40

132 8 0
                                    

Adaline merenungkan semuanya. Ia hanya bisa duduk di meja bar yang juga ada di dalam restoran setelah Stanford, ayah kedua kekasihnya meninggalkannya. Nicholas juga pergi meninggalkannya. Lagi-lagi dengan alasan pekerjaan yang selalu tidak disukai Adaline. Dan parahnya, Nicholas tidak memberitahunya langsung tentang itu.

Flashback :

"Aku tahu kau bukan Ariana. Dan aku tahu kalau kau keturunan dari keluarga Sanders." Ucap Stanford yang semakin membuat Adaline terkejut. Jantungnya berdetak tak karuan. Mulutnya membisu tak bisa berkata apa-apa.

"Tapi tidak apa-apa. Aku mengerti posisi mu dan kenapa kau melakukannya." Stanford menatap Adaline dengan tatapan penuh ketulusan.

"Aku juga tahu hubungan mu dengan Jonathan. Aku melihat kalian berdua bergandengan tangan di airport seminggu lalu." Lanjut Stanford. Adaline masih diam tak berdaya. Ia tak tahu ia harus berkata apa.

"Apakah kau mencintai anak ku, Nicholas ?" Tanya Stanford dengan tatapannya yang serius. Adaline menunduk. Ia tak bisa menjawabnya karena jelas jawabannya ialah tidak. Hubungannya dengan Nicholas hanyalah sebuah kepaksaan dan kalaupun ia sesekali menjalaninya dengan nafsu yang membara di hatinya.

"Atau kau mencintai Jonathan ?" Tebak Stanford menatap wajah Adaline penuh dengan penantian jawaban.

"Iya. Aku mencintai Jonathan." Jawab Adaline dengan suara parau. Air mata mulai membasahi wajahnya. Stanford mengangguk.

"Lalu kenapa kau tidak memutuskan hubungan mu dengan Nicholas ?" Tanya Stanford lagi.

"Aku.. aku takut ia akan mempersulit pekerjaan ku. Aku takut aku akan kehilangan tempat tinggal. Aku takut aku akan kehilangan pekerjaan ku." Jawab Adaline terbata-bata dengan air mata yang terus mengalir dari matanya bagaikan air terjun yang mulai kering.

"Dan soal identitas mu yang sebenarnya, apakah diantara mereka berdua ada yang tahu tentang mu ?"

"Jonathan. Ia tahu soal itu." Jawab Adaline lagi masih dengan derai air mata. Stanford terdiam sambil mengusap-usap dagunya.

"Bolehkah aku bertanya satu pertanyaan lagi ?" Tanya Stanford masih sambil mengusap dagunya. Adaline hanya menatapnya tak menjawab.

"Kalau kau mencintai Jonathan, kenapa kau menerima cinta anak ku, Nicholas ?" Tanya Stanford mengambil gelas anggurnya di atas meja dan meneguknya.

"Awalnya, Nicholas bergerak duluan. Aku kira aku bisa belajar mencintainya. Tapi setiap kali kami bertemu, selalu akan ada momen dimana ia akan pergi meninggalkan ku untuk mengangkat telpon dan pergi meninggalkan ku dengan alasan pekerjaan. Dan karena itu, aku tidak bisa. Aku tidak menyukainya. Maafkan aku pak presdir." Jawab Adaline menunduk, menyembunyikan pandangannya dari tatapan Stanford.

"Baiklah. Aku mengerti." Jedanya meletakkan gelas anggur di atas meja. "Cinta memang tidak bisa di paksakan. Kalau kau memang tidak bisa mencintainya, akan lebih baik kau melepaskannya. Kalau ia mempersulit mu, aku presiden direktur dari perusahaan yang membayar mu akan bertanggung jawab atas semua itu." Ungkap Stanford tegas.

"Saran ku hanya itu. Katakan yang sejujurnya siapa diri mu dan bagaimana perasaan mu yang sebenarnya pada Nicholas." Lanjut Stanford. "Dan kalau kau suatu hari nanti berubah pikiran, kau harus tahu satu hal bahwa.. Nicholas buta warna." Adaline ternganga. Ia tidak percaya akan apa yang baru saja di katakan Stanford padanya.

"Tapi kemampuannya untuk mengukur, memilih model pakaian terutama untuk perempuan seperti yang kau pakai hari ini memang tidak dapat di ragukan. Walaupun pemilihan warna yang di bantu oleh Bruce. Juga kelihaian nya dalam memimpin perusahaan membuat ku salut padanya."

"Being Yours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang