Bab 38

6K 460 64
                                    

Aku masih berdiam diri saat Harry mulai bermain dengan telingaku. Nggak berani bergerak sama sekali. " Luv.." bisik Harry lagi di telingaku. 
" I know you can hear me, so listen carefully.." kata-kata Harry mengandung ancaman yang membuat sekujur tubuhku merinding. Aku membuka mataku, memilih untuk menghadapi satu-satunya makhluk Tuhan yang terlihat tampan dengan tampilannya yang acak-acakan baru bangun tidur, yang membuatku ingin sekali 'ndusel-ndusel' ke arahnya dan mendorongnya kembali ke tempat tidur. Oke cukup. Back to reality Ren.

Aku menoleh ke arahnya, menatap bola mata hitamnya dengan hati yang berdetak tak karuan karena posisi kami yang, yeah aku masih tiduran dan dia dengan posisi yang setengah tidur di sampingku. "  So?" tanyaku mengalah untuk memulai percakapan dulu. Harry memperhatikanku lalu perlahan berdiri menjauh dan tanpa alasan yang tak ku ketahui hatiku sakit. Aku benci melihat Harry menjauh, aku benci berjarak dengannya saat ini.

" Jadi, bisa kamu jelasin apa sebenarnya maksud dari semua ini?" tanyanya.

" Maksudnya?" tanyaku kembali.

" Semua ini Ren, kamu dan kejadian London, kamu yang tiba-tiba datang ke kantorku, kamu yang tiba-tiba ada di restaurant semalam, apa sebenarnya rencana yang ada di kepala cantikmu itu?"

Aku melihatnya, sakit. Melihat orang yang kamu cintai tidak mempercayaimu lagi. Aku butuh kamu Harr. Seharusnya itu yang aku katakan, bukan malah pertanyaan yang membuatku terlihat lebih bodoh. " Kamu bener mau nikah?"

Dia diam melihatku, " kenapa?"

" Nggak sih, nanya aja. Selamat" dan saat itu juga aku merasa bodoh dua kali lipat. " Kamu dan hesty terlihat sempurna kalau bareng" lanjutku dengan kebodohan yang bertambah berkali kali lipat.

Aku mulai berdiri membenahi bajuku, dan Harry masih diam tak bergerak di tempatnya berdiri. Mencari handphone dan mulai menghubungi Kim, entah apa maksudnya Kim tadi menyuruhku datang ke restaurant tapi malah dia nggak ada.

Tiba-tiba Harry merebut handphone ku. Menatapku. " Jangan lari lagi ren, kamu tau ada yang harus di bereskan di antara kita"

Aku terdiam, mengangkat bahu. Jujur aku takut, aku belum siap menghadapi apa yang mau Harry katakan.

" Let's talk " jawabku singkat.

Harry tersenyum sinis melihatku. " lets talk katamu? Come on Ren, kita berdua tokoh utama di cerita ini bukan cuma aku! dan kamu cuma bilang lets talk? I need your explanation now"

Harry terlihat sangat frustasi, laki-laki yang penuh kendali ini sepintas terlihat ingin melempar dan menghancurkan semua barang-barang di sekitarnya.

" Maaf Harr..."

" Maaf?"

" Maaf untuk semua yang udah aku lakukan ke kamu, ninggalin kamu di London, aku.. aku saat itu masih belum siap, aku takut Harr, aku takut perasaanmu ke aku cuma buat balas dendam kejadian 10 tahun lalu" jelasku akhirnya. Aku nggak berani menatap Harry.

" Are you crazy Ren? "

" Harr, nggak menutup kemungkinan kan kalo kamu bakalan ninggalin aku juga di saat aku udah jatuh cinta banget sama kamu? Aku cuma melindungi hatiku Harr, jadi sebelum kamu ninggalin aku yang ada di pikiranku saat itu aku harus menjauh dari kamu"

Harry menyipitkan matanya dia tak menjawab atau menyela perkataanku.

" Iya, aku paranoid Harr" lanjutku kali ini tepat menatap ke arahnya, air mataku tak kuasa ku bendung. " Aku takut, bahkan sampai detik ini aku masih merasa berdosa ninggalin kamu di hari pernikahan kita 10 tahun lalu! aku takut kamu ngelakuin hal yang sama ke aku, dan aku nggak sanggup Harry aku nggak bisa" isakku semakin menjadi.

Harry berjalan ke arahku, merengkuhku ke dalam pelukannya. " go to hell dengan paranoidmu itu luv"
Aku merasakan tangan Harry menenangkanku dan aku masih menangis di pelukannya. Entah aku merasa berada di pelukan Harry adalah hal yang paling benar.

"Harr..."

" Psssttt... Please dont talk luv, aku sedang menikmati memelukmu sekarang" lalu tiba-tiba dia merebahkanku lagi ke tempat tidur masih dengan posisi memelukku.

Aku mendongakkan wajahku kearahnya, "Harr..."

" Tidurlah luv, sebelum aku berubah pikiran untuk menyuruhmu bergadang semalaman menikmati satu sama lain"

Kata-kata Harry berhasil membuatku menyembunyikan wajahku lagi di dadanya yang kokoh. " kamu nggak berubah ya Harr..." bisikku sambil tersenyum yang tidak bisa di lihatnya.

" Laki-laki nggak bisa berubah untuk masalah yang satu itu Ren, bahkan aku"

" Oh please...!"

Aku merasakan dada Harry bergetar, dia tertawa, tawa berat yang jarang sekali aku dengar. 

" but not for tonight, i know you need a rest"

" Thanks Harr..." kataku.

" I love you Ren.." dan aku merasakan kecupan di dahiku sebelum terlelap.

So, this is a beginning or ending?

****

Maap seribu maap buat para readers karena baru update, enjoy ya.

See you in next chap. :) xoxo

Forever You Mr. ArrogantWhere stories live. Discover now