10

188 11 0
                                    

Nicholas B.Jeoffrey

Ketinggalan handphone adalah suatu kesalahan besar yang sangat disesali nya. Di tengah waktu istirahat nya ia terus berpikir bagaimana cara mengontak Ariana. Tapi rasanya ia terlalu bodoh untuk berpikir ke arah sana.

"Akhirnya pulang juga.." ucap nya ketika menginjakkan kaki di Bandara. Ia segera masuk ke dalam mobil yang telah di siapkan oleh sekretaris pribadi nya.

"Kau bawa handphone ku ?" Tanya Nicholas sebelum ia masuk ke dalam mobil.

"Ini pak. Selama bapak pergi , tidak ada yang menelfon atau pun menghubungi handphone ini kecuali.. "

"Kecuali siapa ?" Potong Nicholas penasaran. Ia berharap itu bukan Ariana.

"Ms. Anleveria." Nama itu menimbulkan kekecewaan pada Nicholas. Nicholas langsung mengambil handphone nya dari tangan sekretaris kepercayaan nya , lalu masuk ke dalam mobil.

"Aku harus menghubungi nya." Ucap Nicholas pada diri nya.

***

Aku melemparkan tubuhku ke atas kasur dan tidak bisa berhenti memikirkan apa yang akan terjadi setelah ini. Tanpa ku sadari , air mata telah membasahi wajahku. Sebenar nya tidak ada yang perlu ku tangisi. Tapi entah mengapa rasanya sesak dan perlu mengeluarkan airmata.

Aku rasa setelah ini semua nya akan kembali seperti semula. Bodoh. Aku sangat bodoh. Harus nya aku tidak menolak. Harus nya aku tidak mengatakannya. Tidak bisa ku bayangkan apa yang ada di benak nya sekarang. Aku mulai memikirkannya. Apa yang sebenarnya terjadi padanya ? Apa yang membuat nya meminta ku untuk menemaninya.

Satu-satu nya cara adalah memastikannya sendiri.

Tiba-tiba handphone ku berdering. Benar-benar saat yang tidak tepat. Dengan malas aku mengambil nya.

"Hi ! " sapa Nicholas si penelfon itu. Dia masih berani memperdengarkam suaranya setelah menghilang tanpa kabar. Walaupun aku sudah mendengar kabar dari desas-desus di hotel kalau ia pergi karena ada pertemuan di luar negeri.

"Hi.." balas ku menahan isak tangisku sambil duduk di tepi ranjang.

"Kok suara kamu.. ? Kamu abis nangis ya ?" Pertanyaan nya membuat pikiran ku tentang nya buyar seketika.

"Eugh.. ngga kok. Kamu dari mana aja ?" Tanya aku mengalihkan pembicaraan.

"Aduhh iya. Sorry. Aku ada tugas di Guang Zhou. Kar'na buru-buru , hp aku ketinggalan"

"Ooh iya gapapa kok."

"Aku ganggu waktu istirahat kamu ya ? Kalo gitu aku.. mundur dulu deh. Nanti aku contact kamu lagi."

"Ngga kok. Gapapa. Kamu tugas apa disana ?"

"Oohh.. yaa biasa heheh. Kamu beneran gapapa ? Gimana kabar kamu ? Mungkin kita bisa ketemuan ?" Apa ? Ketemuan ? Malam-malam begini ? Ini bahkan sudah bisa di bilang dini hari. Tapi.. aku sedikit penasaran dengannya.

"Eumm.. dimana ? Aku agak bingung harus naik apa kalo jauh-jauh." Alasan ku yang sebenarnya sudah basi.

"Di atap apartemen kamu aja. Kan ada kayak.. tempat duduk gitu. Kita ketemu disana. Jadi kamu tinggal naik. Aku yang kesana." Baiklah.. aku sudah tidak tahu harus beralasan apa.

"Ok. Nanti kita ketemu disana. Jam berapa ?"

"Secepatnya. Aku kesana sekarang. Nanti aku telfon kamu kalo udah sampe." Jawab nya menutup telfon.

"Being Yours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang