14

166 9 0
                                    

Wajah Nicholas yang berubah masam membuat ku berlari mengejarnya. Tidak peduli lagi apapun ursan ku dengan Jonathan. Kurang ajar ! Kalau ia tidak mengatakannya , semua ini tidak akan terjadi.

"Nick !" Teriak ku berlari mengejarnya di tengah restoran yang sudah agak gelap.

Nicholas berbalik ke arah ku dengan wajah nya yang sudah cukup lelah dan bisa ku bilang agak pucat. Membuat ku tak bisa bicara sepatah kata pun. Ia memandang wajah ku seakan menunggu penjelasan dari ku.

"Aku.." Nicholas berjalan selangkah maju ke arah ku. Semakin ia mendekat , jantung ku serasa akan keluar dari tubuhku. Entah apa yang akan ia lakukan.

"Nick.. kamu.." ia tetap diam dan terus berjalan mendekat ke arah ku.

"Nicholas.. aku.. " belum sempat aku menyelesaikannya.. ia langsung mencium ku tanpa aku sadari sebelum nya. Membuat ku merasa hampir mati. Jantung ku hampir berhenti seketika itu juga dan tanpa sadar membalas ciuman nya itu.

"Udah. Lupain aja. Gak usah di bahas. Aku terlalu capek hari ini. Jadi kita jangan bahas itu yaa.." ucap nya dengan tangan nya yang masih di pinggang ku dan menyisipkan rambut ku ke belakang kuping ku. Suara nya lemas serasa akan pingsan. Aku memegang kening nya juga leher nya. Wajah nya berubah bingung.

"Ada apa ?" Tanya nya yang tangan nya belum juga lepas dari pinggang ku.

"Kamu demam ya ?" Aku berubah cemas. Bukan nya menjawab , ia malah tertawa. Ia masih bisa tertawa padahal ia sudah sakit seperti itu.

"Aku gapapa. Yok ! aku anter kamu pulang."
"Ngga , ngga , ngga. Sekarang kamu pulang. kamu istirahat. Okay ?" Aku memegang kedua pipi nya. Ia malah menggeleng.

"Kalo kamu ga mau pulang , aku gak mau ngomong sama kamu. Aku mau sama Jonathan aja." Ucap ku melepaskan kedua tangan ku dari wajah nya dan memasang wajah cemberut lalu beranjak dari pelukannya. Tapi tangannya tidak kunjung lepas dari pinggang ku. Ia berhasil menahan ku.

"Kamu tahu gak sih ? Kamu tuh imut banget kalo lagi ngambek. " ia mencubit pipi ku dengan tangan nya yang cukup dingin sambil tertawa kecil dengan tawa nya yang lemas. Membuat ku semakin khawatir.

"Nicholas. Aku mohon. Istirahat.." kali ini aku harus merengek seperti anak kecil. Berharap ia akan mendengarkan kali ini. Namun ia tidak merespon dan tiba-tiba ia jatuh tak sadarkan diri. Aku dengan cepat langsung menangkap nya. Setidak nya agar kepala nya tidak jatuh mengenai lantai.

Aku panik. Aku langsung mengambil handphone ku dan menelfon Jonathan
Berharap ia bisa membantu meskipun ia hampir menghancurkan hubungan ku dengan Nicholas beberapa menit lalu.

"Kenapa ?" Tanya Jonathan ketika mengangkat telfon.

"Kamu dimana ? Masih di dapur gak ?" Tanya ku cepat.

"Iya. Aku masih di hotel. Emang nya ada apa ?" Tanya dengan suara tenang. Entah ia berusaha menenangkan ku atau.. memang gak niat angkat telfon.

"Kamu bisa ke restoran sekarang ? Nicholas pingsan. Aku gak tau harus gimana. Please.. tolong aku." Rengek ku panik.

"Iya-iya. Aku ke sana sekarang." Jawab nya menutup telfon. Aku menyimpan handphone ku dan duduk di samping Nicholas.

Tidak sampai satu menit setelah aku menelfon nya , Jonathan sudah muncul. Ia langsung membopong Nicholas di pundak nya dan membawa nya ke mobil nya. Sementara aku mengambil semua barang-barang ku dan Jonathan yang masih ada di ruang loker , lalu menyusul ke mobil.

***

Kami langsung membawa nya ke UGD. Nicholas masuk ke ruang perawatan , sementara aku dan Jonathan menunggu di ruang tunggu.

"Being Yours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang