Bab 9

10.7K 658 7
                                    

Aku turun mencari Dharma, tapi tidak menemukanya dimanapun. Dimana dia?. Aku ingin segera pergi dari sini.

" Hallo Kim, take me please" akhirnya aku menghubungi Kim untuk menjemputku.

" Lah, Kenapa? Dharma mana?" tanyanya. " Long story, ntar aja ceritanya, jemput aku sekarang ya" pintaku.

" Hmm, Harry again? Oke, tunggu, 20 menit lagi sampai"

Klik.

Ini sudah kesekian kalinya, Harry membuatku seperti orang bodoh. Dan entah untuk keberapa kalinya membuatku menangis. Perasaan sejak ketemu lagi dengannya, volume air mata yang aku keluarkan jadi berkali-kali lipat. Mubazir sekali. Cih!

Tak lama kemudian, Kim datang, aku langsung berlari menuju ke arah mobilnya. " Dharma mana sih? Berangkat di jemput, pulang sendiri, udah kaya jailangkung aja kamu ah" katanya begitu aku memasuki mobilnya dan Kim mengarahkan keluar dari Abraham building.

" Mulai lagi deh, jailangkung lagi di bawa-bawa. Nggak ada perumpamaan lain yang lebih oke? Suka banget sih kamu sama yang berbau-bau mistis begitu" omelku panjang lebar.

" Nggak begitu juga kali, ren, ya habis kalian berangkat bareng, pulangnya sendiri-sendiri, emang Dharma kemana?"

" Nggak tau, nyasar kali dia, ato kalo nggak lagi 'O N S' kali" jawabku enteng.

" O N S? Apaan emang ren, satuan berat? " tanya kim dengan polosnya.
Aku tertawa mendengar jawaban dari Kim, " polos apa sok polos sih kamu, Kim? O N S kim, One Night Stand, you know what i mean kan? Jangan aja nanya One Night Stand apaan ren?,hadeeh" jawabku.

" Yaelah ren, one night stand, ya habis di singkat- singkat mana aku tau, btw Dharma masih kaya gitu? Kayanya sih semenjak udah mau serius sama kamu, dia udah nggak pernah lagi O N S an"

" Kok tau? Kamu nguntitin dia terus sekarang?" tanyaku pura-pura kaget.

" Sial, nggak gitu juga kali, so, how about Harry?"

" He kiss me". Jawabku santai. Lalu Kim memberhentikan mobilnya dengan tiba-tiba, menoleh ke arahku. " Serius kamu ciuman sama Harry?" tanya Kim kepadaku. " Iya". Jawabku. Aku masih menatap wajah Kim yang terlihat serius. Jujur aja, terkadang aku merasa perempuan di sampingku ini, semacam ibu peri, kadang galak, galak untuk kebaikan temannya yang kadang suka o'on ini. Baik karena jujur, jarang orang yang punya hati kaya Kim ini, mau melakukan apapun buat orang-orang yang di sayanginya. Termasuk aku.

" Trus, gimana rasanya?" tanya Kim yang membuatku melongo, anak ini sungguh, dari semua pertanyaan yang berseliweran di kepalaku yang akan dia tanyakan, dia malah nanya " gimana rasanya?" minta di jitak banget ini orang.

" Kim!! are you crazy? " yang ditanya, malah kaget gantian menatapku. "What?" tanyanya bingung.

" Serius kamu nanya, gimana rasanya ciuman sama Harry? Are you kidding me?"

" Lah emang salah?" tanyanya dengan wajah polosnya.

Aku tertawa, asisten pribadiku a.k.a Sahabat baikku ini beneran polos apa pura-pura polos sih, " emang belum pernah,Kim?" tanyaku balik, sebenarnya nggak etis banget nanya begini.

" Menurut lo?" jawabnya.

" Yaelah, pacaran 5 tahun sama yang dulu, nggak ngapa-ngapain?" tanyaku iseng.

" Monyet ah, emang mau ngapain non, LDR begitu?" jawabnya dengan cuek masih dengan memperhatikan jalan. " No kissing? Really, tiap ketemu gitu nggak ngapa-ngapain?" tanyaku sungguh masih tak percaya.

" Males banget ngomong beginian sama kamu, mesum banget sih ren" jawabnya lagi.

" Yaelah nona KimKim, ngomongin ciuman sama sahabatmu sendiri apanya coba yang mesum"

" Ini kenapa jadi bahas tentang aku sih, selalu deh kamu itu ya" katanya.

" Bukan gitu, kim, penasaran, jadi ceritanya kamu memegang prinsip no kissing, no making love, no grepe grepe before marriage dong ya?"

" Aku nggak bilang gitu kok" jawabnya sekali lagi yang bikin aku tambah melongo. " Kamp**t emang kamu ya" kataku tertawa sambil memukul lengannya.

****

Buat sebagian orang, tidur memang obat paling ampuh buat menghilangkan rasa bete, capek, emosi. Dan dari semua hal yang paling bahagia buatku adalah, bisa tidur sepuasnya tanpa ada gangguan schedule yang padat merayap. Yap, just this day, kim membebaskanku dari semua aktivitas. " Udah besok istirahat aja, kerjaan yang lain biar aku yang handle" begitu katanya semalam setelah mengantarkanku pulang ke apartment. Punya sahabat yang selalu ada buat kita itu rasanya bahagia. Jadi ya hari ini ceritanya males-malesan. Delivery makan. Nonton dvd The Vampire Diaries season ke 5 dan di lanjut lagi nonton Ross, Monica, Joey, Chandler, Phoebe, Rachel di serial Friends. Baca buku. Browsing. Tidur lagi. Sampai jam menunjukkan angka 5. Bahagia banget rasanya bisa me time begini. Aku lupa soal Dharma yang nggak ada kabar sama sekali dari tadi malam. Kemana dia? Aku mencoba menghubunginya tapi nggak diangkat. "Sebegitu asiknya kah?" pikirku berandai-andai sendiri. Well, bukan mau merecoki kehidupan seksualitas Dharma dengan orang lain, tapi kalo menghilangnya hampir 24 jam nggak ada kabar kan bikin khawatir juga.

Terdengar suara bel pintu apartment berkali-kali. Aku langsung melirik jam di meja samping tempat tidur yang jarum pendeknya sudah menuju ke arah angka 7. " Siapa sih? Tumben banget kim, pake main-main bel, biasanya juga langsung masuk" bebelku sendiri. Aku beranjak dari kasur melangkah ke pintu, dengan masih memakai celana super pendek dan kaos oblong buluk super nyaman, yang biasa aku pake tidur. Terdengar suara bel lagi. " Nggak sabaran bang.." kata-kataku terputus saat membuka pintu dan melihat siapa yang berdiri di depan pintu apartmentku. Dia tersenyum melihat penampilanku dari atas ke bawah. "Hai.." sapanya.

" Ngapain kamu kesini?" tanyaku ketus.

" Mau nginep" jawabnya santai dan berjalan masuk ke apartmenku.

Aku masih melongo, kaget. Oh God, cobaan macam apa lagi ini.

See you again in next chapter :)

Forever You Mr. ArrogantWhere stories live. Discover now