37

113 6 0
                                    

POV : Author
Adaline Sanders

Dua jam di dalam pesawat berlalu dan sialnya maag Adaline kambuh karena sarapannya yang terlalu sedikit dan ditambah ia meminum kopi pagi ini. Masih ada kurang lebih dua bepas jam perjalanan lagi dan parahnya Nicholas tidak tahu harus berbuat apa. Untungnya Bruce, sekretaris pribadi Nicholas yang juga nenderita maag ada di dalam pesawat dan memberikan obat pada Adaline yang masih dikenal mereka sebagai Ariana.

Sulit untuk Adaline membiasakan gaya hidup baru dan mewah ala Nicholas. Semewah-mewahnya hidupnya dulu, tidak pernah ia rasakan kemewahan yang seperti ini. Dengan pesawat pribadi, pelayan yang cukup banyak di rumah, interkom yang terhubung langsun dengan sekretaris pribadi, dan masih banyak hal-hal mewah lainnya yang di miliki Nicholas.

Tapi dari semua itu, makanan yang di sajikan pun sangat berbeda. Mulai dari menu juga porsi dengan biasa yang di makan oleh Adaline sampai-sampai membuat maag nya kambuh. Bisa-bisa maagnya hancur jika harus makan seperti ini terus setiap harinya.

Setelah perjalanan empat belas jam yang melelahkan itu berakhir, Nicholas yang di jemput dengan mobil pribadinya bersama dengan Adaline, Quinn dan juga Bruce langsung menuju hotel mereka yang ada di pusat kota yang agak sedikit jauh dari bandara.

"Selamat datang Mr.Jeoffrey. Kami sangat menunggu kedatangan anda." Sambut pria berjas hitam rapi dengan matanya yang sipit namun tampan menyambut kedatangan mereka dengan bahasa Inggris.

"T'rima kasih." Jawab Nicholas menyalami tangan pria itu. "Ariana, kenalin ini Mr.Huang." Jeda Nicholas. "Mr.Huang ini pacar saya, Ariana." Lanjut Nicholas.

Mr.Huang dan Adaline berjabat tangan. Tapi itu tidak berlangsung lama karena Quinn mengendus-endus tangan Mr.Huang bahkan hampir jatuh dari gendongan Adaline, membuat Mr.Huang segera menarik tangannya.

"Maaf." Adaline segera menarik Quinn, mencegahnya agar tidak jatuh. Mr.Huang tertawa kecil.

"Baiklah. Pak, mari saya antar ke ruangan bapak." Ucap Mr.Huang. Nicholas mengangguk. Aku dan Bruce di belakang mengikutinya.

"Apa kita akan menghabiskan seminggu penuh di hotel ini dengannya ?" Bisik Adaline pada Bruce yang berjalan di sampingnya.

"Kelihatannya begitu. Karena Nicholas tidak meminta ku untuk memesan hotel lain." Jawab Bruce kembali berbisik. Adaline hanya bisa menghela nafas.

Ia menoleh ke kiri dan ke kanan mencari sesuatu yang menarik. Ia sangat bosan. Di tengah kebosanannya sambil menoleh ke kiri dan ke kanan, ia melihat serombongan orang dengan setelan jas dan para perempuan dengan pakaian formal beserta seorang asia yang memimpin di depan mereka sedang menjelaskan bagian-bagian hotel. Dan tanpa sengaja di tengah rombongan itu, ia melihat sosok Jonathan.

Jonathan yang mendengarkan penjelasan pria di depannya juga merasakan hal yang sama dengan Adaline. Ia bosan dan perasaannya tidak menentu. Kegalauan merundung dirinya sampai ia tidak sengaja juga melihat Adaline.

Tatapan mereka bertemu. Adaline mematung. Jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Namun tidak ada yang bisa ia lakukan. Tidak lama, Jonathan tersenyum padanya lalu meninggalkannya bersama rombongannya.

"Ariana ?" Panggil Bruce menyadarkan Adaline dari kebengongannya. Tubuhnya terasa kaku tak bergeming.

"Honey, is everything okay ?" Nicholas berbalik ke belakang sambil menunggu lift yang baru saja di panggil oleh Mr.Huang.

"Y..yaa..ya. I'm fine." Adaline berlari kecil mendatangi Nicholas, Mr.Huang juga Bruce yang sudah berdiri di depan lift. Nicholas langsung memeluknya dan mengecup kepalanya. Adaline hanya bisa bersandar. Tidak ada yang tahu perasaannya saat ini. Hanya dirinyaa dan Tuhan yang tahu.

"Being Yours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang