Matahari kembali terbit. Namun kali ini musim panas telah tiba. Perlahan aku membuka mataku yang sebenarnya masih sangat mengantuk. Dan aku sedikit terkejut menemukan diri ku yang masih dengan dress yang ku pakai semalam dan Jonathan yang ada di samping ku. Topless.
Aku segera terduduk. Aku melihat sekeliling ku. Aku mulai mengingat-ingat kejadian semalam. Apakah aku melakukannya ? Atau.. mungkin tidak ?
"Pagi.." ucap nya di ikuti tangan nya yang mendorong tubuh ku untuk kembali berbaring di ranjang.
"Hi.." balas ku sedikit ragu.
"Gimana tidur kamu semalem ?" Tanya nya memeluk ku.
"Iyaa.. baik." Aku memegang tangannya yang memelukku.
"Aku boleh tanya sesuatu ?"
"Kenapa ?" Tanya nya
"Apa kita melakukannya semalam ? Atau.."
Bukannya menjawab , ia malah tertawa dan mengusap kepalaku.
"Nggak kok. Tapi kamu hampir melakukannya." Ucap nya mencium pipiku lalu bangun dari tidurannya.
"Maksud mu ?"
Tidak menjawab nya lagi. Ia melemparkan kemeja putih yang ku rasa semalam di pakainya padaku. Lalu ia membuka lemari pakaiannya untuk mengambil kaos blue navy lalu keluar dari kamar sambil memakainya.
Aku tidak mengerti apa maksud nya melempar kemeja nya itu sampai aku melihat semua kancing nya yang hampir terlepas. Ini memalukan. Aku bahkan tidak percaya kalau aku yang melakukannya.
Sekarang aku tidak tahu harus berkata apa. Pikiran ku melayang entah kemana. Satu-satu nya yang jelas di pikiran ku hanyalah..
"Jangan sampai aku menyukainya.."
Aku segera beranjak dari tempat tidur yang bahkan bukanlah tempat tidur ku. Aku membuka lemari pakaian ku yang bersebalahan dengan lemari pakaiannya. Aku mengganti dress yang ku pakai dengan kaos dan celana pendek lalu segera keluar dari kamar untuk menemui nya.
"Eugh.. Nathan.. maaf soal kemeja itu." Ucap ku terbata-bata. Ini memalukan. Bisa ku rasakan pipiku sedikit memerah karena sedikit panas.
"Santai aja Ariana." Ucap nya tersenyum sambil memotong sesuatu di atas meja pantry.
"Sekarang.. boleh gantian aku yang bertanya sesuatu ?" Aku mengangguk seiring melangkah menghampiri nya.
"Hampir setiap orang Amerika merasa wajar-wajar saja untuk melakukannya. Kenapa kamu tidak ?" Pertanyaan itu berhasil membuat ku bisu tak berkutik. Sebenar nya aku tidak punya alasan yang tepat untuk itu. Hanya saja..
"Karena.. menurut ku kalau itu semua di lakukan di luar pernikahan, Aku takut akan kehilangan itu semua setelah menikah." Jawab ku sesuai dengan apa yang terlintas di otak ku. Ia mengangguk tersenyum.
"Alasan yang bagus." Katanya.
"Kamu lagi masak apa ?" Tanya ku duduk di atas kursi tinggi yang ada di depan meja pantry.
"Hmm.. dari pada kamu nanya. Gimana kalo kita belajar masak sekarang ?" Tanya nya yang berhenti memotong blueberry di hadapan ku.
"Baiklah.." aku turun dari kursi tinggi yang ku duduki lalu menghampiri nya.
***
Belajar masak dengannya ternyata tidak semenyeramkan bayangan ku waktu itu. Aku kira ia akan nengomeli ku atau memaki ku karena tidak bisa. Tapi yang terjadi.. benar-benar di luar dugaan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Being Yours"
RomanceSeorang perempuan yang sangat hancur harus menyamar menjadi orang lain untuk melanjutkan hidupnya, akhirnya bertemu dengan seorang pria yang berhasil membawa kembali cahaya ke dalam kehidupannya yang gelap. Namun.. itu semua hanya sementara. Seorang...