Malam buruk itu pun berganti. Adaline kembali terbangun di atas ranjang empuk dari bantal bulu angsa yang di tidurinya. Matanya mengerjap-ngerjap lalu tangannya mengusap matanya. Ia menyapu sekeliling kamarnya. Satu hal yang membuat kesadarannya dengan segera terkumpil ialah Nicholas.
Ia menengok ke kanan dan ke kiri. Mencari sosok pria yang tidak di cintainya itu.
"Iya. Kau tahulah.. aku butuh sedikit personal time. Hari ini saja Bruce.." suara itu sayup-sayup terdengar seiring Nicholas berjalan masuk ke dalam kamar. Adaline diam memperhatikannya.
"Iya.. ya.. geser aja itu buat besok." Ucap Nicholas tersenyum melihat Adaline dan mengecup keningnya masih dengan handphone yang menempel di telinganya.
"Yup ! Thank you Bruce. You're the best." Nicholas menutup telfon.
"Morning.." sapa Nicholas duduk di tepi ranjang. Dirinya sudah rapi dengan kaos polo putih dengan sedikit aksen hitam di bagian lengannya dan celana berwarna coklat pasir sepanjang lutut yang di kenakannya.
"Hi.. morning." Balas Adaline tersenyum.
"Adaline.." Nicholas memegang erat tangan Adaline. "Aku tahu kamu tidak mencintai ku. Dan aku tahu kamu mencintai Jonathan. Sebelum kita berpisah, aku punya dua permintaan. But with no question ask. Bisakah kau melakukannya untuk ku ?" Tanya Nicholas tersenyum. Adaline terdiam. Wajahnya menunjukkan kalau ia sedang berpikir.
"Okay. Apa permintaan mu ?" Tanya Adaline mengenggam kembali tangan Nicholas.
"Mungkin ini terdengar gila dan konyol. Tapi.. pertama, aku mau kau memakai cincin ini." Nicholas menunjukkan sebuah cincin dengan sebongka berlian kecil indah berwarna putih mengkilap yang menghiasinya.
"Okay.. itu gak sulit." Adaline memberikan tangannya, menyerahkan tangannya untuk di pakaikan cincin oleh Nicholas.
"Yang kedua ?" Tanya Adaline penasaran.
"Maukah kamu menghabiskan satu hari penuh menjadi tunangan ku ? Bertingkah seperti kau mencintai ku dan aku mencintai mu ?"
"Setidaknya aku pernah merasakan bagaimana rasanya mencintai mu dan di cintai mu." Lanjut Nicholas dengan penuh harapan yang terpancar melalui sinar matanya. Adaline mengerutkan dahinya dan mengembungkan pipinya.
"Baiklah kalau memang begitu. Satu hari ini. Tapi tidak dengan sex. Okay ?" Adaline menekan hidung Nicholas.
"Okay. No sex. Deal ?"
"Deal." Adaline tertawa di ikuti dengan tawa Nicholas.
*
Seusai perjanjian itu, mereka bertingkah layaknya seorang pasangan yang saling mencintai. Mereka sarapan bersama di balkon. Nicholas sesekali menyuapi Adaline. Begitu juga Adaline memperlakukannya.
Setelah sarapan romantis, Nicholas menggendong tunangan sementaranya itu dengan bridle style, duduk di atas bangku piano. Ia membukanya dan memainkannya bersama yang di akhiri dengan ciuman seperti yang mereka pernah lakukan sebelumnya. Nicholas kembali menggendong Adaline dan membaringkannya ke atas ranjang. Namun berbeda dengan sebelumnya, Nicholas menghentikannya sebelum Adaline sempat menghentikannya.
Adaline kagum akan pengendalian diri Nicholas. Adaline membuka pakaiannya dan masuk ke kamar mandi. Ia merendamkan dirinya ke dalam bathtub seperti yang di lakukannya kemarin.
Di tengah keheningan, ia memperhatikan cincin berlian yang di kenakannya. Dan ia mulai berpikir, kenapa Nicholas melakukan semua ini ? Namun semakin di pikir, pikirannya semakin tidak jelas kemana.
"Honey ! Agak cepet yok ! Aku mau ajak kamu ke Chimelong Paradise." Teriak Jonathan dari luar kamar mandi.
"Itu tempat apa babe ?" Tanya Adaline kembali berteriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Being Yours"
RomanceSeorang perempuan yang sangat hancur harus menyamar menjadi orang lain untuk melanjutkan hidupnya, akhirnya bertemu dengan seorang pria yang berhasil membawa kembali cahaya ke dalam kehidupannya yang gelap. Namun.. itu semua hanya sementara. Seorang...