22

142 4 0
                                    

Jonathan B.J.

Ia selalu terlalu khawatir akan semuanya dan tingkah nya selalu menggemaskan kalau ia mulai merengek karena masalahnya.

Aku duduk di samping nya untuk menyantap sarapan. Tapi baru saja aku akan menyantap sendok pertama , handphone ku berdering.

"Aku permisi sebentar." Ucap ku padanya kembali meletakkan sendok di atas piring dan beranjak menuju balkon.

"Selamat pagi chef. Maaf menganggu waktu istirahat anda."

"Iya. Ada apa ya ?"

"Mr.Jeoffrey meminta anda untuk hadir dalam rapat untuk cabang di Guang Zhou yang akan segera di buka. Apakah anda bisa datang ?" Haduh.. menggangu sekali si brengsek ini.

"Jam berapa ?"

"Kalau bisa secepatnya chef." Sekarang ? Sepertinya ini memang bukan libur.

"Baiklah. Saya kesana sekarang."

"Baik. Terima kasih chef. Beliau menunggu anda di ruang rapat lantai 97." Sial. Kenapa harus menyuruh orang untuk masuk di hari yang sebenarnya hari istirahat bahkan bagian dari liburan musim panas.

"Hei.. aku harus ke hotel sekarang. Pacar mu manggil aku untuk rapat." Aku menepuk pundaknya lembut lalu bergegas ke kamar untuk bersiap-siap.

"Yang bener aja ?" Wajah nya sama s'kali tidak senang mendengarnya.

"Iya. Nanti aku balik secepetnya. Sesuai yang udah kita omongin , aku pasti akan temenin kamu makan bareng kakak kamu. Okay ?" Aku sedikit mengacak-acak rambutnya. Dan pastinya dengan senyum supaya ia punya kesan yang baik ketika aku pergi. Ia mengangguk.

"Ok. Aku pergi dulu ya.." kataku seiring ku berjalan keluar. Ia mengikutiku. Ia melambaikan tangannya lalu duduk kembali di kursi tinggi untuk menyantap makanan nya. Lalu aku pergi.

***

Cuaca terlalu panas. Rasanya seperti masuk ke ruang pendingin waktu ku melangkahkan kaki ku ke dalam hotel. Aku masuk ke dalam lift dan naik ke lantai 97, sesuai yang sudah di pesankan sebelumnya.

Ternyata tidak lama untuk sampai di lantai itu. Ketika lift terbuka , aku melangkahkan kaki keluar. Suasana di lantai ini penuh dengan kaca. Dari ruangan-ruangan yang hanya tersekat dengan kaca dan pintu nya juga dari kaca.

Tanpa harus mencari lagi , aku masuk ke ruangan yang paling tengah dimana beberapa orang telah duduk menunggu.

"Selamat pagi dan selamat datang chef. Terima kasih atas waktu nya." Bruce menyambut ku. Aku hanya tersenyum tipis lalu duduk di kursi yang di atas mejanya telah tertuliskan nama ku.

Setelah aku duduk sekian menit , ternyata rapat juga masih belum di mulai. Ternyata harus menunggu. Aku sangat tidak suka menunggu kalau sebelum nya aku di minta buru-muru. Karena itu mengerjai orang namanya.

Tiga puluh menit berlalu. Setelah semua kursi terisi penuh dan tersisa kursi paling tengah dan paling depan. Kursi siapa lagi kalau bukan kursi si brengsek itu ?

Si brengsek itu masuk dengan langkah sombong. Sementara Bruce segera ikut di belakang nya dengan beberapa file di tangannya.

"Selama pagi bapak-bapak dan ibu-ibu. Maaf menggangu pekerjaan dan waktu istirahat bagi anda yang seharusnya tidak masuk kerja pada hari ini." Haduh.. selalu bertele-tele.

"Hari ini saya memanggil anda semua kesini untuk membicarakan kelanjutan dari rapat kemarin. Dari rapat kemarin , saya dan para kepala bidang lainnya telah memutuskan siapa saja yang akan kami pindahkan pekerjaan nya ke cabang baru kita di Guang Zhou dua minggu ke depan dan anda semua adalah yang terpilih dari hasil keputusan dalam rapat kami kemarin." Apa-apaan ini ? Ini tidak bisa terjadi.

"Tidak ada penolakan dalam keputusan ini. Jika anda menolak , silahkan anda keluar dari hotel ini dan jangan pernah kembali lagi. Apakah ada ada yang keberatan ?" Kali ini ia benar-benar brengsek. Seisi ruangan menoleh satu dengan yang lain. Semuanya hening tak berkutik.

"Baik. Terima kasih. Kalau begitu , Bruce akan menjelaskan perincian dari keputusan ini. Silahkan Bruce."

***




"Being Yours"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang