35

110 6 0
                                    

Aku menginjakkan kaki ku di lantai rumahnya. Ia mengajak ku duduk di atas kursi bar yang ada di dapur keringnya sementara ia membuat minuman beralkohol di balik meja bar.

"Jadi , kamu senang dengan liburan kamu ?" Tanya nya membuka topik sambil memasukkan es batu ke dalan gelas dengan hati-hati.

"Iya. Bisa di bilang aku menikmatinya." Jawab ku tersenyum sambil memeluk Quinn yang duduk di pangkuan ku.

"Hmm.. ku rasa hanya aku yang tidak menikmati liburan musim panas ini." Katanya menuangkan Barley wine ke dalam gelas yang sudah di isinya dengan es.

"Sepertinya begitu." Tanggap ku sambil memperhatikan tangannya.

"Sudah enam bulan. Kamu siap untuk pindah apartemen ?" Tanya nya meletakkan gelas yang tadi di siapkannya ke hadapan ku. Sementara ia membawa miliknya lalu duduk di atas kursi bar yang ada di samping ku.

Aku terdiam dan mulai kembali teringat akan Jonathan. Aku kembali teringat akan keinginan ku yang dulu. Dimana aku selalu berdoa agar enam bulan bersamanya itu cepat berlalu. Agar aku bisa keluar dari suasana kedinginan hatinya. Sampai akhirnya sekarang aku menyesali semua doa-doa ku dulu.

"Ariana ?" Suaranya menarik ku keluar dari lautan memori yang mulai menguasai pikiran ku.

"Iya ?!" Respon ku cepat. Aku sedikit terkejut dan berusaha mengumpulkan kembali konsentrasi ku yang buyar seketika.

"Apa semuanya baik-baik saja ? Ada yang bisa ku lakukan ?" Nicholas berubah khawatir.

"Eng..ngga. tadi kamu tanya apa soal apartemen ?" Aku kembali pada topik sebelumnya. Untung aku mengingatnya. Kalau tidak , entahlah bagaimana jadinya.

"Kamu udah siap untuk pindah apartemen ?" Oh ! Iya. Soal pindah.

"Belum. Memang nya udah ada yang kosong ?" Tanya ku mengambil gelas minuman alkohol yang disiapkannya lalu perlahan meminumnya.

"Udah. Tapi aku berpikiran.. gimana kalo kamu tinggal sama aku aja ?"

APA ? TINGGAL SAMA DIA ? Lama-lama aku bisa gila karena tingkahnya yang macam-macam. Sebenarnya apa maunya ?

"Gak usah. Gapapa. Aku sendiri aja. Aku gak mau repotin orang." Jawab ku meneguk habis minuman berlakohol itu. Sial. Aku harus bisa meyakinkannya.

"Ngga kok. Biar kita gampang ketemu. Kan aku sibuk. Dari pada kamu kesepian juga kan ?"

"Gak usah. Aku udah biasa kok sendiri. Lagian kan kamu sibuk. Nanti aku malah
Ganggu kamu." Jawab ku berusaha meyakinkannya.

"Nggak lah babe. Gak sama skali. Justru kamu itu sumber inspirasi aku." Ia meraba lembut lengan ku yang tergeletak di atas meja bar. Aku tidak suka ini. Perlahan aku menyingkirkannya dan berpura-pura mengambil handphone ku agar tidak terlihat terlalu frontal.

"Biar nanti aku pikir-pikir dulu ya." Jawab ku terkekeh kecil.

"Kamu gak mau tinggal sama aku ?" Tanya nya meneguk minuman di tangannya.

"Ngga. Kok kamu mikirnya gitu sih ?" Aku mengusap lembut belahan dagunya dengan jemari ku. Ia mulai mendekat dan melumat bibir ku. Aku membalasnya dan dengan cepat menghentikannya.

"Kenapa kau selalu berhasil membuat ku penasaran ?" Bisiknya lembut lalu melumat bibir ku lagi dengan penuh rasa rindu yang mendalam yang terlihat jelas dari ciumannya.

Lagi-lagi aku harus menghentikannya. Aku meraba bibirnya dengan ibu jari ku.

"Tidak sekarang Nick." Ucap ku yang terus meraba kebawah hingga ujung belahan dagunya.

"Being Yours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang