Bab 25

9.2K 635 52
                                    

Aku terdiam cukup lama memandangi hp di tanganku, memahami sms yang barusan aku terima. Apa maksudnya dengan nggak bisa minta maaf untuk kejadian semalam? Oh go to hell, harr!!

" Ren.. Are you okay? Sms dari siapa?" tanya Dharma.

Aku melihat ke arahnya, melihat laki-laki yang sedang sibuk mempersiapkan makanan di meja makan. " Nggak ngerti, salah sambung kali" jawabku berbohong lagi ke Dharma. Dia menoleh ke arahku, tersenyum. " Ya udah, makan yuk, aku masak telur panggng sayur nih, cuma nemu bahan-bahan itu doang di lemari es kamu" katanya sambil nyengir tak berdosa yang membuatku ikut tersenyum.

" Telur panggang sayur? Baru denger deh aku ma, apaan sih? Telur di panggang?" tanyaku seraya mendekat ke arah meja makan, melihat apa yang di masak oleh Dharma. Bahkan masakan se- yummy ini untuk ukuran orang normal sudah sangat bisa menambah nafsu makan. Tapi sayang rasa laparku yang menggebu-gebu tadi sudah melayang gara-gara sms dari Harry.

" Aku coba ya?" tanyaku memotong sedikit bagian telur dan memakannya yang menurutku lebih tampak seperti omelette. " Enak ma, belajar masak dari mana sih?"

Dia tersenyum. " Hidup mandiri jauh dari orang tua itu mengajarkan banyak hal ren, salah satunya ini" jawabnya. Jawaban yang persis sama saat aku tanyakan hal yang sama kepada Harry beberapa waktu lalu.

" Oke, oke.. I see, btw nggak ke kantor hari ini?"

" Habis ngurusin kamu aku ke kantor, ikut yuk?" tanyanya tiba-tiba.

Aku tertegun dengan kata-kata Dharma barusan. Sweet banget nggak sih?

" Kok nawarin ikut? Nggak takut di lihat pegawai kamu kalau datang berdua sama cewek? Entar di gosipin lagi" candaku ke Dharma yang sedang asim melahap makanan.

" Lah kan ceweknya calon istri sendiri, ngapain harus takut" jawabnya yang langsung mengingatkanku ke permasalahan awal.

" Dharma, please.."

" okay, okay i know sweetie.. Yah maksudku biar kamu nggak suntuk aja seharian di apartment, apa mau aku anter ke rumah Kim?"

" Hmm.. Iya deh, ke rumah Kim aja, lagian ada kerjaan yang mau aku share ke dia" jawabku.

" Oke.."

****

1 jam kemudian kami berdua sudah menuju ke arah rumah Kim di salah satu daerah perumahan elite. Nggak pernah ngerti alasan Kim yang nggak mau tinggal di apartment dan memilih sebuah rumah untuk di tinggalinya sendirian. Memang kadang si nyentrik yang satu ini susah di tebak jalan pikirannya.

Tidak lama kemudian kami sudah sampai di depan rumah bercat putih dan hijau muda, yang terlihat pemiliknya sedang kedatangan tamu. Karena ada 2 mobil terparkir di depan rumahnya, satu si camaro tersayangnya dan satu lagi mobil Range Rover hitam yang aku yakin aku nggak asing dengan mobil ini. Wait..wait.. Ini kan mobilnya Evan, ngapain abang gue di sini sepagian ini? Yah walaupun jam sudah menunjukkan pukul 09.00 wib.

Dharma melihatku, " Ini bukannya mobil Evan, Ren?" tanyanya yang aku jawab dengan anggukan kepalaku.

Tanpa memedulikn Dharma yang berjalan di belakangku aku langsung masuk menerobos pintu depan yang aku juga sudah hafal kode pengamannya.

Kim terkejut melihatku datang secara mendadak, " Ren,.. Kok nggak ngasih tahu kalau mau ke sini?" tanyanya.

" Evan mana?" tanyaku tanpa basa basi, mencium sesuatu yang aneh dari gelagat Kim.

"Ah.." Kim melihatku lalu ke Dharma.
" Evan ya nggak di sini lah, apaan sih? Itu mobil aku yang bawa kemaren, dia nitip buat masukin ke service" jawab Kim.

Forever You Mr. ArrogantWhere stories live. Discover now