Harry masih duduk menghadapku dengan tersenyum diam. " Bioskop yuk?" ajaknya tiba-tiba yang membuatku mengerutkan kening.
Dia tertawa, " Santai, apa yang kamu khawatirin nggak bakal kejadian sekarang" jelasnya masih dengan gaya santainya dan aku masih terdiam mencerna kata-katanya.
" Apa mau sekarang?" tanyanya lagi kali ini dengan senyum jail yang menghiasi bibirnya.
" in your dream, Harr" jawabku seketika berdiri dan yang membuatnya tertawa keras. " Takut banget ya kamu sama aku, relaks baby aku nggak sekasar bayangan kamu kok" balasnya dan aku menutup telingaku pura-pura tidak mendengar kata-kata yang membuatku malu setengah mati membayangkan apa yang dikatakan Harry barusan.
" Tumben kamu ngajak aku keluar? Adrienne kemana?" tanyaku yang membuat matanya bertanya kearahku. " Kenapa nanya tentang Adrie, maybe dia sibuk sama mainan barunya" kata Harry cuek yang membuatku bingung kenapa Harry dengan santainya mengatakan istrinya sedang sibuk dengan entah siapa si mainan baru ini.
Harry kembali menatapku " Kamu kenapa sih, kok kayanya bingung gitu? Any problem baby? " tanyanya lagi berdiri dan berjalan ke arahku, mendekatiku menggenggam tanganku.
Aku melepaskan tanganku dan menjauh darinya. " 15 minutes, tunggu di sini, aku siap 15 menit lagi" kataku seraya berlari ke dalam kamar yang membuat Harry terbengong-bengong melihatku.
Aku memilih pakaian, berdandan sesimple dan secntik mungkin, nggak mau Harry mengira aku berdandan hanya karena akan keluar dengannya, bisa Geer nanti dia tapi ingin terlihat cantik di mata Harry. See, ren, whats wrong with you? Dandan cantik begini cuma pengen di bilang cantik sama Harry.
Dan.. 15 menit kemudian aku keluar kamar, terpaku melihat pemandangan yang ada di depanku. Laki-laki itu meluruskan kakinya diatas sofa, tangan kirinya berada di atas perut, tangan kanannya di letakkan di bawah kepalanya, matanya terpejam, terdengar dengkuran halus dari bibirnya, O Em Ji Harry tidur. Perlahan aku mendekatkan langkahku ke arahnya, takut kalau dia terbangun gara-gara gerakanku, aku mengamatinya memastikan kalau dia benar-benar tidur. Nggak tega rasanya membangunkan Harry melihat dia tertidur pulas seperti ini. " Kamu itu ya Harr, pemaksa, tapi aku suka" bisikku pelan ngomong ke diri sendiri. " Good nite, Harr, Sweet dream"
"... and i love you.." lanjutku dalam hati.
***
Paginya aku terbangun karena ada bau masakan yang sangat lezat bercampur bau kopi di udara. Harry di sini. Aku melihat jam di meja samping tempat tidurku yang menunjukkan ke angka 6. Masih jam 6 pagi, dan Harry sudah sibuk di dapurku. Ya Ampun, tuan rumah macam apa aku. Bukan. Lebih tepatnya, perempuan macam apa yang membiarkan tamunya sibuk di dapurmu sedangkan aku masih tidur-tiduran. Aku segera bangun membersihkan diriku di kamar mandi secepat mungkin memakai baju yang pantas dan keluar kamar.
Harry sedang sibuk menyiapkan masakan yang dari baunya saja sudah terlihat sangat lezat. Lalu dia melihatku, tersenyum. " Hai, pagi" sapanya dengan suara yang so sexy.
" Sorry ya, aku berantakin dapur kamu, and sorry juga buat semalem aku ketiduran" lanjutnya lagi dengan tulus." Harr, jangankan dapur, aku kamu berantakin juga ikhlas kok" batinku. Tuhkan..tuhkan aku jadi mikir yang nggak-nggak pagi-pagi begini. Salah fokus lagi.
" Ren.." panggilnya yang menyadarkanku dan membuatku malu sendiri untuk pikiran mesum barusan. " Hmmm... Its okay, nggak apa-apa, kamu juga kelihatan capek banget semalem" jawabku. Iya keliatan capek and cakep, nggak sehat banget buatku, Harr. Kamu tau nggak sih? Oke pikiranku mulai melantur lagi.
