15

167 9 1
                                    

Sinar matahari yang sedikit demi sedikit masuk dari jendela kamar bernomor 0117 , di tambah dengan usapan tangan yang tidak henti membuat ku perlahan terbangun dari tidur ku yang sebenar nya kurang nyaman namun nyenyak itu.

"Morning babe !" Sambut nya ramah. Sebuah kata sapaan yang sudah lama tidak ku dapatkan sejak dua tahun lalu. Membuat ku merasa sedikit lebih nyaman dari biasanya.

Aku menoleh ke kanan dan ku lihat wajah nya yang tersenyum manis menyambut ku yang baru kembali dari dunia mimpi lalu membelai lembut rambut ku. Ini bukan mimpi kan ?

Aku bangun dari tubuh nya yang sejak semalam ku jadikan bantalan tidur ku lalu melihat ke sekitarku.

"Gimana tidur kamu ? Leher kamu sakit gak ?" Tanya nya seiring aku memperhatikan sekeliling ruangan. Aku menggeleng dengan wajah yang agak datar.

"Jonathan sama Bruce kemana babe ?" Tanya ku yang masih setengah sadar. Wajah nya berubah datar bertabur sedikit kekecewaan di dalam nya.

"Mereka keluar cari makan. Terus katanya Jonathan juga mau skalian pulang."

"Emang kenapa ?" Tanya nya.

"Ngga apa-apa. Aku bingung aja. Soalnya mereka gak ada." Jawab ku tersenyum kecil.

"Kamu udah baikan ? Udah gapapa kan babe ?" Aku harus memperbaiki mood nya yang baru ku rusak beberapa saat lalu.

"Iya. Udah. Katanya sih nanti siang aku udah boleh pulang." Jawab nya masih dengan wajah datar.

"Yaudah. Jangan bete gitu ah ! Nanti kamu malah sakit lagi." Ucap ku manja lalu mencium pipi nya juga mencubit nya. Itu berhasil membuat diri nya tertawa kecil.

"Kamu udah makan ?" Tanya ku menyandarkan kepalaku di bahu nya.

"Belum. Aku mau makan bareng kamu." Jawab nya dengan wajah yang membuat ku tertawa.

"Ihh.. kok gitu sih ? Kamu kan udah sakit kenapa masih nungguin aku ? Nanti kamu sakit.." ia mengecup bibir ku sebelum aku menyelesaikannya.

"Udah. Yok makan. Aku laper." Alih nya sambil mengacak-ngacak rambut ku yang sebenar nya sudah cukup acak-acakkan.

Aku mengambil makanan yang sudah di siapkan oleh pihak rumah sakit yang ada di atas meja pantry lalu membawa nya ke atas meja yang tersambung dengan ranjang pasien lalu membuka satu per satu mangkuk nya yang tertutup dengan plastik.

"Nih.. kamu makan yaa." Aku kembali duduk di kursi yang ada di samping nya. Nicholas hanya menatapi makanan itu lalu menatap ke arah ku. Ia melakukannya beberapa kali dengan wajah nya yang cemberut setiap kali menatap ku dan wajah berseri-seri setiap kali menatap ke makanan yang ada di hadapan nya dan berhasil membuat ku bingung juga tertawa.

"Kamu apaan sih ? Makan donk.." aku tertawa melihat wajah nya.

"Aku mau makan tapi kamu makan juga. Ya ?" Pinta nya manja seperti anak kecil. Aku terdiam beberapa detik.

"Okay." Jawab ku mengambil semangkuk bubur ayam yang masih cukup hangat juga sendok yang juga ada di atas nampan lalu menyuapi nya kemudian aku memakan sesendok setelah nya. Begitu terus kami lakukan sambil tertawa dan bercanda.

***

Jam menunjukkan pukul dua belas siang. Bruce sudah mengurus surat-surat yang di perlukan rumah sakit agar Nicholas dapat keluar. Sementara aku menunggu Nicholas yang berganti pakaian di kamar mandi.

"Yok ! Kita udah boleh keluar !" Bruce masuk dengan semangat. Aku berdiri dari duduk ku , mematikan TV dan bersiap pergi.

"Udah beres ?" Tanya Nicholas ketika keluar dari kamar mandi. Melihat nya yang hanya mengenakan kaos polo berwarna merah dengan celana selutut berwarna coklat , membuat ku ternganga beberapa saat.

"Being Yours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang