hero yang di nyanyikan oleh band indie asal Amerika ini terus berputar di kepalaku. Kim yang sedari tadi duduk di depanku melihatku tenang dan kali ini anehnya tidak ada tatapan cenayangnya yang seperti biasa. Sepeninggal Papa, Mama, Dharma dan manusia paling menyebalkan yang ingin ku tujes-tujes itu aku masih terdiam. Masih shock dengan rencana pernikahan dadakan atas dasar kebohongan yang di rencanakan oleh Harry. Seriously?? Menikah dengan Harry?!? Sama sekali tidak ada dalam resolusiku tahun ini.

" Ehemm.." kim yang sedari tadi hanya diam mulai menampakkan tanda-tanda keibuannya yang akan menanyakan keadaan anaknya, bukan dengan kata-kata melainkan dengan tatapan matanya dan gesture tubuhnya, yang sekali lagi selalu membuatku tidak bisa berbohong kepadanya.

" So.. You're getting married with him soon, honey" katanya dengan lembut. Aku hanya balas menatapnya dengan tersenyum. " You know me so well, Kim, we're not making love, just kissing, itu juga baru tadi pagi yang kalian lihat di dapur, jadi please hapus perandai-andaianmu tentang kemungkinanku sedang hamil" lanjutku lagi.

Kim hanya tersenyum, yeah i know Ren, but you know, setelah di lihat-lihat dan di perhatikan, kalian memang cocok dan sama-sama keras kepala"

"Cocok dari mana Kim..?" tanyaku sewot yang di balas hanya dengan tertawa.

" Jadi itu laki-laki yang bikin Karen Soebrata klepek-klepek" kata Evan tiba-tiba yang sedari tadi masih berdiri dan berdiam diri mengamati semua kejadian yang terjadi di apartmentku.

" Klepek-klepek apaan sih van? Lo itu sama Kim sama aja deh ya, gue nggak suka sama Harry, sok kegantengan, sok cool, sok hiihh ggrrrr..."

" Bukannya laki-laki yang kaya gitu yang kamu suka?" tanya Kim lagi memojokanku. Ini Evan sama Kim kenapa sih.

Aku mengabaikan perkataan mereka, " Van, nggak ikutan pulang papa mama? " tanyaku sambil melihatkan wajah malasku ke arahnya.

Bukannya menjawab pertanyaanku, si abang ku ini malah tersenyum. "Mau nengokin apartment baru gue dulu, gue pinjem asisten lo ye nyet, kasian di sini useless banget" katanya sambil memberikan kode ke Kim melalui gerakan kepalanya untuk mengikuti Evan.

" Lah, gue nggak di ajak? Perasaan kalian berdua tadi datang barengan, sekarang pulang juga barengan, what happen? " tanyaku pura-pura menyelidik ke arah dua orang di depanku.

Dan mereka berdua hanya diam, aku melihat Kim yang berusaha menelan ludah berkali-kali dan menahan nafasnya, whats wrong with her?

" Hati-hati bawa asisten pribadi gue ya van, limited edition tuh, langka" lanjutku menggoda Evan.

" Siap bos, gue jaga baik-baik" jawabnya sambil melangkah pergi ke arah pintu keluar di ikuti Kim di belakangnya.

****

Harry calling , Harry calling

Aku melihat nama Harry di screen hp ku, " Kenapa lagi ini manusia, nggak bisa apa ngebiarin aku sendirian dulu dengan tenang" omelku sendiri. Dan dengan terpaksa aku mengangkat telfon darinya.

" Ya, Apa?" tanyaku.

" Hallo, calon istriku?" tanyanya dengan suara beratnya yang bikin aku deg-deg an memanggilku dengan sebutan "calon istriku".

Mau apa Harr? Kalau nggak ada yang penting, aku tutup"

Terdengar suara berat seksi miliknya yang sedang tertawa. " Turun ya, aku di bawah, dinner  dengan teman-temanku, sekalian memperkenalkan kamu as my wife soon to be "

" Gila ya kamu, Harr, aku belum memutuskan aku mau nikah sama kamu, nggak usah kepedean deh" jawabku. Dan aku tau ku sudah menyinggung perasaannya.

Hening. Diam.

" kamu yang turun apa aku yang naik ke atas?" tanyanya tiba-tiba.

" Aku harus ngomong pakai bahasa apa sih, harr kalau sama kamu itu, aku nggak mau"

" Let see, baby" katanya.

Klik. Dan sambungan telfon terputus.

Ini orang maunya apa sih, aku nggak ngerti deh, hih!!

Dan 5 menit kemudian aku mendengar suara bel apartmenku berbunyi nyaring, di tekan berkali-kali. Sengaja menggangguku.

Harry. Nggak butuh waktu lama untuk tau siapa yang ada di depan pintu apartmentku sekarang. Harry bukan orang yang pantang menyerah.

Aku berjalan ke arah pintu dan membukanya. Melihatnya berdiri dengan wajah penuh marah dan penampilan yang sangat rapi sekali memakai jas warna hitam, kontras sekali dengan keadaanku yang masih memakai baju rumahan.

Dia berjalan menerobos masuk ke apartmentku menyingkirkanku dari depan pintu, mengunci pintu lalu menarik lenganku membawa ke arah kamar tidurku.

"Harr...!!! Kamu apa-apaan sih, lepasin sakit tau!!"

Harry hanya diam, masih dengan memegang erat tanganku tiba-tiba dia mendorongku ke arah tempat tidur. Tubuh kuat dan besarnya berada di atasku.

" Harr, jangan kaya gini, please..."

Harry masih diam, menatapku dengan mata hitamnya yang terlihat marah. Dan tiba-tiba tangannya sudah merobek bajuku. Matanya nyalang menatap tubuhku.

"Harr... Please, sakit.. " rintihku mulai menangis. Aku takut dengan Harry yang seperti ini, Harry yang belum pernah aku kenal sebelumnya.

Hening.

Tiba-tiba dia menundukkan wajahnya, mendekatkan bibirnya ke arah telingaku mencium pipiku. "Sorry.. Im so sorry".katanya dengan suara serak yang sarat emosi marah dan sedih.

Harry berguling ke sampingku, menutupi badanku dengan selimut, dan melangkah pergi keluar, meninggalkanku sendirian yang masih menangis.

See you in next bab yaa para pembacaku tersayang.. Xoxo :*




Forever You Mr. ArrogantWhere stories live. Discover now