" Duduk gih, aku siapin makannya" katanya lagi menunjuk meja makan dengan gesture tubuhnya.
" Kok jadi kamu yang repot banget, kita bisa delivery makan aja, kamu kan ke kantor sebentar lagi, balik apartment juga belum, udah mau jam 7"
Harry tersenyum, "Delivery makan cepat saji lagi? Nggak sehat ah, enakan juga masakanku, emmm.. Aku udah siap baju di mobil buat ke kantor langsung dari sini" katanya lagi dengan menunjuk tas hitam yng entah sejak kapan ada di atas sofaku.
" Udah persiapan banget ya kamu, harr" senyumku ke arahnya.
" Kan semalam udah bilang, mau nginep" jawabnya lalu berjalan ke arahku, ke arah meja makan, membawa makanan yang dia siapkan tadi. Nasi goreng telur mata sapi di campur tuna, coffee latte, roti bakar selai strawberry, dan air mineral. Membaginya menjadi dua, untukku dan dirinya.
" Makan, entar keburu dingin" suruhnya dan aku menurut mencoba memakan apa yang di masak Harry, dan aku tau bahwa rasanya akan selezat ini. " Belajar masak dimana?" tanyaku.
" Sendiri, dulu jaman masih kuliah di Cambridge, hidup sendiri jauh dari negaramu, bener-bener di latih mandiri dari hal-hal terkecil sampai masak-memasak begini, kebiasaan sampai sekarang" jawabnya.
" Lucky your wife" balasku tanpa berpikir sama sekali apa akibatnya dari kata-kataku tadi. Harry menatapku lama, sebelah alisnya terangkat. " Kalau kamu nggak ninggalin aku 10 tahun lalu, mungkin sekarang kita udah hidup bahagia as husband and wife dengan anak-anak yang cantik dan tampan like you and me"
Aku menahan nafas. Menyadari kebodohanku membicarakan kehidupan rumah tangga di depan Harry, menyadari ada benarnya perkataan Harry,oke untuk masalah yang satu ini aku belum siap. Aku tau Harry masih menyalahkanku masih menaruh dendam padaku atas apa yang terjadi dulu.
Aku menghirup kopiku, sebelum meminumnya. " Sorry, bisa nggak sih nggak usah bawa-bawa masa lalu, kamu nggak bisa hidup di masa lalu terus, harr, just let it go, kamu sama aku udah punya kehidupan masing-masing sekarang" balasku tanpa membalas tatapan matanya.
Harry diam, menyelesaikan makannya, meminum kopinya dan beranjak ke tempat cuci piring.
" Harr" panggilku dan dia masih diam. Bingung dengan perubahan suasana yang tiba-tiba. Aku mendekat ke arahnya menyentuh lengannya. "Harr" panggilku lagi. Lalu tiba-tiba dia memutar tanganku membuat posisiku berada di depannya. " Kamu kira, after you say sorry and bla bla bla tadi semuanya sudah selesai? No baby, no.. Remember, kadang kita bisa hidup sampai hari ini karena ada masa lalu, ada sesuatu yang belum selesai antara aku sama kamu, and aku sudah menunggu ini terlalu lama" bisiknya pelan di telingaku.
" Lets play the game together" kata Harry lagi dan dia mengecup bibirku, yang ironisnya aku juga membalasnya dan menikmatinya.
" Ren...?!" panggil suara seorang laki-laki.
" Oh my God, Karen..!!!" kali ini suara seorang perempuan yang berteriak kaget.
Aku terkejut menjauhkan diri dari Harry dan menoleh ke asal suara.
Terlihat kakakku Evan dan Kim sudah berdiri tak jauh dari kami. Diam. Memperhatikan. Ditambah efek Kim yang menganga tak percaya melihatku berkis***g ria dengan Harry di dapur.
Oh sh*t!! Hal yang sangat memalukan adalah aktivitas yang bisa tergolong privacy ini di lihat secara live oleh saudara sedarahmu sendiri.
See you with Harry and Karen di bab selanjutnya yaa.. Thx. Xoxo. :)
YOU ARE READING
Forever You Mr. Arrogant
RomanceHarry Abraham, Dia menantikan saat -saat ini, saat seorang dari masa lalunya yang telah meninggalkannya bertahun-tahun lalu tiba-tiba datang kepadanya lagi, dalam wujud seorang wanita yang sangat cantik, seksi dan matang bukan gadis manja yang hidup...