Bab 28

7.9K 550 19
                                    

Aku masih menatap Adrienne bingung. " Harry?"

" Sepertinya memang aku harus meluruskan dan menceritakannya dari awal" katanya.

" Aku nggak ngerti sebenernya arah obrolan kita ini kemana Drie? Maksud kamu gimana?"

" Sorry Ren, kalau jadi bikin kamu bingung, i'll try to tell you about Harry and Dharma"

Aku diam. Mencoba mendengarkan apa yang akan di sampaikan Adrienne.

" Harry Abraham is my brother, lebih tepatnya saudara seayah beda ibu, Papaku Anthony Zane Abraham, dia pernah mempunyai kesalahan di masa lalunya. Kesalahan yang tiba-tiba muncul dalam wujud seorang laki-laki 10 tahun lalu, mengaku bahwa dirinya adalah keturunan dari Abraham, laki-laki yang saat itu mempunyai tekad tinggi untuk merubah hidupnya, seorang yang aku anggap pengemis pada awalnya, seorang yang aku anggap sebagai perebut kebahagiaanku dan keluargaku. Seorang yang mati-matian ingin kuhancurkan hidupnya. Dia belajar mati-matian menyesuaikan bagaimana hidup orang-orang seperti kami, nggak salah papa menyekolahkannya jauh-jauh ke London. Dia membangun benteng pertahanannya sendiri, sampai akhirnya papa menyerahkan kedudukannya untuk Harry, aku tahu dia memiliki tujuan, tujuan hidup yang membuatnya seperti robot pekerja keras yang tidak kenal waktu istirahat sampai orang-orang, relasi kerja kami akhirnya mengakui kesuksesanya, tapi untuknya sendiri itu belum suatu ukuran kesuksesan, sampai akhirnya sekitar 1 tahun lalu aku mengetahui penyebab dia melakukan itu semua. Dalam keadaanya yang sedang mabuk berat, tanpa dia sadari dia menceritakan semuanya padaku, tentangmu, tentang insiden di mana kalian berdua seharusnya menikah tapi kamu malah meninggalkannya, dia menunjukkan fotomu kepadaku. Tidak sulit mencari keberadaanmu saat itu, aku hanya menunggu saat yang tepat untuk mempertemukan kalian berdua lagi. Satu-satunya hal yang di katakan Harry berkali-kali saat itu adalah dia harus membalas semua perlakuanmu kepadanya. Yeah, walaupun hubungan kami tampak aneh diluar, tapi kami sebenarnya adalah saudara yang solid, kami saling membantu apabila salah satu dari kami mengalami kesulitan, awalnya aku ingin membantu rencana balas dendam Harry padamu, sampai akhirnya malam di waktu pesta charity kamu datang dengan Dharma, seorang laki-laki yang...." kata-kata Adrienne terputus di situ.

Aku shock. Masih belum bisa menyerap apa yang di katakan Adrie, informasi yang juga melukai hatiku. Bagaimana kerasnya hidup Harry setelah aku meninggalkannya 10 tahun lalu. Tanpa sadar air mataku mengalir, sakit rasanya mengetahui bahwa apa yang telah aku lakukan melukai orang yang sebenarnya aku sayangi.

Makanan dan minuman kami datang, tapi tidak ada satupun dari kami yang menyentuhnya. Masih larut dengan perasaan masing-masing.

" So, Dharma...? Ada apa dengan Dharma drie?"

" Aku harap informasi yang akan kuberikan ini tidak menjadikanmu memusuhiku, aku hanya merasa harus menyampaikannya padamu"

Aku mengangguk pelan.

" Dharma Megantara.." Adrie terdiam sebentar, matanya menerawang jauh seperti mengingat-ingat sesuatu. " 2 tahun lalu aku pernah melakukan kesalahan ren, kesalahan yang hampir sama di lakukan oleh Papaku, kesalahan yang tidak pernah aku sesali sampai detik ini, dari sejak aku bertemu dengannya pertama kali saat aku mengunjungi Harry di London semasa dia kuliah aku sudah jatuh cinta dengan Dharma, tapi dia tidak pernah menyadarinya, aku seperti terobsesi dengannya, sampai akhirnya kejadian 2 tahun lalu terjadi dan..." Adrie memutuskan kata-katanya lagi, menarik nafas panjang sebelum mulai bercerita lagi.

Entahlah aku merasa apa yang akan dikatakan Adrienne tidak akan menyenangkan.

"Dan... Sampai aku menyadari aku hamil" ucapnya yang membuatku membelalakan mata, hatiku berdebar tak karuan.

" Hamil...?" tanyaku pelan.

" Yah, aku hamil Ren, tanpa Dharma tahu kalau aku mengandung anaknya, keluargaku menekanku supaya mengatakan siapa ayah dari bayi yang ku kandung, tapi aku nggak bisa mengatakannya"

Aku menarik nafas panjang, terlalu shock untuk menerima informasi se extrim ini. Kepalaku mendadak pusing, dan keluar keringat dingin.

" Are you okay, ren? i'm sorry..."

" I'm okay, please terusin aja ceritanya" desakku.

Adrie memegang tanganku, meremasnya, berharap bisa menenangkanku.

" Aku nggak berani mengatakan pada siapapun kalau bayi yang ku kandung anak Dharma, aku tahu apa yang akan Harry lakukan seandainya dia tahu, yang bisa ku lakukan saat itu adalah menyalahkan diriku sendiri dengan mengatakan bahwa the baby adalah hasil one night stand ku dengan laki-laki yang bahkan namanya tidak kuingat lagi, sampai akhirnya Papa jatuh sakit dan meninggal, aku merasa teramat sangat bersalah, aku memilih untuk melahirkannya, dia cantik, replika kecil Dharma yang feminin" Adrie berhenti bercerita, menatapku.

" Ya Tuhan..." hanya kata-kata itu yang dapat aku lontarkan. Sulit rasanya menelan ludah walaupun tenggorokan terasa kering. " So, whats her name?"

Adrie tersenyum, matanya berbinar. " Namanya Sarah"

" Sarah..." aku mengulang nama itu di bibirku. " Can i meet her?" tanyaku tiba-tiba terdorong untuk menemui gadis kecil ini.

" Dia di Jogja sama Mamaku, aku nggak bisa bawa dia ke sini, terlalu beresiko"

Aku mengangguk mengerti. " So, How harry with her?"

" Fine, Sarah bahkan sangat mengidolakan Harry sebagai pangerannya dan mencapnya sebagai laki-laki favoritnya, he's good with children Ren, bahkan saat awal-awal aku melahirkan dan nggak bisa ngapa-ngapain, dia yang mengurus semuanya, membantu mamaku memandikan Sarah, menggendongnya untuk berjemur di pagi hari"

" Seriously?" tanyaku tak percaya.

" Yeah, i'm serious.." kata Adrienne meyakinkanku.

Aku membayangkan Harry dengan bayi perempuan, versi mini dirinya. Oh God, khayalan tingkat tinggi ini lagi.

" Aku minta maaf Ren, aku harus mengatakan ini semua kepadamu,aku mungkin bodoh tidak mau mengatakannya kepada Dharma, aku takut dia menolak kehadiran Sarah, dan aku sangsi bahwa dia masih mengingat perempuan yang di tidurinya malam itu adalah aku"

Lagi aku menarik nafas panjang. Speechless.

" Jadi, you know who's mine?" tanyanya bercanda sambil mengedipkan sebelah matanya kepadaku. Perempuan ini, perempuan di depanku ini dalam keadaan seperti ini dia masih bisa bercanda? Menyimpan semuanya selama bertahun-tahun lalu dan membeberkannya hanya dengan hitungan menit di depanku, seseorang yang notabene belum terlalu dekat dengannya.

" The truth is i dont know, kalau kamu pengen tahu kamu harus cari tahu sendiri gimana perasaan Dharma sebenarnya, and for your information dia melamarku minggu kemarin"

Adrie terdiam. " lucky you"

****

Jam sudah menunjukkan angka 11 malam. Adrie mengantarkanku pulang ke apartment, aku berjalan memasuki kamar dengan langkah gontai, menerima informasi yang tanoa terduga sama sekali membuatku pusing, tenagaku entah hilang kemana. Melihat hp, berharap Harry menghubungiku, tapi nihil. Ingin rasanya menghubunginya lebih dulu tapi nggak berani, takut dia akan mengira seolah-olah aku dan dia sedang menjalin hubungan yang setiap hari, tiap detik harus memberi kabar dimana dan sedang apa. Like ABG.

Mungkin dia nggak sempat megang hp, atau mungkin dia terlalu menikmati perjalanan. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi yang menyebabkan dia tidak bisa menghubungiku.

Harry Abraham, setelah tahu cerita dari Adrienne tadi aku merasa ingin memeluknya sekarang, memeluknya dan tidak mengizinkan dia pergi jauh dariku.

" Hai, Harr, I miss you, do you miss me?" gumamku pelan.

****

Nah, gimana cepet kan lanjutannya, hehe.
See you di next bab yaa.. :))
Jangan lupa vote dan commentnya.

Forever You Mr. ArrogantWhere stories live. Discover now