Aku memaksakan diri melangkahkan kaki masuk ke area restoran, berusaha tidak memedulikan Harry dan teman-teman dinnernya yang hanya berjarak beberapa meter dariku, berusaha mengenyahkan sengatan rasa sakit dan sedih yang muncul. Kim yang berada tepat di belakangku, berusaha setenang mungkin tidak mengeluarkan obrolan apapun. Aku tahu dia juga melihat Harry di situ. Kami menuju meja yang sudah di siapkan, memesan makanan dan menunggu beberapa menit sampai pesanan kami datang. Aku melihat dari ekor mataku, Harry dan teman-temannya terlihat asik mengobrol satu sama lain dan satu hal yang pasti, tidak sedikitpun dia melihat ke arahku.
" Jangan diem aja sih, aku berasa makan sama hantu" celetuk Kim tiba-tiba yang menyadarkanku, bahwa aku di sini bersama seseorang.
" Sorry..."
" Jalan-jalan aja yuk habis makan, nggak enak juga diem aja di kamar"
" Kemana?"
" Mau lihat London dari atas nggak? Kita ke London Eye, gimana?"
Aku mengangguk, mengiyakan ajakan Kim untuk keluar malam ini, sayang rasanya kalau hanya di lewatkan di kamar. " Ambil jaket dulu berarti ya?"
Gantian Kim yang mengangguk," sekalian mau ambil kamera" katanya.
Tidak lama kemudian makanan kami datang. Aku melihat ke arah Harry yang sedang sibuk dengan gadgetnya. Dia memegang gadgetnya tapi sama sekali nggak ngebales satupun email atau sms yang aku kirimkan. " Makan Ren, masalah orang itu bisa di urus nanti" kata Kim yang membuatku menarik nafas dalam, aku tahu dia juga jengkel melihat Harry yang seolah-olah tidak menganggap keadaanku di situ.
Selesai makan malam kami kembali ke kamar dan mengambil keperluan untuk jalan-jalan menelusuri kota London di malam hari. Melihat kim yang begitu bersemangat ingin naik The London Eye, wahana tertinggi di London yang bentuknya seperti kincir angin raksasa dan yang akan memberikan pemandangan indah kota London dari atas, aku jadi tertular semangat yang ada pada Kim.
" Enjoy your time here, honey, mumpung di London lho, nggak tiap bulan juga kita ke sini, nggak sayang udah ngeluarin uang banyak tapi kamunya malah nggak semangat gitu, kadang kita juga harus menyadari kalau nggak semua yang kita pengen bisa berjalan sesuai dengan harapan kita, masih ada waktu 3 hari ke depan sebelum kita balik ke Indonesia, masih banyak kesempatan, nggak usah galau gitu sih? Oke? Udah kaya wallflower aja yang belum dapat pasangan dansa di pesta-pesta bangsawan Inggris" kata Kim panjang lebar, yang mengingatkanku tentang para wallflower di buku karangan Lisa Kleypas yang kebetulan setting tempatnya berada di London dengan latar belakang tahun 1800-an.
" Nah kalau kita wallflower nih ya, kamu jadi siapa Kim?" tanyaku mengandai-andai.
Kim tampak berpikir sejenak, mengerutkan keningnya. " Emmm.. mungkin Lilian Bowman atau kalau nggak Anabelle" jawabnya percaya diri menyebutkan salah satu tokoh cerita Wallflower.
" Yeee, pede banget asli! Anabelle itu di gambarkan sebagai salah satu perempuan tercantik di London pada saat itu, nggak bisa dong, Lilian? Jauh banget Kim, kamu nggak ada sadis-sadisnya sama sekali" kataku sambil tertawa.
" Sial, terus siapa? Evie atau Daisy Bowman?"
" Cocoknya sih Daisy Bowman Kim, kamu kan suka baca novel, suka berkhayal, lebih tertarik sama buku daripada sama cowok, ya kan?"
" Heh enak aja, bukannya nggak tertarik Ren, aku normal kali, lagi nunggu yang tepat aja, eh tapi begitu juga si Daisy kan akhirnya dapat yang terbaik, dapat orang yang nggak terduga-duga, si Matthew Swift" bela Kim nggak terima di sudutkan begitu.
" Curcol ya Kim?" tanyaku sambil tertawa terbahak-bahak. " Tapi aku lihat akhir-akhir ini kamu beda deh, ada apa sih? lebih sering menyendiri daripada dulu, why? Lagi dekat sama cowok ya?"
YOU ARE READING
Forever You Mr. Arrogant
RomanceHarry Abraham, Dia menantikan saat -saat ini, saat seorang dari masa lalunya yang telah meninggalkannya bertahun-tahun lalu tiba-tiba datang kepadanya lagi, dalam wujud seorang wanita yang sangat cantik, seksi dan matang bukan gadis manja yang hidup...