16

174 8 0
                                    

Aku memeluk erat tangan nya. Ini tidak sesuai perkiraan.

"Eugh.. papa ?! Maaf aku gak tahu kalau papa disini. Maaf kalau Bruce tidak bekerja dengan baik." Nicholas kembali memegang tangan ku yang memeluk erat lengannya.

"Ahh ! Tidak. Aku memang merahasiakannya. Bahkan Bruce tidak tahu kalau aku ada disini." Mr.Stanford tertawa kecil.

"Eum.. pa , ini pacar baru aku, Ariana." Aku segera membungkukkan badan ku dan tersenyum ke arahnya. Rasanya panas seketika. Keringat dingin mulai membasahi wajah ku dan rasanya sesak mendadak.

"Ooh iya. Stanford Belveron Jeoffrey. Papa nya Nicholas." Ia menjabat tangan ku memperkenalkan dirinya . Aku tersenyum gugup. Nicholas ikut tersenyum.

"Oh ya ! Duduk , duduk . Aku sampe lupa " Mr.Stanford tertawa canggung. Nicholas tersenyum. Aku ikut tersenyum lalu Nicholas membawaku masuk ke dalam ruangan nya.

Kami duduk di atas sofa hitam berbahan kulit yang menghadap ke jendela besar tanpa sekat , menampilkan keindahan kota San Francisco tanpa harus melihat nya dari atap.

"Ada apa papa kesini ? Apa ada yang harus ku lakukan lagi ?" Tanya Nicholas seiring Mr.Stanford akan duduk di atas sofa hitam lainnya yang ada di hadapan kami.

"Tidak. Aku hanya heran kenapa kau terlambat hari ini.. kali ini apa alasan mu ?" Dari pertanyaan nya , ku rasa ia sudah berkali-kali menutupi hal yang di deritanya selama ini.

"Aku.. cuma mau beristirahat sedikit. Papa perlu istirahat kan ? Aku juga butuh istirahat." Jawab Nicholas tersenyum. Tangan ku masih memeluk lengan besar nya. Aku hanya menatap mereka dengan sedikit gugup.

"Oh ! Iya. Ku dengar kau akan membuka rapat jam 3 nanti. Rapat evaluasi seperti biasa ?" Mr.Stanford mengangkat kaki kanan nya ke atas kaki kiri nya.

"Oh , iya. Apa ada yang mau di tambahkan ?" Tanya Nicholas tersenyum. Wajah nya menunjukkan kepalsuan yang tak berujung. Ini benar-benar canggung. Ku rasa aku harus membahas nya setelah ini

"Sebenarnya aku ingin membahas suatu proyek dengan mu sambil makan siang tadi. Tapi sayang nya kau belum datang.." ucap Mr.Stanford dengan tatapan penuh arti.

"Ooh. Iya. Aku mengerti." Nicholas tersenyum lalu berbisik padaku,

"Babe , kamu masuk ke kamar aku dulu yaa.. aku harus bahas bisnis sama papa aku." Bisik nya memeluk pinggang ku.

"Aku akan kembali." Ucap Nicholas tersenyum pada papa nya. Ia mengambil tangan ku lalu kami berjalan ke sebuah pintu di sudut ruangan yang warna nya hampir mirip bahkan tidak bisa di bedakan dengan tembok kalau Nicholas tidak menunjukkan nya. Nicholas menempelkan telunjuk nya ke salah satu sisi tembok lalu pintu itu terbuka.

Kami masuk ke dalam pintu. Ketika aku melangkah masuk ke dalam , ku lihat suasana kamar yang sangat elegant bernuansa minimalis berwarna coklat muda berpadu dengan warna putih yang membuat nya terlihat bersih. Ranjang tdengan sepray putih tertata rapi menghadap ke tembok dengan sebuah LCD TV yang bergantung di atas nya. Baru saja masuk , rasanya semua orang akan merasa nyaman dan tidak akan mau berpindah dari kamar ini.

"Babe, kamu disini dulu. Ini remote TV nya , AC udah nyala , anggap aja ini rumah kamu sendiri. Okay ?" Ucap nya lembut membelai rambut ku. Aku hanya mengangguk.

"Hei , babe.. aku pasti balik lagi. Okay ?" Nicholas membelai pipi ku.

"Yaa.. lakuin apa yang harus kamu lakuin." Ucap ku tersenyum. Ia mencium kecil bibir ku lalu keluar dari kamar.

***

Nicholas B.Jeoffrey

"Nicky , aku berniat untuk membuat cabang hotel kita berkembang di daerah asia. Gak cuma di China. Tapi di Bangkok , Korea dan di setiap negara asia yang ada."

"Being Yours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang