Suara musik jazz mendominasi dalam suasana sepi di antara aku dan Nicholas. Kami tidak mengatakan sepatah katapun sejak pelayan yang menanyakan pesanan pergi meninggalkan kami.
Ini berhasil membuka kembali ingatanku tentang kencan pertama ku dengan seorang yang ku cintai. Robert namanya. Kami hampir tak terpisahkan sampai sebuah kecelakaan berhasil merenggut nyawanya.
Aku ingat betul menghasbiskan waktu dua jam lebih di sebuah restoran berbintang hanya dengan saling menatap. Aku benar-benar tidak dapat melupakan hari itu setelah dua tahun kepergiannya dan setelah dua tahun menyendiri juga berusaha melupakannya. Mengingat hari itu , rasanya itu baru saja terjadi kemarin."Ariana , kamu.. gapapa ?" Ia berhasil mengembalikan nyawaku yang telah berlari ke dunia kenangan.
"Tatapan kamu kosong. Apa ada masalah ?" Ia bertanya lagi.
"Nggak. Aku cuma.. terlalu capek aja." Aku berharap senyumku berhasil memenuhi rasa khawatir dan penasarannya.
"Kamu yakin gapapa ?" Aku menggeleng lembut. Ku perhatikan wajah nya sambil tersenyum padanya. Ku perhatikan mata nya yang agak mirip dengan chef. Tapi tidak dengan hidung dan bibirnya.
"Udah berapa lama kamu kerja disitu ?" Tanya nya lagi. Ia mengusik perhatian ku. Kali ini ia mulai berusaha mengenalku. Atau mungkin.. lebih bisa di sebut sebagai basa-basi.
"Aku baru kerja dua bulan disana. Kalo kamu.. kamu kerja apa ?" Aku gantian bertanya. Aku igin tahu apakah ia akan mengatakan kalau ia anak pemilik hotel atau tidak.
"Aku.. cuma penerjemah." Jawabnya tertawa kecil. Ternyata tidak. Aku kira ia akan menyombogkan dirinya seperti beberapa pria yang dulu ku kenal. Ia benar-benar berbeda dari dugaan ku. Tetapi.. ia berbohong untuk merendahkan dirinya.
Pesanan yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Sambil menyantap makan malam, Nicholas mulai mengangkay saham sebagai topik pembicaraan. Topik pembicaraan yang cukup berat untukku , apalagi sebagai pembukaan. Bisa di bilang , aku tidak tahu apa-apa soal saham. Sehingga membuat nya harus menjelaskan semuanya pelan-pelan.
"Aku suka , kamu orang nya mau belajar." Katanya menatapku dengan berjuta arti. Aku hanya tersenyum.
"Suka.. maksudmu.."
"Sebenarnya dari awal aku menyukaimu. Aku.. suka karena kamu unik. Kamu beda dari yang lain."
"Sebaiknya aku langsung kasih tahu kamu karena.. itu lebih baik dari pada aku harus bertele-tele." Ucapnya percaya diri.
"Iya. Lebih baik aku tahu dari awal." Aku tersenyum."Tapi aku minta maaf. Aku belum bisa membuka hati untuk orang lain. Tapi.. mungkin kamu bisa mencoba untuk membukanya." Lanjutku sedikit tidak enak.
"Aku akan usahakan yang terbaik." Balas nya tersenyum.
***
Empat hari telah berlalu. Tidak ada kabar sama sekali darinya. Mungkin itu terakhir kali nya aku akan melihat wajah nya yang bisa ku bilang agak mirip dengan chef. Tepatnya ketika ia mengantarku kembali di depan pintu 1208 ini. Ia mengecup bibirku lalu menunggu ku masuk ke dalam. Ia cukup meninggalkan kesan yang.. membuatku berpikir sekali dua kali untuk menolaknya. Tapi ia menyia-nyiakannya dan itu terakhir kali aku melihatnya. Tapi tidak dengan chef. Ia tertidur di atas meja pantry dengan gelas anggur yang berdiri tegak di dekat wajahnya ketika aku pulang. Mungkin ia habis bersenang-senang dengan Sam. Atau mungkin ia menungguku pulang ? Hmm.. tidak mungkin.
Setiap hari aku terus di hantui dengan pertanyaan-pertanyaan chef yang cukup mengganggu. Ia terus bertanya soal Nicholas yang sebenarnya tidak bisa ku jawab.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Being Yours"
RomanceSeorang perempuan yang sangat hancur harus menyamar menjadi orang lain untuk melanjutkan hidupnya, akhirnya bertemu dengan seorang pria yang berhasil membawa kembali cahaya ke dalam kehidupannya yang gelap. Namun.. itu semua hanya sementara. Seorang...